tribunnews.comAvatar border
TS
MOD
tribunnews.com
Petani Menjerit, Musim Panen Raya Tapi Harga Gabah Justru Anjlok


TRIBUNNEWS.COM, NGAWI - Panen raya di berbagai sentra produksi di wilayah Jawa menunjukkan harga gabah di tingkat petani mulai anjlok.

Namun ironis, Bulog yang sudah kedatangan ratusan ribu beras impor dari Thailand dan Vietnam malah tak melakukan apa-apa untuk mendongkrak harga di tingkat petani sekaligus memperkuat cadangan beras pemerintah.

“Hari ini Ngawi di wilayah timur harga gabah itu Rp 3.500 per kilogram. Itu yang pakai tressure sementara combine Rp 3.800 per kilogram. Kalau nggak ada hujan bisa Rp 4.000 - 4100 per kilogram,” curhat Pak Harno, petani di Kelurahan Pangkur, Kecamatan Pangkur, Ngawi, Jawa Timur, Senin (26/2/2018).

Sayangnya, kata Harno, sama sekali tidak ada aktifitas pembelian gabah yang dilakukan oleh Bulog untuk mendongkrak harga gabah para petani di Ngawi. Padahal, pekan sebelumnya sudah ada Bulog bersama Tim Sergab yang memantau kondisi gabah para petani.

“Sekitar 10 hari lalu ada tim dari Jakarta ke Ngawi tapi kok tidak masuk sampai ke timur. Dinanti-nanti tapi kok nggak datang. Padahal kalau dibeli Bulog Rp 4.200 saja, itu sudah menguntungkan bagi petani,” katanya.

Baca: Rizal Ramli Heran Bulog Tak Mau Beli Beras Petani, Tapi Malah Impor

Karna Bulog tak kunjung datang, lanjut dia, banyak petani di wilayahnya terpaksa menjual di bawah Rp 4.000 per kilogram.

“Ya terpaksa pak buat bayar kebutuhan. Bayar pupuk, bayar tenaga kerja,” sesalnya.

Wahyu Hidayat, petani di Jogorogo menyebut anjloknya harga gabah tak lepas dari membludaknya stok di pasaran seiring masuknya panen raya.

Disisi lain, permintaan tidak berubah. Belum lagi ada indikasi permainan harga oleh tengkulak. “Dalihnya kualitas buruk akibat sering hujan,” keluhnya.

Kasiman, petani di Desa Banjarrejo, Kecamatan Baringan, Kebumen, Jawa Tengah juga pastikan harga gabah saat ini turun drastis.

Harga Gabah Kering Giling (GKG) saat ini mencapai Rp 4.500 hingga Rp 4.800 per kilogram.

Turun jauh dari sebelumnya yang bisa mencapai Rp 5.500 per kilogram. “Kalau kami disini kebanyakan jualnya kering giling, bukan kering panen. Nah itu sekarang Rp 4.800, tapi bisa lebih turun lagi karena sekarang lagi banyak panen,” katanya.

Ibu Supartin, petani di Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati juga mengatakan harga gabah di wilayah Pati sekarang sudah berangsur-angsur turun. Adapun harga gabah saat ini untuk Gabah Kering Giling sekitar Rp 5.200 per kilogram sementara Gabah Kering Panen sekitar Rp 4.200 - 4.600 per kilogram.

“Harga segitu sudah turun karena musim panen raya. Sementara harga beras juga turun Rp 9.000 per kilogram,” katanya.

Petani di Jember, Jawa Timur memasuki masa panen ini juga terpaksa harus gigit jari. Pasalnya, harga gabah saat ini tidak sesuai harapan. Adapun harga jual gabah sekarang ini turun drastis dari semula Rp 5.000 per kilogram menjadi Rp 3.800 per kilogram.

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember, Jumantoro mengatakan anjloknya harga gabah ini dipengaruhi musim hujan. Pembeli harus bekerja ekstra untuk menjemur padi. Masuknya beras impor dari Vietnam, dikatakan Jumantoro juga memberi pengaruh pada penurunan harga gabah.

“Jika dijual berasnya, khawatir harga beras ikut turun. Padahal, sekarang harganya masih tinggi. Saya kemarin beli beras yang biasa isi lima kilogram harganya Rp 60 ribu,” jelasnya.

Dia menambahkan, kenaikan beras tidak mengubah harga gabah. Pembelian gabah masih menggunakan inpres 2015, yakni harga pembelian pemerintah (HPP) Rp 3.700.

“Padahal, kondisinya sekarang sudah berubah, inpres itu sudah tidak relevan,” tuturnya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bulog menunjukkan hingga 24 Februari ini, serapan gabah Bulog baru mencapai 24.466 ton setara beras. Serapan ini masih kalah jauh dari periode yang sama Februari 2017 dimana serapan gabah mencapai 36.061 ton setara beras.

Ekonom Senior, Rizal Ramli menilai Bulog harusnya menyerap gabah petani atau membeli dengan harga pembelian pemerintah (HPP). "Untuk apa impor kalau beras di dalam negeri banyak," ujar Rizal dikutip dari Tribun.

Dia pun mengkritik kebijakan impor beras yang dilakukan pemerintah saat ini. Apalagi impor dilakukan padahal panen raya padi telah dilakukan petani di sejumlah wilayah lumbung beras. "Kebijakan impor ini membuat petani makin sengsara," kata Menteri Koodirnator bidang Perekonomian era Gus Dur ini.

Dia juga curiga ada yang tidak beres dari kebijakan importase beras ini. Diantaranya dugaan adanya komisi besar dalam importase pangan dan buruknya Bulog mengatur stok dan distribusi beras. "Atau apa ini sengaja merusak kehidupan petani?" ujar bekas Menteri Koordinator bidang Maritim dan Sumber Daya itu.

Anggota Komisi IV DPR RI Oo Sutisna heran dengan rendahnya serapan gabah Bulog memasuki panen raya ini. Padahal Bulog berkewajiban memperkuat beras cadangan Pemerintah melalui serapan gabah petani.

“Ini kan sudah panen. Karena sudah ada kewajiban, kenapa Bulog tidak mau beli. Petani itu kan simpel, yang penting gabahnya ada yang beli. Mau Bulog, swasta, tidak ada masalah. Yang penting Bulog jalankan kewajibannya, penuhi gudangnya dengan beras. Sekarang ini momentumnya penuhi gudangnya. Supaya punya cadangan beras cukup. Jadi jangan akal-akalan lagi. Ketika tidak cukup, mau minta impor lagi,” cetusnya.

Sebelumnya, Anggota Komisi VI DPR RI Bambang Haryo Sukartono kecewa berat dengan performa Bulog. Dia punmenilai direksi Bulog yang ada sekarang sudah tidak patut lagi dipertahankan. Alasan dia, Bulog kini dirundung banyak masalah, mulai dari serapan gabah yang anjlok hingga maraknya kasus yang melanda internal Bulog.

Bambang menuturkan, harusnya Bulog ini dikelola oleh sumberdaya manusia yang handal, tidak asal-asalan seperti yang sekarang ini.

“Bulog ini jamin 1 komoditas saja sudah gagal total. Bertugas menyimpan stok beras saja sudah tidak profesional. Dan Bulog ini hanya bisa menyerap 2,3 juta ton beras dibanding dari swasta yang bisa menyerap 40 juta ton lebih. Ini berarti Bulog itu tidak bisa berfungsi sebagai stabilitas pasar. Bulog ini gagal total. Daripada begitu, yang pertama, SDM-nya harus diberhentikan semua. Ini sudah rusak total,” katanya.

Dalam serap gabah saja, lanjut dia, yang jelas dibantu TNI, nyatanya juga gagal. Di Tahun 2017, Bulog yang seharusnya bisa serap 5 juta ton, ternyata hanya mampu mencapai setengahnya saja. Kenyataan ini pula yang menjadi dasar pemerintah mengeluarkan kebijakan pahit bagi petani untuk impor beras.


Sumber : http://www.tribunnews.com/regional/2...-justru-anjlok

---

Baca Juga :

- Rizal Ramli Heran Bulog Tak Mau Beli Beras Petani, Tapi Malah Impor

- Rugikan Petani, Anggota DPD RI Ajak Daerah Lumbung Beras Agar Menolak Beras Impor

- Mayat Wanita yang Kaki, Tangan dan Mulutnya Dilakban Ternyata Sulasi Seorang Janda Kaya

0
385
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan