Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ahmadpermana05Avatar border
TS
ahmadpermana05
TEH TAWAR SEBAGAI IDENTITAS MASYARAKAT SUNDA

Pada tahun 2014 sewaktu saya dibangku SMA, saya melaksanakan studytour dengan teman teman sekolah  ke kota Bandung, pada malah hari sekitar jam 9 saat di kota Bandung saya dan teman teman saya memesan nasi goreng di depan hotel dimana kami menginap, pedagangnya adalah orang Bandung asli terlihat logat sundanya yang sangat ketara serta umunya berkisar 25-30 tahun. kami memesan nasi goreng pedas dan juga memesan es teh dengan Bahasa Indonesia, setelah minuman tersebut disuguhkan saya dan teman teman merasa kebingungan dengan rasa es tehnya yang rasanya hambar tidak memakai gula. Dibanyangan kami es teh adalah minuman teh yang memakai gula. Kami semua heran apakah pedagangnya lupa memberi gula atau memang sengaja tidak memberi gula karena minuman tersebut gratis.
 
 Dalam Segi Budaya
Dalam budaya masyarakat Sunda minum teh adalah kebiasaan setiap hari, bahkan saat makan pun minum mereka adalah teh tawar. Dari wawancara kami dengan mahasiswa UB KEDIRI jurusan FILKOM 2016 yaitu Muhamad Irwan yang berasal dari kota Bandung, mengatakan bahwa orang bandung lebih menyukai teh tawar dari pada teh manis. Kebiasaan tersebut sudah menjadi kebiasaan baik dalam acara resmi maupun dalam kehidupan sehari hari, seperti makan, bersantai dengan keluarga maupun teman. Sedangkan saya dan teman teman saya yang berasal dari Jawa mengenggap bahwa makan dengan minumnya es teh tawar adalah hal yang aneh, dan tidak ada sebelumnya yang melakukan itu dilingkungan kami, terkecuali orang yang sudah lanjt usia yang sedang sakit diabetes. Kebiasaan dengan segala sesuatu yang manis juga dapat dilihat dari kebanyakan makanan jawa yang ada seperti macam-macam bacem (bacem tempe, tahu,dll) serta makanan khas jawa lainya kebanyakan menggunakan gula merah sebagai tambahan bumbu masakan. Memang tidak dipungkiri bahwa penyebab makanan jawa menggunakan gula sebagai bumbu salah satunya adalah dengan banyaknya hasil pertanian di Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah penghasil tebu terbesar di Indonesia, dan banyaknya pabrik gula yang ada. Di Kota Kediri saja terdapat 3 pabrik gula besar yang berasal dari peninggalan zaman Colonial Belanda.
 
 
 
Dalam Segi Sosial
Teh tawar dalam budaya orang sunda sangatlah kental kaitannya dengan wilayah geografis di daerah jawa barat yang bersuhu sejuk, terutama bandung yang termasuk dataran tinggi yaitu 768 meter diatas permukaan air laut dan berada dibawah gunung tangkuban perahu membuat wilayahnya menjadi salah satu penghasil teh terbesar di Jawa Barat selain Kota Bogor(Rochelimit, 2017). Dalam kehidupan sosial masyarakat Sunda minum teh tawar hangat adalah sudah menjadi kebiasaan sehari hari, acara adat maupun acara resmi pasti menyuguhkan teh tawar sebagai salah satu pilihan minumanya. Masyarakat sunda mempunyai nilai sosial dalam menyajikan teh, bahwa teh tawar yang disuguhkan dalam cangkir pada saat menjamu orang lain adalah sebuah rasa menghargai orang tersebut, jika teh tersebut disajikan dengan gula maka menunjukan rasa tidah menghormati satu sama lain karena setiap orang kadar manis yang disukai berbeda beda. Sangat berbeda halnya dengan budaya di Jawa yang selalu menyuguhkan minuman yang manis terhadap tamu, jika tuan rumah menyuguhkan teh tawar maka terkesan tidak sopan dan tidak menghargai tamu. Tamu yang menerima minuman teh tawar tersebut akan berperasangka bahwa tuan rumah sebagai seorang yang “kikir” yang tidak mau memberi gula hanya untuk secangkir teh.
 
Dalam Segi Religion
Orang sunda mempunyai budaya minum teh  turun temurun yaitu budaya “nyaneut” yang dilakukan dalam rangka untuk menyambut tahun baru islam.  sampai sekarang budaya itu masih ada dimasyarakat sunda bukan berada di Bandung tetapi di daerah Cigedug, Kabupaten Garut. Nyaneut merupkan singkatan dari kata nyai haneut atau cai haneut yang artinya air hangat. Awalnya tradisi ini dilakukan oleh seorang ilmuan belanda Karel Frederik Holle saat membuka perkebunan teh di daerah garut pada abad ke 19. Saat itu daerah Garut menjadi penghasil teh berkualitas tinggi. Budaya tersebut lambat laun diikuti Masyarakat Sunda yang daerahnya memiliki perkebunan teh, setelah Masa Kolonial berahir, budaya tersebut disesuaikan dengan budaya lokal yang mayoritas beragama Islam, dilakukan pada saat menjelang tahun baru Islam (Tahun Hijriah). meminun teh tawar hangat ditemani dengan singkong rebus bersama sama dengan warga desa(Kawan GNFI, 2016).
 
Dalam Segi Ekonomi
Minum teh tawar dalam budaya orang sunda sangat erat hubungannya dengan ekonomi, pada saat masa kolonial belanda dahulu wilayah jawa barat dibuat lahan perkebunan teh yang besar, masyarakat pribumi disekitarnyapun menjadi pekerja di area perkebunan teh tersebut. Sayangnya di Masa kolonial meminum teh dengan gula adalah mereka yang kaya raya dan penduduk belanda yang tinggal di Indonesia. Dengan itu masyarakat biasa hanya bisa meminum teh tanpa gula. meminum teh tawar adalah salah satu bentuk ketidakmampuan penduduk lokal dalam membeli gula yang dihasilkan dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur karena harganya sangat mahal. Hasil perkebunan gula di Jawa menjadi salah satu andalan zaman kolonial yang dapat di ekspor ke luar negeri dengan keuntungan yang sangat besar. Terbukti dengan berdirinya lembaga penelitian gula yang didirikan pemerintah Kolonial Belanda di Semarang : Proeftation Het Midden Java Tahun 1885, Kota Tegal : Proeftation Suikerret 1886, Pasuruan : Proeftation Oost Java 1887(Mahandis Y. Thamrin, 2013).
 
 
Kesimpulan
Dalam fenomena yang saya alami diatas yaitu saya memesan teh di kota bandung dengan rasa tawar, ternyata dalam pembahasan diatas menunjukkan perbedaan dari segi geografis, budaya dan sosial, bahwa masyarakat sunda lebih suka meminum teh tawar daripada teh manis, budaya tersebut dilatar belakangi dari berbagai aspek, masyarakat sunda sangat jarang meminum teh manis, jika seseorang di sunda ingin teh manis harus mengatakan “es teh manis” sedangkan saya yang berasar dari jawa yang latar belakangnya jauh berbeda dengan masyarakat sunda, menganggap bahwa dengan mengatakan “ es teh” dalam pemahaman saya dan teman teman saya, kata tersebut sudah mewakili teh yang manis dan tidak perlu mengatakan “es teh manis”.
Dalam hal ini bisa disimpulkan ketidaksepahaman dalam mengartikan kata kata bisa dilatar belakangi dari budaya yang berbeda dapat menimbulkan kesalahan dalam berkomunikasi. Yang dijelaskan dalam Teori Semantik yaitu mempelajari makna atau arti yang terkandung dalam suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain(Setiawan, 2017).



Daftar pustaka


Kawan GNFI. (2016). Budaya Nyaneut. In wikipedia bahasa indonesia. Retrieved from https://id.m.wikipedia.org/wiki/budaya/nyaneut



Mahandis Y. Thamrin. (2013). Dunia Mengakui Tebu Ajaib dari Tanah Jawa. In national geographic indonesia. Retrieved from http://nationalgeographic.co.id/beri...ari/tanah/jawa



Rochelimit. (2017). Bandung. In wikipedia. Retrieved from https://en.m.wikipedia.org/wiki/bandung


Setiawan, A. N. (2017). semantik. In wikipedia bahasa indonesia. Retrieved from https://id.m.wikipedia.org/wiki/semantik

0
6.2K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan