Quote:
Menjelang Pilkada serentak 2018, kita dikejutkan dengan banyak Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan KPK kepada calon pemimpin daerah... Pertanyaan nya, kenapa bisa begitu??? Ongkos Politik, disebut sebagai penyebabnya... Pilkada langsung membutuhkan dana operasional yang tidak sedikit... Hingga "sumber haram" pun menjadi halal... Mari kita membuat hitung-hitungan kasar tentang besaran dana sosialisasi untuk "kenalan dengan rakyat..."
Tidak usah membahas mahar politik, karena meski itu "nyata", toh tidak ada yang mau mengakuinya... Mari kita hitung yang
remeh temehuntuk mensosialisasikan diri kepada rakyat, dalam lingkup desa/kelurahan... Anda yang kebetulan tinggal di Kabupaten/Kota/Provinsi yang sedang menyelenggarakan Pilkada, bisa kok mengamati sambil menghitung berapa besaran dana dalam setiap "pertemuan..."
Quote:
Seorang Calon, sebut saja namanya Bowir akan maju menjadi calon Bupati... Dia ingin membentuk koordinator tingkat desa... Maka, disusunlah pertemuan dengan "tokoh masyarakat" di desa tersebut... Sebut saja nama desa itu, "Mangkrak Oye..." Desa Mangkrak Oye terdiri dari 6 RW... setiap RW, team pemenangan Bowir akan mengundang perwakilan 5 orang...
Ada 30 orang yang akan diundang Bowir... Undang orang tanpa ada
salam tempeljelas bukan ide yang bagus... Selain akan dicap pelit yang akan menurunkan citranya, yang diundang pun tidak akan datang... Maka lewat team pemenangan, dibisikkan pada yang diundang, akan ada "ahmplop" nya... Jadi bukan hanya blogger ternak yang doyan ahmplop ya... 1 ahmplop akan diisi lembaran merah 1 buah... jadi,
30 x @Rp100.000 = Rp3.000.000...
ahmplop
Mengumpulkan orang tentu membutuhkan tempat, OK katakanlah, dia memakai rumah dari relawan pendukungnya... Tapi, adakah relawan yang dengan sukarela meminjamkan rumahnya??? Jika pun ada, apakah sang calon tidak malu jika tidak meninggalkan ahmplop bagi tuan rumah??? Sementara bagi tamu saja dapat Rp100.000... Fix, untuk tuan rumah, kena lagi
Rp300.000
Ketemu orang banyak, ngobrol gayeng kesana kemari, masak tidak ada konsumsi untuk kudapan??? Ini mau sosialisasi, atau mau ngajak ribut??? Minimal kotak snack harus ada... Taruhlah, 1 snack dihargai Rp 5000... Isinya Tahu isi sayur Rp1500, kue brownies Rp1500, kacang garing Rp1000, dan air mineral gelas Rp 1000... Itu menu paling sederhana dari katering bini gw (OK gw promo...) Jumlah nya tidak mungkin pas 30 dong... Paling tidak buat 70 dus snack... Tetangga harus kecipratan bro, belum anak yang punya rumah, saudaranya, Embahnya... Ada makan, makan kok ga dapat bagian... Jadi,
Rp5000 x 70 = Rp350.000
Ngobrol di malam hari, minumnya cuma air putih, ngenes amat bro... Nongkrongin orang kimpoian aja kalo
lek-lek-an ada kopi, teh, rokok, kadang PTH dan
Depkes-an saja keluar kok... Untuk kebutuhan itu, taruhlah kopi Rp50.000 teh Rp50.000 udut 1 press yang paling murah aja, tanpa gembar-gembor pilih Senior Rp110.000... PTH nya dicoret, mau nyalon kudu jadi anak baik bro... Total,
Rp 50.000 + Rp 50.000 + Rp 110.000 = 210.000
Mari kita total dulu... Rp 3.000.000 + Rp 300.000 + Rp 350.000 + Rp 210.000 = Rp 3.860.000 Pengeluaran yang dikeluarkan oleh Pak Bowir dalam sekali mengumpulkan "tokoh" dalam 1 desa untuk 1 kali sesi pertemuan!!!
Bayangkan jika dalam 1 Kabupaten ada 119 Desa, berapa yang harus Pak Bowir keluarkan hanya untuk sosialisasi sederhana macam itu??? Gimana kalo ketemunya 2 kali??? Sekali lagi, itu hitungan paling murah ya... Kadang, jika ada tukang baso lewat, mie tek-tek lewat, borong semua segrobaknya... Masak calon bupati nraktir saja ga bisa??? Malu donggg...!!! Masak cabup, udutnya Senior???

Kalo diterusin, bubar bro...
Jika ditambah dengan ongkos transport, dana relawan, makelar masa sampai tim hura-hura, luar biasa sekali... Itu di luar pengerahan makhluk gaib yang stand by 24 jam di depan monitor dan jari siap di keyboard ya... Jaman Now gitu, Cabup boncengin janda saja jadi berita kok... Cekrek, upload, kasih capture ala-ala sil*t... Blarrr!!! Meledak deh...
Miris ya??? Tapi itulah fakta yang gw lihat pada konstelasi Pilkada serentak... Gw yakin, hal yang ga jauh berbeda juga terjadi di sana-sana... Apa simpulan gw??? Untuk menjadi Kepala Daerah, sepertinya kinerja itu
tidak begitu berpengaruh!!! Ini hipotesis mentah, tapi paling tidak seperti itulah yang gw lihat... Semua calon, nyaris pola nya sama...
Jadi, gw ga heran jika ada OTT yang begitu masif jelang Pilkada serentak kali ini... Ya itu tadi, suka tidak suka, diakui atau tidak diakui, status BU alias Butuh Uang melekat pada mereka... Namanya BU, apa saja yang sekiranya jadi uang, ya dijual lah... Ga ada barang yang dijual, proyek, MoU, sampai pasir sisa proyek aja dilelang

Ya Tuhan, lakon macam apa ini???
Quote:
Jika hal-hal semacam ini terus berlanjut, lingkaran demit akan tercipta... Pemimpin, bukan lagi fokus pada kinerja dan bekerja... Fokus mereka jika kelak jadi adalah mencari imbal balik yang sebanyak-banyaknya...
Kenapa hal seperti ini terjadi??? Maaf saja, fakta di lapangan, orang-orang yang masif membela dan ikut meng-gayengkan situasi ya mereka yang ada di zona ekonomi menengah bawah... Gw ga bisa salahkan mereka... Mereka butuh duit, calon butuh suara, terjadilah transaksi di sana... Pola pikir mereka tidak sampai jika diajak mikir, nanti proyek ini dilelang ke rekanan pemodalnya Pak Bowir jika jadi... Padahal rekanan itu suka seenaknya jika melaksanakan pekerjaan... Misal, jalan baru beberapa bulan sudah ancur lagi... Lha yang harusnya banyakan semen buat ngecor, malah dibanyakin pasir kok...
Mereka tidak tau yang seperti itu... Taunya mereka, hari ini adalah pesta... Bowir ngundang, datang... Tukidi ngundang, siap!!! Pokoknya, dapat ahmplop, dapat kaos, dapat makan, dapat udut, selesai!!! Nah, pola pikir seperti inilah yang harus segera dirubah... Cara nya pie om??? Bikin mereka sejahtera!!! Tanpa itu, semua omong kosong belaka!!! Orang kalo sudah sejahtera, malam-malam ngapain jagong sama Cabup??? Enakan nongkrong di balai jagong sambil dengerin live musik, plus makan jagung bakar kombinasi sama anak istri, jelas syahdunya...
Balai Jagong
bakwan dan jagung bakar
Sialnya, sekali lagi sialnya... Calon pelayan mereka yang akan mereka pilih untuk mensejahterakan mereka, motifnya bukan lagi membuat mereka sejahtera, tapi lebih mikir, gimana agar duit yang mereka keluarkan selama kampanye balik bahkan lebih berkalilipat!!! Nah!!! Inilah yang gw sebut sebagai lingkaran demit!!!
So??? Mari lah anak-anak muda yang melek dan sadar politik, ayo bergerak sebisa kita... Ga usah mikirin utang negara, dollar naik, atau isu-isu ga guna lainnya... Gimana kalo energi itu dihabiskan untuk mencipta... Mencipta lapangan kerja yang nyata dan bisa membuat sejahtera... Hingga yang namanya politik transaksional seperti ini, tidak lagi terjadi di masa depan... Bisa??? Harusnya bisa!!! Wong membantu Palestina yang jauh saja bisa, masak membantu saudara sendiri yang nyata di depan kita tidak bisa... Tinggal, mau atau tidak mau... Gitu kan ya???
Salam Damai semuanya... Hanya sebatas coretan di tengah lucunya situasi yang ada di lingkungan sekitar... Dunia oh dunia... Tuhan memang luar biasa...
Ciaooo...
Sumber: pemikiran dan perenungan sendiri...
Sumber foto:
Dari sinidari sini juga dan koleksi pribadi...