ALL England 2018: Target Realistis dan Tantangan Semakin Berat
TS
risman88
ALL England 2018: Target Realistis dan Tantangan Semakin Berat
Indonesia Dalam Kejuaraan All England
Spoiler for allaenglandbadminton.com:
Quote:
All England menjadi ajang bergengsi tahunan para bintang bulu tangkis di semua negara, turnamen bergrade super series ini menjadi ajang tertua diantara kalender bulu tangkis tingkat internasional, sempat terhenti pada periode 1915-1919 dan 1940-1946 akibat perang dunia pertama dan kedua, ajang ini tetap eksis dan semakin pertisius diajang bulu tangkis tingkat internasional.
Ajang ini juga mengingatkan bahwa putra-putri Indonesia mampu memenangkan kompetisi bergengsi ini, diawali dengan kemenangan Tan Joe Hok alias Hendra Kertanegara pada sektor tunggal putra tahun 1959 dan tahun setelahnya diteruskan oleh Rudi Hartono pada sektor yang sama, sedangkan sektor ganda putri yang di menangkan oleh Minarni Sudaryanto dan Retno Koestijah dan diteruskan oleh sektor ganda putra Christian Hadinata dan Abe Chandra pada sektor ganda putra, sedangkan pada tahun 1979 sektor ganda campuran akhirnya merasakan manisnya medali emas di turnamen ini lewat Christian Hadinata dan Imelda Wiguna.
Sejarah lain, Indonesia bisa saja menyapu bersih medali All England pada 1979, andai saja tunggal putri bisa meloloskan wakilnya pada turnamen tahun itu, Indonesia mencatat 44 kali memenangkan kejuaraan ini dalam dari tahun 1959 hingga kini, dan pemain yang mencatatkan namanya sebagai peraih gelar terbanyak pada turnamen ini adalah Rudi Hartono dengan 8 gelar juara yang dimilikinya, sedangkan gelar terakhir yang dimiliki oleh Indonesia diraih pada tahun 2017 melalui sektor Ganda Putra melalui nama Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Marcus Fenaldi Gideon.
Kenangan sejarah kelam pun pernah menghinggapi Indonesia dari tahun 2004-2011, Indonesia terpaksa puasa gelar All England hingga 7 tahun, dominasi Tiongkok hingga permasalahan PBSI yang dianggap tidak serius mengurus cabang andalan Indonesia hingga membuat Indonesia mau tidak mau hanya menjadi penonton saja di laga All England pada saat itu, hingga pasangan campuran Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir mengakhiri puasa gelar All England pada tahun 2012 setelah menang atas pasangan Denmark Thomas Laybourn dan Kamila Lytther Juhl dengan 2 game 21-17 dan 21-19.
Tantangan Pada All England 2018.
Spoiler for allenglandbadminton.com:
Quote:
Kini Tahun 2018 All England datang kembali, 14-18 Maret 2018, bertempat di Birmingham Arena, England, pada turnamen kali ini, Indonesia menurunkan 21 Atlet dengan target yang dibebankan 1 gelar pada sektor apapun, para putra-putri Indonesia di targetkan hanya meraih gelar 1 gelar pada turnamen kali ini, harus diakui target ini terkesan kecil untuk Indonesia yang memiliki tradisi juara All England banyak, tetapi melihat kondisi kekuatan tiap negara sekarang yang lebih merata target tersebut terasa realistis dan masuk akal.
Mengingat beberapa negara sudah mengembangkan olahraga ini seperti China Taipei, Russia, Thailand, Spanyol, India, Jepang dan lain-lain dan ditambah dengan kekuatan tradisional seperti Tiongkok, Indonesia, Malaysia, Korea Selatan, Denmark, Serta Inggris. menjadikan kekuatan bulutangkis menjadi ketat dan bahkan lebih ketat dari sebelumnya, bahkan Jepang dan Thailand sudah ancang-ancang menargetkan menargetkan medali emas pada Olimpiade 2020 di Tokyo, sehingga turnamen ini diharapkan menjadi tolak ukur mereka untuk melangkah menuju Olimpiade 2020 dan yang paling dekat Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang.
Aturan Servis Baru Yang Merugikan.
Spoiler for badminton.org:
Quote:
Jelang All England 2018, para pemain bulutangkis ramai-ramai menggugat aturan baru mengenai servis bulu tangkis, aturan ini mensyaratkan ketinggian 1,15 Meter dari permukaan lapangan, aturan ini ternyata dimulai sebelum All England di helat, pada German Open 2018, beberapa pemain Indonesia seperti Gloria hingga Ahsan terkena pelanggaran sehingga mereka kehilangan poin pada turnamen itu, selain Indonesia Beberapa pemain top dunia seperti Lin Dan dan Victor Axelsen memprotes aturan baru dari BWF kali ini.
Aturan ini juga tidak begitu bersahabat terlebih tidak ada penjelasan lebih lanjut bagaimana servis yang dinyatakan fault dan buktinya, meskipuun pemain-pemain Indonesia sudah melatih aturan servis baru ini pada pelatnas, hingga mendatangkan juri pengadil servis dari Indonesia yang mendapatkan lisensi internasional, tetapi dengan rentang waktu yang sangat singkat para pemain khususnya Indonesia harus membiasakan aturan ini pada turnamen sekelas All England, ini menjadi masalah tersendiri bagi putra-putri Indonesia jika ingin meraih gelar All England pada tahun ini.
Indonesia mempunyai kenangan manis dan pahit pada turnamen sekelas All England, merasakan manisnya menjadi langganan juara hingga puasa gelar lama pernah dirasakan, tetapi pada All England tahun ini para pemain dihadapkan dengan kemajuan yang pesat dari olahraga ini, banyak negara yang menyadari pentingnya perolehan medali pada cabang bulutangkis, sehingga mulai mengembangkannya, hingga aturan baru tentang servis bulutangkis yang membuat para pemain mau tidak mau, harus cepat beradaptasi dengan kondisi baru dan menjadi kesulitan dan tantangan tersendiri bagi para pemain Indonesia, penulis yakin dengan target satu sektor pada All England tahun ini berhasil di capai meskipun beberapa tantangan menghampiri.