- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ketergantungan Petani adalah Penyebab Hilangnya Kedaulatan Pangan


TS
jokosamudronapo
Ketergantungan Petani adalah Penyebab Hilangnya Kedaulatan Pangan
Sekretaris Jenderal Mari Sejahterkan Petani (MSP), Mangontang Simanjuntak mengatakan hilangnya kedaulatan pangan adalah akibat ketergantungan petani yang terus meningkat.

"Secara cita-cita ingin berdaulat tapi tidak menggapai jalan yang mengarahkan pada kedaulatan pangan itu sendiri," kata Mangontang dalam diskusi "Sampai Dimana Kedaulatan Pangan Indonesia & Apa Langkah serta Solusinya?” yang dilakukan oleh Dewan Pengurus Nasional Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia, Jakarta, Sabtu (24/2/2018).
Beberapa fakta dia ungkap. Salah satunya adalah soal petani yang "dipaksa" untuk menggunakan bibit hybrid.
"Hingga saat ini bibit lokal begitu banyak dan perlu dilindungi tapi petani menggunakan bibit hybrid. Ini yang menjadi matinya kreativitas penemuan bibit dan menimbulkan ketergantungan bibit yang notabenenya sudah di kapitalisasi pemilik modal," katanya.
Pemerintah, katanya, harus menggunakan anggaran yang bisa memperkuat petani untuk memuliakan benih lokal yang bisa ditanam terus menerus.
Di samping itu, memperkuat akses permodalan dan peralatan agar petani bisa memproduksi pupuk sendiri. Dan daya dukung tekhnologi diperkuat agar petani, sesuai kultur lahan yang dimilikinya, dapat membuat atau memproduksi sarana produksi pertaniannya sendiri.
Mangontang yang juga berprofesi sebagai petani ini mengungkapkan bahwa komunitasnya sudah mampu memproduksi, memuliakan benih, bibit, pupuk dan sarana produksi pertanian sendiri. Dan digunakan oleh anggota komunitasnya.
"Banyak hal soal praktik kedaulatan pangan yang sudah ada di lapangan. Namun dengan kepemilikan lahan petani yang kini rata-rata lahan 0,2 ha sama dengan 400 rb/bln satu KK ini sangat menyedihkan, dan kedaulatan pangan kita berada dipersimpangan," ujarnya. (*)
baca selenkapnya di : https://www.timesindonesia.co.id/rea...ulatan-pangan/

"Secara cita-cita ingin berdaulat tapi tidak menggapai jalan yang mengarahkan pada kedaulatan pangan itu sendiri," kata Mangontang dalam diskusi "Sampai Dimana Kedaulatan Pangan Indonesia & Apa Langkah serta Solusinya?” yang dilakukan oleh Dewan Pengurus Nasional Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia, Jakarta, Sabtu (24/2/2018).
Beberapa fakta dia ungkap. Salah satunya adalah soal petani yang "dipaksa" untuk menggunakan bibit hybrid.
"Hingga saat ini bibit lokal begitu banyak dan perlu dilindungi tapi petani menggunakan bibit hybrid. Ini yang menjadi matinya kreativitas penemuan bibit dan menimbulkan ketergantungan bibit yang notabenenya sudah di kapitalisasi pemilik modal," katanya.
Pemerintah, katanya, harus menggunakan anggaran yang bisa memperkuat petani untuk memuliakan benih lokal yang bisa ditanam terus menerus.
Di samping itu, memperkuat akses permodalan dan peralatan agar petani bisa memproduksi pupuk sendiri. Dan daya dukung tekhnologi diperkuat agar petani, sesuai kultur lahan yang dimilikinya, dapat membuat atau memproduksi sarana produksi pertaniannya sendiri.
Mangontang yang juga berprofesi sebagai petani ini mengungkapkan bahwa komunitasnya sudah mampu memproduksi, memuliakan benih, bibit, pupuk dan sarana produksi pertanian sendiri. Dan digunakan oleh anggota komunitasnya.
"Banyak hal soal praktik kedaulatan pangan yang sudah ada di lapangan. Namun dengan kepemilikan lahan petani yang kini rata-rata lahan 0,2 ha sama dengan 400 rb/bln satu KK ini sangat menyedihkan, dan kedaulatan pangan kita berada dipersimpangan," ujarnya. (*)
baca selenkapnya di : https://www.timesindonesia.co.id/rea...ulatan-pangan/
0
947
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan