- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Tuan Guru Bajang: Aceh, Fi Kulli Makan, Makan


TS
ntapzzz
Tuan Guru Bajang: Aceh, Fi Kulli Makan, Makan

Tuan Guru Bajang disambut Abu Mudi di Dayah Mudi Samalanga, Bireuen, Sabtu (3/3/2018)
Quote:
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Dr TGH Muhammad Zainul Majdi atau lebih dikenal dengan nama Tuan Guru Bajang (TGB), telah kembali ke Mataram, NTB.
Namun masih banyak cerita tentang pesan dan kesan selama dua hari Safari Dakwah sang gubernur yang hafal 30 juz Alquran ini di Aceh.
Seperti diberitakan, Tuan Guru Bajang yang merupakan Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) melakukan Safari Dakwah selama dua hari di Aceh, Jumat-Minggu (2-4/3).
Kegiatan ini difasilitasi oleh Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh.
Selama dua hari di Aceh, TGB yang datang bersama pengurus OIAA dari Jakarta dan Mataram, dipadati dengan agenda dakwah dan kunjungan ke dayah-dayah.
Safari pertamanya diawali dengan mengisi khutbah jumat di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Seusai shalat Jumat, TGB melanjutkan agenda safari dakwah dengan memberikan kuliah umum di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh.
Pada malamnya dilanjutkan dengan menjadi penceramah tablig akbar di Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kale, di Siem, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar.
Pada Sabtu (3/3) pagi, TGB kembali menjadi penceramah usai shalat Subuh di Masjid Kopelma, Unsyiah.
Jelang siang, TGB dan rombongan melakukan pertemuan dengan sejumlah ormas Islam dan santri, di Madrasah Ulumul Quran (MUQ) Pagar Air Banda Aceh.
Selama di Banda Aceh, TGB juga menyempatkan diri melihat kebun kurma di kawasan Blang Bintang.
Pada siangnya, rombongan bergerak ke Bireuen untuk bersilaturrahmi ke Dayah Mudi Mesra Samalanga dan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb pimpinan Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop.
Safari Dakwah TGB berakhir pada, Minggu (4/3/2018), setelah mengisi ceramah Maulidur Rasul dan Haul Ke-3 Sirul Mubtadin, di Lapangan Blang Asan, Bireuen.
Tuan Guru Bajang disambut Abu Mudi di Dayah Mudi Samalanga, Bireuen, Sabtu (3/3/2018)
Pada Sabtu (3/3) pagi, TGB kembali menjadi penceramah usai shalat Subuh di Masjid Kopelma, Unsyiah.
Jelang siang, TGB dan rombongan melakukan pertemuan dengan sejumlah ormas Islam dan santri, di Madrasah Ulumul Quran (MUQ) Pagar Air Banda Aceh.
Selama di Banda Aceh, TGB juga menyempatkan diri melihat kebun kurma di kawasan Blang Bintang.
Pada siangnya, rombongan bergerak ke Bireuen untuk bersilaturrahmi ke Dayah Mudi Mesra Samalanga dan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb pimpinan Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop.
Safari Dakwah TGB berakhir pada, Minggu (4/3/2018), setelah mengisi ceramah Maulidur Rasul dan Haul Ke-3 Sirul Mubtadin, di Lapangan Blang Asan, Bireuen.
Tuan Guru Bajang menghadiri tabligh akbar dan Maulid Nabi Muhammad, di Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kale, Siem, Aceh Besar, Jumat (2/3/2018) malam. (IST)
Kesan di Aceh
Dengan padatnya agenda dakwah, tentunya sangat banyak pesan yang disampaikan oleh Alumnus Al-Azhar Kairo ini kepada masyarakat Aceh.
Tapi, tidak menyampaikan banyak hanya pesan di berbagai majelis, Tuan Guru Bajang ternyata juga punya kesan mendalam selama dua hari berada di Aceh.
Kesan ini disampaikan oleh TGB saat berkunjung Kantor Harian Serambi Indonesia di Meunasah Manyang PA, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Sabtu (3/3/2018) lalu.
Kunjungan ini sendiri berlangsung di sela-sela padatnya agenda Tuan Guru Bajang selama berada di Aceh.
TGB datang bersama pengurus Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) dari Jakarta, Ketua Ikatan Keluarga Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh, Tgk HM Fadhil Rahmi, serta sejumlah pimpinan dayah dan ormas Islam di Aceh.
Rombongan disambut Pemimpin Umum Harian Serambi Indonesia, H Sjamsul Kahar, Pemimpin Perusahaan, Mohd Din, Sekretaris Redaksi, Bukhari M Ali, Manajer Multimedia, Zainal Arifin, dan Manager Iklan, Hari Teguh Patria.
Dalam pertemuan sekitar 45 menit itu, Tuan Guru Bajang berbicara banyak hal terkait Aceh.
Menurutnya, dari segi letak geografis, potensi alam, dan adat budaya kehidupan masyarakat, tidak ada yang terlalu berbeda antara Aceh dengan daerah yang dipimpinnya, Nusa Tenggara Barat.
Kedua daerah ini sangat kuat dan kental nilai keislamannya.
Namun demikian, saat menjawab salah satu penanya, Tuan Guru Bajang, ternyata juga punya kesan yang membedakan antara Aceh dengan Nusa Tenggara Barat.
“Yang membedakan Aceh dengan NTB, pertama keramahan Aceh luar biasa. Fikullimakan, makan, setiap tempat itu ada makan,” ujarnya disambut tawa hadirin.
Menurutnya budaya menyambut tamu dengan ramah dan sajian makanan juga ada di NTB.
Hanya saja, lanjut TGB, tingkatan keramahan dan sajian makan untuk tamu di Aceh, lebih tinggi daripada di NTB.
“Kalau di sana tegantung dari jam, kesesuaian waktu makan. Tapi kalau di sini ampun-ampun, jadi semua majelis itu harus makan. Jadi Fikulli makan, makan, setiap tempat itu ada makan,” ujarnya lagi.
Perbedaan kedua antara Aceh dan NTB, lanjut Tuan Guru Bajang, ada kultur silaturahim yang luar biasa di kalangan masyarakat Aceh.
Hal ini tergambar dari tempat pertemuan dan perkumpulan warga, yaitu warung kopi.
“Yang terasa betul di situ (warung kopi) adalah semangat kebersamaan. Tidak ada yang membedakan dengan yang lain. Menurut saya itu sebenarnya modal sosial yang terbangun,” ungkap Tuan Guru Bajang.(*)Sumber
Namun masih banyak cerita tentang pesan dan kesan selama dua hari Safari Dakwah sang gubernur yang hafal 30 juz Alquran ini di Aceh.
Seperti diberitakan, Tuan Guru Bajang yang merupakan Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) melakukan Safari Dakwah selama dua hari di Aceh, Jumat-Minggu (2-4/3).
Kegiatan ini difasilitasi oleh Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh.
Selama dua hari di Aceh, TGB yang datang bersama pengurus OIAA dari Jakarta dan Mataram, dipadati dengan agenda dakwah dan kunjungan ke dayah-dayah.
Safari pertamanya diawali dengan mengisi khutbah jumat di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Seusai shalat Jumat, TGB melanjutkan agenda safari dakwah dengan memberikan kuliah umum di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh.
Pada malamnya dilanjutkan dengan menjadi penceramah tablig akbar di Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kale, di Siem, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar.
Pada Sabtu (3/3) pagi, TGB kembali menjadi penceramah usai shalat Subuh di Masjid Kopelma, Unsyiah.
Jelang siang, TGB dan rombongan melakukan pertemuan dengan sejumlah ormas Islam dan santri, di Madrasah Ulumul Quran (MUQ) Pagar Air Banda Aceh.
Selama di Banda Aceh, TGB juga menyempatkan diri melihat kebun kurma di kawasan Blang Bintang.
Pada siangnya, rombongan bergerak ke Bireuen untuk bersilaturrahmi ke Dayah Mudi Mesra Samalanga dan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb pimpinan Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop.
Safari Dakwah TGB berakhir pada, Minggu (4/3/2018), setelah mengisi ceramah Maulidur Rasul dan Haul Ke-3 Sirul Mubtadin, di Lapangan Blang Asan, Bireuen.
Tuan Guru Bajang disambut Abu Mudi di Dayah Mudi Samalanga, Bireuen, Sabtu (3/3/2018)
Pada Sabtu (3/3) pagi, TGB kembali menjadi penceramah usai shalat Subuh di Masjid Kopelma, Unsyiah.
Jelang siang, TGB dan rombongan melakukan pertemuan dengan sejumlah ormas Islam dan santri, di Madrasah Ulumul Quran (MUQ) Pagar Air Banda Aceh.
Selama di Banda Aceh, TGB juga menyempatkan diri melihat kebun kurma di kawasan Blang Bintang.
Pada siangnya, rombongan bergerak ke Bireuen untuk bersilaturrahmi ke Dayah Mudi Mesra Samalanga dan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb pimpinan Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop.
Safari Dakwah TGB berakhir pada, Minggu (4/3/2018), setelah mengisi ceramah Maulidur Rasul dan Haul Ke-3 Sirul Mubtadin, di Lapangan Blang Asan, Bireuen.
Tuan Guru Bajang menghadiri tabligh akbar dan Maulid Nabi Muhammad, di Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kale, Siem, Aceh Besar, Jumat (2/3/2018) malam. (IST)
Kesan di Aceh
Dengan padatnya agenda dakwah, tentunya sangat banyak pesan yang disampaikan oleh Alumnus Al-Azhar Kairo ini kepada masyarakat Aceh.
Tapi, tidak menyampaikan banyak hanya pesan di berbagai majelis, Tuan Guru Bajang ternyata juga punya kesan mendalam selama dua hari berada di Aceh.
Kesan ini disampaikan oleh TGB saat berkunjung Kantor Harian Serambi Indonesia di Meunasah Manyang PA, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Sabtu (3/3/2018) lalu.
Kunjungan ini sendiri berlangsung di sela-sela padatnya agenda Tuan Guru Bajang selama berada di Aceh.
TGB datang bersama pengurus Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) dari Jakarta, Ketua Ikatan Keluarga Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh, Tgk HM Fadhil Rahmi, serta sejumlah pimpinan dayah dan ormas Islam di Aceh.
Rombongan disambut Pemimpin Umum Harian Serambi Indonesia, H Sjamsul Kahar, Pemimpin Perusahaan, Mohd Din, Sekretaris Redaksi, Bukhari M Ali, Manajer Multimedia, Zainal Arifin, dan Manager Iklan, Hari Teguh Patria.
Dalam pertemuan sekitar 45 menit itu, Tuan Guru Bajang berbicara banyak hal terkait Aceh.
Menurutnya, dari segi letak geografis, potensi alam, dan adat budaya kehidupan masyarakat, tidak ada yang terlalu berbeda antara Aceh dengan daerah yang dipimpinnya, Nusa Tenggara Barat.
Kedua daerah ini sangat kuat dan kental nilai keislamannya.
Namun demikian, saat menjawab salah satu penanya, Tuan Guru Bajang, ternyata juga punya kesan yang membedakan antara Aceh dengan Nusa Tenggara Barat.
“Yang membedakan Aceh dengan NTB, pertama keramahan Aceh luar biasa. Fikullimakan, makan, setiap tempat itu ada makan,” ujarnya disambut tawa hadirin.
Menurutnya budaya menyambut tamu dengan ramah dan sajian makanan juga ada di NTB.
Hanya saja, lanjut TGB, tingkatan keramahan dan sajian makan untuk tamu di Aceh, lebih tinggi daripada di NTB.
“Kalau di sana tegantung dari jam, kesesuaian waktu makan. Tapi kalau di sini ampun-ampun, jadi semua majelis itu harus makan. Jadi Fikulli makan, makan, setiap tempat itu ada makan,” ujarnya lagi.
Perbedaan kedua antara Aceh dan NTB, lanjut Tuan Guru Bajang, ada kultur silaturahim yang luar biasa di kalangan masyarakat Aceh.
Hal ini tergambar dari tempat pertemuan dan perkumpulan warga, yaitu warung kopi.
“Yang terasa betul di situ (warung kopi) adalah semangat kebersamaan. Tidak ada yang membedakan dengan yang lain. Menurut saya itu sebenarnya modal sosial yang terbangun,” ungkap Tuan Guru Bajang.(*)Sumber
TGB.ID#TGBuntukIndonesia

Ngantri dulu tak kalau mau makan!

Diubah oleh ntapzzz 05-03-2018 17:05
0
3.7K
Kutip
36
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan