- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
4 Tempat berbahaya yang sangat mustahil untuk dikunjungi


TS
dragonfly1212
4 Tempat berbahaya yang sangat mustahil untuk dikunjungi
Quote:
Budayakan baca sampai habis, rate, dan komen yaa
Penting buat ane ketika kalian rate dan komen karena bisa buat perbaikan ane sendiri dalam nulis sebuah tulisan
Jangan bully ane, karena sesungguhnya bullying adalah perbuatan yang jahat dan mohon kasih ane komen yang membangun.
Ane di sini Cuma sharing tentang pengalaman ane (sampe sekarang) dan gak ada maksud buat menggurui, sombong, menghina, ,menjelekkan suatu instansi, atau tindakan yang tidak terpuji lainnya.
Penting buat ane ketika kalian rate dan komen karena bisa buat perbaikan ane sendiri dalam nulis sebuah tulisan
Jangan bully ane, karena sesungguhnya bullying adalah perbuatan yang jahat dan mohon kasih ane komen yang membangun.
Ane di sini Cuma sharing tentang pengalaman ane (sampe sekarang) dan gak ada maksud buat menggurui, sombong, menghina, ,menjelekkan suatu instansi, atau tindakan yang tidak terpuji lainnya.
Quote:
Para wisatawan biasanya mencari tempat yang indah dengan berbagai kegiatan yang bisa dilakukan di sana. Baik wisatawan lokal maupun asing, di tempat itu mereka akan menikmati liburan dan menumpahkan rasa penat. Tak jarang, mereka rela mengeluarkan uang banyak dan meluangkan waktunya untuk pergi ke tempat yang jauh hanya untuk menghabiskan waktu liburan.
Namun tak semua tempat yang ada di bumi ini bisa kamu kunjungi. Jika sekarang jarak tak jadi masalah karena menggunakan transportasi udara yang bisa menghemat waktu untuk bepergian ke destinasi yang jauh. Tapi faktanya banyak tempat-tempat berbahaya dengan kondisi yang mustahil bisa kamu kunjungi.
Jangankan mengabadikan momen, untuk menginjakkan kaki saja bisa dipastikan hampir mustahil. Bahkan kalau kamu nekat sekalipun, itu sangat bisa mengancam nyawamu.
Namun tak semua tempat yang ada di bumi ini bisa kamu kunjungi. Jika sekarang jarak tak jadi masalah karena menggunakan transportasi udara yang bisa menghemat waktu untuk bepergian ke destinasi yang jauh. Tapi faktanya banyak tempat-tempat berbahaya dengan kondisi yang mustahil bisa kamu kunjungi.
Jangankan mengabadikan momen, untuk menginjakkan kaki saja bisa dipastikan hampir mustahil. Bahkan kalau kamu nekat sekalipun, itu sangat bisa mengancam nyawamu.
Quote:
1. Pulau Ular, Brasil.


Ilha da Queimada Grande di Brasil disebut-sebut sebagai pulau paling mematikan di dunia karena populasi ularnya yang terlampau tinggi.
Dari air terjun Iguazu hingga Taman Nasional Lençóis Maranhenses, ada banyak tempat indah di Brasil. Ilha da Queimada Grande, sebuah pulau yang terletak sekitar 90 mil dari kota Sao Paulo, sekilas tampak seperti salah satu tempat indah di negara itu. Hampir semua penduduk Brasil mengetahui pulau tersebut, tapi kebanyakan dari mereka tak pernah bermimpi untuk pergi kesana. Sebab, pulau itu dihuni oleh sekitar 2.000-4.000 golden lancehead viper (Bothrops insularis), salah satu jenis ular paling mematikan di dunia.
Racun ular ini dapat membunuh manusia dalam waktu kurang dari satu jam. Banyak legenda lokal menceritakan nasib mengerikan yang menunggu siapa pun yang berani berjalan ke pantai “Pulau Ular” tersebut. Sebuah rumor yang beredar luas mengisahkan seorang nelayan malang yang mendarat di pulau tersebut untuk mencari pisang. Sehari kemudian, ia ditemukan tewas di perahu, dengan banyak gigitan ular di tubuhnya. Dari tahun 1909 hingga 1920-an, beberapa orang pernah tinggal di pulau tersebut, untuk membangun mercusuar. Namun menurut kisah lokal lain, penjaga percusuar terakhir dan seluruh keluarganya tewas ketika sekelompok ular merayap masuk ke dalam rumah melalui jendela.
Meskipun ada beberapa orang yang mengklaim bahwa ular-ular tersebut ditempatkan di pulau itu oleh bajak laut untuk melindungi emas mereka, kenyataannya populasi ular yang padat di pulau itu sudah berkembang selama ribuan tahun tanpa campur tangan manusia. Sekitar 11.000 tahun lalu, permukaan air laut naik cukup tinggi sehingga mengisolasi llha da Queimada Grande dari daratan Brasil. Itu menyebabkan spesies ular yang hidup di pulau—diduga sebagai ular jararaca—mengalami evolusi dengan cara berbeda dengan saudara-saudara mereka di daratan utama.
Ular-ular yang terdampar di Queimada Grande tidak memiliki predator di atas permukaan tanah, sehingga mereka dapat bereproduksi dengan cepat. Tapi, mereka juga tidak memiliki mangsa di permukaan tanah. Untuk menemukan makanan, mereka memangsa burung migran yang mengunjungi pulau selama penerbangan panjang.
Seringkali, ular-ular itu mengintai mangsanya, menggigit, dan menunggu hingga racun bekerja sebelum menelusuri jejak mangsa kembali. Tetapi ular jenis golden lancehead viper tidak mampu menelusuri mangsa yang sudah ia gigit. Jadi kemudian mereka mengembangkan racun yang efisien, sekitar tiga atau lima kali lebih kuat dibanding ular-ular lainnya sehingga dapat membunuh sebagian besar mangsa termasuk manusia dalam waktu singkat.
Karena bahaya, pemerintah Brasil mengontrol secara ketat kunjungan ke Queimada Grande. Bahkan tanpa larangan pemerintah sekalipun, Ilha da Queimada Grande mungkin tidak akan menjadi tujuan wisata top, sebab konsentrasi ular di pulau itu terlalu tinggi. Peneliti memperkirakan bahwa ada satu sampai lima ular dalam setiap satu meter persegi di beberapa titik di pulau itu. Satu gigitan dari golden lancehead viper bisa membunuh manusia dalam waktu kurang dari satu jam. Bisa ular tersebut dapat menyebabkan gagal ginjal, nekrosis jaringan otot, pendarahan otak dan pendarahan usus.
Pemerintah Brasil mengharuskan dokter hadir pada setiap kunjungan yang resmi secara hukum. Angkatan Laut Brasil tidak pernah berhenti di pulau tersebut untuk pemeliharaan mercusuar tahunan, yang sejak tahun 1920-an telah disetel menjadi otomatis. Pulau ini juga merupakan laboratorium penting bagi ahli biologi dan peneliti. Mereka diberi izin khusus mengunjungi pulau tersebut untuk mempelajari golden lancehead viper.
Sekitar 90 persen kasus gigitan ular di Brasil berasal dari ular dari genus Bothrop. Ahli biologi berharap dengan mempelajari golden lancehead viper dan evolusinya, mereka dapat memahami genus Bothropsecara keseluruhan dan mengobati secara efektif kecelakaan yang berhubungan dengan ular di seluruh Brasil.
Beberapa ilmuwan juga berpikir bahwa bisa ular bisa menjadi alat yang berguna dalam obat-obatan.
Dalam sebuah wawancara dengan Vice, Marcelo Duarte, seorang ilmuwan Butantan Institute Brasil yang mempelajari reptil berbisa untuk keperluan farmasi, mengungkapkan kegunaan golden lancehead viper di bidang medis.
“Bisa dari golden lancehead viper menunjukkan tanda-tanda menjanjikan dalam membantu pengobatan penyakit jantung, sirkulasi dan pembekuan darah. Bisa ular dari spesies lain juga telah menunjukkan potensi sebagai obat anti kanker.
Karena tingginya permintaan pasar gelap oleh para ilmuwan dan kolektor hewan, penyelundup satwa liar kerap kali mengunjungi pulau tersebut. Mereka menangkap ular dan menjualnya melalui jalur ilegal. Seekor golden lancehead viper bisa dijual seharga 10.000-30.000 dolar AS.
Degradasi habitat dan penyakit juga turut andil terhadap kerusakan populasi ular di pulau tersebut. Selama 15 tahun terakhir, populasi ular di sana telah menyusut hingga hampir 50 persen. golden lancehead viper saat ini masuk ke dalam daftar merah hewan terancam punah IUCN.


Ilha da Queimada Grande di Brasil disebut-sebut sebagai pulau paling mematikan di dunia karena populasi ularnya yang terlampau tinggi.
Dari air terjun Iguazu hingga Taman Nasional Lençóis Maranhenses, ada banyak tempat indah di Brasil. Ilha da Queimada Grande, sebuah pulau yang terletak sekitar 90 mil dari kota Sao Paulo, sekilas tampak seperti salah satu tempat indah di negara itu. Hampir semua penduduk Brasil mengetahui pulau tersebut, tapi kebanyakan dari mereka tak pernah bermimpi untuk pergi kesana. Sebab, pulau itu dihuni oleh sekitar 2.000-4.000 golden lancehead viper (Bothrops insularis), salah satu jenis ular paling mematikan di dunia.
Racun ular ini dapat membunuh manusia dalam waktu kurang dari satu jam. Banyak legenda lokal menceritakan nasib mengerikan yang menunggu siapa pun yang berani berjalan ke pantai “Pulau Ular” tersebut. Sebuah rumor yang beredar luas mengisahkan seorang nelayan malang yang mendarat di pulau tersebut untuk mencari pisang. Sehari kemudian, ia ditemukan tewas di perahu, dengan banyak gigitan ular di tubuhnya. Dari tahun 1909 hingga 1920-an, beberapa orang pernah tinggal di pulau tersebut, untuk membangun mercusuar. Namun menurut kisah lokal lain, penjaga percusuar terakhir dan seluruh keluarganya tewas ketika sekelompok ular merayap masuk ke dalam rumah melalui jendela.
Meskipun ada beberapa orang yang mengklaim bahwa ular-ular tersebut ditempatkan di pulau itu oleh bajak laut untuk melindungi emas mereka, kenyataannya populasi ular yang padat di pulau itu sudah berkembang selama ribuan tahun tanpa campur tangan manusia. Sekitar 11.000 tahun lalu, permukaan air laut naik cukup tinggi sehingga mengisolasi llha da Queimada Grande dari daratan Brasil. Itu menyebabkan spesies ular yang hidup di pulau—diduga sebagai ular jararaca—mengalami evolusi dengan cara berbeda dengan saudara-saudara mereka di daratan utama.
Ular-ular yang terdampar di Queimada Grande tidak memiliki predator di atas permukaan tanah, sehingga mereka dapat bereproduksi dengan cepat. Tapi, mereka juga tidak memiliki mangsa di permukaan tanah. Untuk menemukan makanan, mereka memangsa burung migran yang mengunjungi pulau selama penerbangan panjang.
Seringkali, ular-ular itu mengintai mangsanya, menggigit, dan menunggu hingga racun bekerja sebelum menelusuri jejak mangsa kembali. Tetapi ular jenis golden lancehead viper tidak mampu menelusuri mangsa yang sudah ia gigit. Jadi kemudian mereka mengembangkan racun yang efisien, sekitar tiga atau lima kali lebih kuat dibanding ular-ular lainnya sehingga dapat membunuh sebagian besar mangsa termasuk manusia dalam waktu singkat.
Karena bahaya, pemerintah Brasil mengontrol secara ketat kunjungan ke Queimada Grande. Bahkan tanpa larangan pemerintah sekalipun, Ilha da Queimada Grande mungkin tidak akan menjadi tujuan wisata top, sebab konsentrasi ular di pulau itu terlalu tinggi. Peneliti memperkirakan bahwa ada satu sampai lima ular dalam setiap satu meter persegi di beberapa titik di pulau itu. Satu gigitan dari golden lancehead viper bisa membunuh manusia dalam waktu kurang dari satu jam. Bisa ular tersebut dapat menyebabkan gagal ginjal, nekrosis jaringan otot, pendarahan otak dan pendarahan usus.
Pemerintah Brasil mengharuskan dokter hadir pada setiap kunjungan yang resmi secara hukum. Angkatan Laut Brasil tidak pernah berhenti di pulau tersebut untuk pemeliharaan mercusuar tahunan, yang sejak tahun 1920-an telah disetel menjadi otomatis. Pulau ini juga merupakan laboratorium penting bagi ahli biologi dan peneliti. Mereka diberi izin khusus mengunjungi pulau tersebut untuk mempelajari golden lancehead viper.
Sekitar 90 persen kasus gigitan ular di Brasil berasal dari ular dari genus Bothrop. Ahli biologi berharap dengan mempelajari golden lancehead viper dan evolusinya, mereka dapat memahami genus Bothropsecara keseluruhan dan mengobati secara efektif kecelakaan yang berhubungan dengan ular di seluruh Brasil.
Beberapa ilmuwan juga berpikir bahwa bisa ular bisa menjadi alat yang berguna dalam obat-obatan.
Dalam sebuah wawancara dengan Vice, Marcelo Duarte, seorang ilmuwan Butantan Institute Brasil yang mempelajari reptil berbisa untuk keperluan farmasi, mengungkapkan kegunaan golden lancehead viper di bidang medis.
“Bisa dari golden lancehead viper menunjukkan tanda-tanda menjanjikan dalam membantu pengobatan penyakit jantung, sirkulasi dan pembekuan darah. Bisa ular dari spesies lain juga telah menunjukkan potensi sebagai obat anti kanker.
Karena tingginya permintaan pasar gelap oleh para ilmuwan dan kolektor hewan, penyelundup satwa liar kerap kali mengunjungi pulau tersebut. Mereka menangkap ular dan menjualnya melalui jalur ilegal. Seekor golden lancehead viper bisa dijual seharga 10.000-30.000 dolar AS.
Degradasi habitat dan penyakit juga turut andil terhadap kerusakan populasi ular di pulau tersebut. Selama 15 tahun terakhir, populasi ular di sana telah menyusut hingga hampir 50 persen. golden lancehead viper saat ini masuk ke dalam daftar merah hewan terancam punah IUCN.
Quote:
2. Pulau Sentinel Utara, Samudera Hindia.


Dari kejauhan, pulau ini tampak sangat indah. Pantai menakjubkan dengan hutannya yang lebat. Namun, tak ada wisatawan ataupun nelayan yang berani menginjakkan kaki ke pulau di Samudera Hindia ini. Reputasi para penghuni pulau ini sungguh menakutkan.
Para pengunjung yang berusaha atau berlabuh terlalu dekat ke Pulau Sentinal Utara ini akan diserang oleh anggota suku misteris. Konon, mereka menolak peradaban modern. Memilih tidak memiliki kontak sama sekali dengan dunia luar.
Ketika mereka berinteraksi dengan dunia luar, pasti ada kekerasan di sana. Suku Sintinelese menewaskan dua orang saat memancing secara ilegal pada 2006. Mereka tersohor dengan melesakkan senjata panah api dan melempar batu pada pesawat atau helikopter yang sedang terbang rendah untuk misi pengintaian.
Letaknya di Teluk Benggala, Pulau Sentinel Utara, bagian dari India ini masih menjadi teka-teki besar, kendati penduduknya sudah menghuni sejak sekitar 60 ribu tahun lalu. Tidak tersentuh peradaban modern, sedikit sekali yang diketahui tentang Suku Sentinel, bahasa, ritual, dan pulau yang jadi rumah mereka ini.
Bahaya sekali untuk mendekat ke sana. Sikap permusuhan mereka terhadap orang luar jelas ditampakkan. Mereka jarang di terfoto dari jarak dekat, dan hampir tidak pernah terekam di video. Sebagian besar foto dan potongan video berkualitas jelek.
Namun, ada juga laporan bertentangan tentang populasi suku ini. Sebagian besar mengira-ngira pada kisaran beberapa lusin sampai beberapa ratus jiwa.
Belum ada informasi jelas juga, apa dampak terjangan tsunami 2004 silam terhadap populasi dan pulau misterius yang merupakan bagian rantai Kepulauan Andaman di India tersebut. Nyatanya, suku terasing ini berhasil dari lolos dari kepunahan.
Setelah tsunami, seorang penduduk yang difoto mencoba menembakkan panah pada helikopter Petugas Pantai India. 'Suku zaman batu', demikian mereka disebut, meskipun pada kenyataannya mereka mampu beradaptasi dari waktu ke waktu.
Sentinelese barangkali adalah suku paling terisolasi di dunia. Pemerintah India memilih tidak ikut campur ke dalam urusan mereka. Sudah ada upaya dari pemerintah untuk menjalin kontak. Namun, semua usaha ditinggalkan, dan membiarkan suku ini hidup dengan pilihan mereka, di pulau seukuran kota Manhattan di Amerika Serikat.
Pemerintah India menetapkan, siapapun yang pergi ke sana untuk melakukan kontak dengan Sentinelese adalah kejahatan. Adalah ilegal pergi dalam jarak tiga mil dari pulau.
Suku Sentinelese hidup dari alam, dan berburu makhluk laut. Namun, perairan sekitar berada di bawah ancaman para nelayan ilegal. Badan International Survival melaporkan, pada akhir tahun lalu, pihaknya menerima laporan nelayan yang menargetkan daerah tersebut. Tujuh nelayan ilegal ditangkap oleh Penjaga Pantai India.
Survival International mengadvokasi masyarakat akan hak suku tersebut. Mereka menggambarkan, Sentinelese sebagai masyarakat paling rentan di planet bumi. Mereka tidak punya kekebalan terhadap penyakit umum seperti flu dan campak.
Berkat isolasi lengkap tersebut, kemungkinan mereka musnah karena epidemi sangat tinggi, menurut organisasi tersebut. Dalam pernyataannya, Direktur Survival International, Stephen Corry, mengatakan, “Suku-suku Andaman Besar di Kepulauan Andaman India musnah oleh penyakit saat Inggris menjajah pulau di tahun 1800-an.”


Dari kejauhan, pulau ini tampak sangat indah. Pantai menakjubkan dengan hutannya yang lebat. Namun, tak ada wisatawan ataupun nelayan yang berani menginjakkan kaki ke pulau di Samudera Hindia ini. Reputasi para penghuni pulau ini sungguh menakutkan.
Para pengunjung yang berusaha atau berlabuh terlalu dekat ke Pulau Sentinal Utara ini akan diserang oleh anggota suku misteris. Konon, mereka menolak peradaban modern. Memilih tidak memiliki kontak sama sekali dengan dunia luar.
Ketika mereka berinteraksi dengan dunia luar, pasti ada kekerasan di sana. Suku Sintinelese menewaskan dua orang saat memancing secara ilegal pada 2006. Mereka tersohor dengan melesakkan senjata panah api dan melempar batu pada pesawat atau helikopter yang sedang terbang rendah untuk misi pengintaian.
Letaknya di Teluk Benggala, Pulau Sentinel Utara, bagian dari India ini masih menjadi teka-teki besar, kendati penduduknya sudah menghuni sejak sekitar 60 ribu tahun lalu. Tidak tersentuh peradaban modern, sedikit sekali yang diketahui tentang Suku Sentinel, bahasa, ritual, dan pulau yang jadi rumah mereka ini.
Bahaya sekali untuk mendekat ke sana. Sikap permusuhan mereka terhadap orang luar jelas ditampakkan. Mereka jarang di terfoto dari jarak dekat, dan hampir tidak pernah terekam di video. Sebagian besar foto dan potongan video berkualitas jelek.
Namun, ada juga laporan bertentangan tentang populasi suku ini. Sebagian besar mengira-ngira pada kisaran beberapa lusin sampai beberapa ratus jiwa.
Belum ada informasi jelas juga, apa dampak terjangan tsunami 2004 silam terhadap populasi dan pulau misterius yang merupakan bagian rantai Kepulauan Andaman di India tersebut. Nyatanya, suku terasing ini berhasil dari lolos dari kepunahan.
Setelah tsunami, seorang penduduk yang difoto mencoba menembakkan panah pada helikopter Petugas Pantai India. 'Suku zaman batu', demikian mereka disebut, meskipun pada kenyataannya mereka mampu beradaptasi dari waktu ke waktu.
Sentinelese barangkali adalah suku paling terisolasi di dunia. Pemerintah India memilih tidak ikut campur ke dalam urusan mereka. Sudah ada upaya dari pemerintah untuk menjalin kontak. Namun, semua usaha ditinggalkan, dan membiarkan suku ini hidup dengan pilihan mereka, di pulau seukuran kota Manhattan di Amerika Serikat.
Pemerintah India menetapkan, siapapun yang pergi ke sana untuk melakukan kontak dengan Sentinelese adalah kejahatan. Adalah ilegal pergi dalam jarak tiga mil dari pulau.
Suku Sentinelese hidup dari alam, dan berburu makhluk laut. Namun, perairan sekitar berada di bawah ancaman para nelayan ilegal. Badan International Survival melaporkan, pada akhir tahun lalu, pihaknya menerima laporan nelayan yang menargetkan daerah tersebut. Tujuh nelayan ilegal ditangkap oleh Penjaga Pantai India.
Survival International mengadvokasi masyarakat akan hak suku tersebut. Mereka menggambarkan, Sentinelese sebagai masyarakat paling rentan di planet bumi. Mereka tidak punya kekebalan terhadap penyakit umum seperti flu dan campak.
Berkat isolasi lengkap tersebut, kemungkinan mereka musnah karena epidemi sangat tinggi, menurut organisasi tersebut. Dalam pernyataannya, Direktur Survival International, Stephen Corry, mengatakan, “Suku-suku Andaman Besar di Kepulauan Andaman India musnah oleh penyakit saat Inggris menjajah pulau di tahun 1800-an.”
Quote:
3. Zona Merah, Prancis.

Zona Merah yang terletak di timur laut Prancis ini disebut wilayah terlarang. Sejak Perang Dunia 1, kawasan ini tak pernah dibuka kembali. Di tempat ini masih banyak ranjau-ranjau yang tertanam di bawah tanah yang bisa membahayakan orang banyak. Salah langkah bisa hilang nyawa seketika.

Zona Merah yang terletak di timur laut Prancis ini disebut wilayah terlarang. Sejak Perang Dunia 1, kawasan ini tak pernah dibuka kembali. Di tempat ini masih banyak ranjau-ranjau yang tertanam di bawah tanah yang bisa membahayakan orang banyak. Salah langkah bisa hilang nyawa seketika.
Quote:
4. Pulau Poveglia, Italia.


Poveglia merupakan sebuah pulau kecil yang terletak antara Venesia dan Lido di Laguna Venesia, Italia utara. Sebuah kanal kecil membagi pulau itu menjadi dua bagian. Sejarah mencatat pulau ini pertama kali dihuni pada tahun 421 ketika kaum Padua dan Este melarikan diri ke pulau ini untuk menghindari invasi barbar.
Namun baru pada abad kesembilan, pulau ini mulai memiliki penghuni tetap. Peperangan beberapa kali terjadi di pulau ini menyusul upaya kaum Barbar yang coba mengejar kaum Padua dan Este yang melarikan diri. Dalam beberapa kesempatan, kaum Padua dan Este mampu memenangi peperangan tersebut.
Pada tahun 1379, Venice yang membawahi pulau Poveglia diserang armada Genoan dan membuat para penghuni pulau tersebut diungsikan ke Giudecca. Sementara pemertintah Venice memanfaatkan pulau yang sudah kosong ini sebagai pertahanan dengan membangun benteng Octagon.
Saat perang berakhir, di tahun 1661 para penduduk asli Poveglia ditawarkan untuk kembali ke pulau tersebut sekaligus membangun ulang pulau itu. Namun mereka menolaknya dan membuat pulau itu tetap tidak berpenghuni.

Namun baru pada abad kesembilan, pulau ini mulai memiliki penghuni tetap. Peperangan beberapa kali terjadi di pulau ini menyusul upaya kaum Barbar yang coba mengejar kaum Padua dan Este yang melarikan diri. Dalam beberapa kesempatan, kaum Padua dan Este mampu memenangi peperangan tersebut.
Pada tahun 1379, Venice yang membawahi pulau Poveglia diserang armada Genoan dan membuat para penghuni pulau tersebut diungsikan ke Giudecca. Sementara pemertintah Venice memanfaatkan pulau yang sudah kosong ini sebagai pertahanan dengan membangun benteng Octagon.
Saat perang berakhir, di tahun 1661 para penduduk asli Poveglia ditawarkan untuk kembali ke pulau tersebut sekaligus membangun ulang pulau itu. Namun mereka menolaknya dan membuat pulau itu tetap tidak berpenghuni.

Pada tahun 1777, Poveglia yang di bawah kewenangan Dinas Kesehatan manfaatkannya sebagai lokasi transit barang dan masyarakat yang hendak datang ke dan pergi dari Venesia menggunakan kapal. Pada 1793, ada kasus wabah penyakit di dua kapal yang membuat Poveglia difungsikan sebagai tempat karantina.
Fungsi ini dipermanenkan pada tahun 1805 di bawah pemerintahan Napoleon Bonaparte. Hal ini berlangsung hingga memasuki abad 20. Tetapi pada tahun 1922, bangunan yang ada di pulau ini diubah menjadi rumah sakit untuk perawatan sakit mental.
Fungsi pulau Poveglia sebagai tempat bagi perawatan sakit mental berlangsung hingga 1968 dan kemudian ditutup. Selanjutnya pulau ini kosong tanpa penghuni. Pulau ini juga ditutup untuk para wisatawan dan penduduk lokal di sekitar Povegila.
Kisah Menyeramkan
Kisah menyeramkan mewarnai pulau ini. Fungsinya pada dahulu kala sebagai tempat peperangan dan karantina wabah penyakit menular membuat Poveglia dikabarkan jadi lokasi tewasnya 160 ribu jiwa. Kenyataan ini membuat Poveglia dipercaya menjadi tempat puluhan ribu ‘arwah penasaran’ menampakkan diri. Tidak sedikit warga yang mengalami pengalaman supranatural kala berkunjung ke sana.
Kisah menyeramkan lainnya terkait penggunaan pulau ini sebagai tempat penyembuhan pasien penyakit mental. Dari desas-desus warga sekitar, saat itu ada sejumlah dokter ‘psikopat’ yang kerap menyiksa dan membantai para pasien. Sang dokter penjagal pun dikabarkan tewas melompat dari menara. Hantu sang dokte dikabarkan kerap menampakkan diri kala malam hari.
Poveglia pun kini dikenal sebagai salah satu pulau angker yang ada di dunia. Bahkan Pulau ini masuk dalam sejumlah acara supranatural populer seperti Ghost Adventurers dan Scariest Place on Earth. Poveglia juga masuk dalam acara reality show ‘Death in Venice: Demon Doctor’.
Fungsi ini dipermanenkan pada tahun 1805 di bawah pemerintahan Napoleon Bonaparte. Hal ini berlangsung hingga memasuki abad 20. Tetapi pada tahun 1922, bangunan yang ada di pulau ini diubah menjadi rumah sakit untuk perawatan sakit mental.
Fungsi pulau Poveglia sebagai tempat bagi perawatan sakit mental berlangsung hingga 1968 dan kemudian ditutup. Selanjutnya pulau ini kosong tanpa penghuni. Pulau ini juga ditutup untuk para wisatawan dan penduduk lokal di sekitar Povegila.
Kisah Menyeramkan
Kisah menyeramkan mewarnai pulau ini. Fungsinya pada dahulu kala sebagai tempat peperangan dan karantina wabah penyakit menular membuat Poveglia dikabarkan jadi lokasi tewasnya 160 ribu jiwa. Kenyataan ini membuat Poveglia dipercaya menjadi tempat puluhan ribu ‘arwah penasaran’ menampakkan diri. Tidak sedikit warga yang mengalami pengalaman supranatural kala berkunjung ke sana.
Kisah menyeramkan lainnya terkait penggunaan pulau ini sebagai tempat penyembuhan pasien penyakit mental. Dari desas-desus warga sekitar, saat itu ada sejumlah dokter ‘psikopat’ yang kerap menyiksa dan membantai para pasien. Sang dokter penjagal pun dikabarkan tewas melompat dari menara. Hantu sang dokte dikabarkan kerap menampakkan diri kala malam hari.
Poveglia pun kini dikenal sebagai salah satu pulau angker yang ada di dunia. Bahkan Pulau ini masuk dalam sejumlah acara supranatural populer seperti Ghost Adventurers dan Scariest Place on Earth. Poveglia juga masuk dalam acara reality show ‘Death in Venice: Demon Doctor’.
0
1.4K
Kutip
5
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan