natashalee299Avatar border
TS
natashalee299
Pelajaran hidup yg bisa di dapatkan pada saat berusia 20 tahun
Saat usia sudah menginjak angka kepala dua. Saat gelak tawa remaja perlahan mulai menjauh. Perlahan aku menemukan beberapa pemikiranku yang berubah. Pelan tapi pasti caraku memandang hidupku sendiripun turut berubah. Inikah yang disebut dewasa itu? Ah, aku tidak tahu. Tetapi, setelah kulangkahkan kaki lebih dalam memasuki gerbang umur 20 puluh tahun. Seiring dengan pengalaman-pengalaman hidupku yang semakin beragam; manis, pahit, asin dan asam. Akhirnya aku memahami bahwa.

1. Aku Lebih Tangguh Dari yang Aku Pikirkan Selama Ini
Kadang aku takut memasuki gerbang kedewasaan. Melalui serangkaian ragam perasaan, dan keputusan besar dalam hidupku. Menempuh pendidikan yang lebih tinggi, merantau ke kota lain, dan keputusan-keputusan besar dalam hidup lainnya yang aku ambil pada awal usia ini. Sesaat sebelum melangkah aku meragukan kemampuanku sendiri. Dapatkah aku melakukannya? Mampukah aku meraih cita-cita? 

Tidak munafik, ada perasaan takut di pojok hati. Aku takut mengecewakan kedua orangtua yang telah membesarkanku hingga detik ini. Aku takut gagal masuk ke universitas impianku. Aku takut gagal dalam memperjuangkan cita-citaku. Aku takut. Tetapi, tetap saja, dengan membesarkan semangat, kulangkahkan saja kakiku menghadapinya. Kuambil saja kesempatan yang ada. Ku tantang saja segala aral rintangan yang membentang. Hingga kini, aku berada dititik dimana aku bisa mengatakan --setidaknya pada diri sendiri, bahwa ternyata aku lebih tangguh dari yang aku pikirkan selama ini.

2. Kesalahan Mengajariku Banyak Hal
Jujur saja, kamu pasti juga takut melakukan kesalahan. Aku pun. Seakan kesalahan adalah suatu dosa besar yang harus dihindari jika kita tidak ingin terjerembab ke jurang ke gagalan. Itu menurutku pada awalnya. Tetapi, seiring dengan aku yang harus mencoba lebih mandiri ternyata sangat sulit ya menghindari kesalahan tersebut. Alih-alih menghindari kesalahan, aku justru lebih sering melakukannya. Dalam hal apapun, studi di kampus, kisah asmara, atau dalam keorganisasian sekalipun. Tidak hanya kesalahan remeh, akupun melakukan kesalahan besar pula yang tadinya kuanggap tidak dapat diampuni pun diperbaiki. 

Tetapi, ternyata aku salah. Melalui kesalahan-kesalahan itulah aku belajar banyak hal. Agar menjadi pelajaran yang sebaiknya tidak kembali diulang kedepannya. Pun aku juga menjadi lebih tahu seperti apa aku yang sesungguhnya. Kelebihanku, kekuranganku, kesempatanku, dan sebagainya. Lewat kesalahan-kesalahan itulah aku akhirnya belajar mengenal diriku, dan mengenal cara pandang yang lain terhadap hidup. Salah, atau tidak salah hanya sebatas anggapan, dan dari sudut pandang mana kita melihatnya.

3. selama Ini Aku Hanya Dibatasi Oleh Imajinasiku Sendiri
Pernah dengar Kalimat berbunyi, Siapapun dapat melakukan apapun yang mereka impikan disepanjang hidupnya. Ternyata kalimat itu benar adanya. Ternyata kita adalah apa yang kita pikirkan selama ini. Jika kita mampu, maka kita memang akan mampu. Jika kita menginginkan sesuatu, dan pikiran kita fokus padanya. Ternyata tanpa kita sadari semesta ini akan mengantarkan kita pada hal tersebut. Selama kita mempercayainya, ternyata kita akan selalu menemukan jalan untuk menuju kesana.

4. Ternyata Kita Harus Melalui Hal Menyakitkan untuk Memperoleh Hal Terbaik dalam Hidup Kita
Ternyata untuk memperoleh sesuatu yang terbaik, usaha kita juga harus yang terbaik pula rupanya. Saat aku harus bersusah payah tiap malam melahap habis latihan soal ujian masuk perguruan tinggi negeri beberapa waktu lalu. Aku tidak paham apakah usahaku yang sampai jatuh bangun ini sebanding dengan apa yang akan aku harapkan. Apa yang sebenarnya aku cari di universitas impianku itu? Akankah sesuai dengan harapanku, atau justru dikecewakan? Tetapi, diantara pertanyaan-pertanyaan ragu itu aku tetap berproses, dan mengusahakan yang terbaik yang aku bisa.

Kini saat menyandang predikat mahasiswa di universitas impianku. Barulah aku tahu bahwa jerih payahku kemarin, sudah kupetik hari ini. Aku berada di jurusan yang menjadi bakat, dan minatku. Di universitas impianku pula. Puji Tuhan atas segala anugerahNya. Berarti, saat ini, sebelum harus menyusun tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana, Sekali lagi, kuyakinkan diriku sendiri bahwa seberapapun susah prosesnya saat ini. Ada hadiah dari hasil peluh keringatku nanti di akhir yang pastinya sepadan.

5. Hidup adalah 10% Hal yang Terjadi padaku, dan 90% Sikapku Terhadapnya
Kita hidup di dunia yang tidak dapat kita kontrol. Segala kemungkinan dalam hidup bisa saja terjadi. Ternyata didalam hidup, akan kearah mana kita melangkah tergantung bagaimana kita melihatnya. Semua hal yang menghampiri hidupku, akan membuatku menjadi pribadi yang lebih baik, atau sebaliknya. Tergantung dari bagaimana sikapku terhadap situasi tersebut.

Saat harus patah hati karena kandasnya cinta. Memang sakit rasanya melihat orang yang kita cinta bersama orang lain. Bisa saja aku terus menerus terlarut dalam galau, tangis, dan sedih yang tak berkesudahan. Menganggap aku ini sebagai korban. Tetapi, jika dilihat dari sudut pandang yang lain, hendak sampai kapan seperti itu. Aku memilih untuk mengubah sikap, dan cara berpikirku. Mungkin Tuhan memintaku untuk memperbaiki diri dahulu. Sebelum dipertemukan oleh calon pendampingku kelak. Dan aku mempercayainya.

6. Jika Ingin Merasa Kaya, Hitung Saja Semua Hal yang Tidak Dapat Dibeli dengan Uang
Aku seringkali merasa tidak memiliki apapun. Semua yang kuusahakan setiap harinya hanya untuk mengejar semua hal yang belum aku peroleh hingga detik ini. Uang jajan tambahan, kendaraan yang nyaman, tas yang mahal, dan sebagainya. Selalu saja ada yang kurang. Aku selalu merasa kekurangan. Selalu. Hingga akhirnya aku harus jatuh sakit. Kendaraan yang nyaman, dan tas yang mahal tidak dapat ku gunakan. Untuk apa mengguanakan kendaraan, dan tas mahal di rumah sakit? 

Tetapi tunggu, saat itu aku tidak merasa kekurangan. Justru merasa bahagia. Ada kedua orang tuaku yang dengan sabar menunggu. Pun begitu pula dengan teman-teman yang menjenguk, dan mendoakanku silih berganti. Pada titik itu aku sadar, untuk menjadi kaya ternyata tidak perlu menunggu untuk menjadi kaya secara materi. Hitung saja hal-hal yang Tuhan berikan yang tentu saja tidak bisa dibeli dengan uang. Kesehatan, keluarga, persahabatan, pengalaman, kesempatan, adalah sebagian kecil dari hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang. Aku mensyukurinya.

7. Memaafkan Diri Sendiri adalah yang Terpenting 
Tadinya aku beranggapan bahwa memaafkan kesalahan orang lain adalah yang terpenting. Tetapi, ternyata aku keliru. Bukan memaafkan kesalahan orang lain yang terpenting, melainkan memaafkan diri sendiri. Tidak mudah ternyata memaafkan, dan menerima kesalahan yang terlanjur kita buat. Tidak gampang menerima segala kekurangan kita. Alih-alih memaafkan diri sendiri, terkadang satu kesalahan saja dapat membuat kita frustasi, dan mengutuki diri sendiri. Sedih, dan dirundung depresi tak berkesudahan.

Memaafkan diri sendiri adalah yang terpenting. Belajar memaafkan diri sendiri dengan menerima segala kekurangan, kesalahan, dan kealpaan yang ada pada diri kita ternyata membuat kita lebih mudah menentukan langkah kedepan. Pun selain itu, jika kita dapat memaafkan diri sendiri, maka dengan mudahnya kita dapat memaafkan kesalahan oranglain pula.

Seiring perjalananmu menapaki setapak usia 20 tahun. Pasti aka nada lebih banyak lagi pelajaran hidup yang dapat kamu petik. Tetap semangat, dan selamat melangkah!
0
442
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan