- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Muncul Versi Berbeda Terkait Aksi Teror, Bagaimana?


TS
mendadakranger
Muncul Versi Berbeda Terkait Aksi Teror, Bagaimana?
https://www.jawapos.com/radarkediri/...eror-bagaimana
Komeng TS :
Nah loh beneran gila dan bukan pelakunya. :sudahkuduga
Muncul Versi Berbeda Terkait Aksi Teror, Bagaimana?
Quote:
KEDIRI KABUPATEN – Sosok Rianto Gempol, santri yang mengaku sempat ditodong oleh tiga orang misterius di Pondok Al Falah Ploso, Mojo, kemarin kembali menjalani pemeriksaan di kepolisian. Pasalnya, lelaki asal Ngawi inilah yang disebut-sebut menjadi satu-satunya orang yang mengetahui secara langsung kronologi pengancaman.
Jawa Pos Radar Kediri kemarin sempat mencoba untuk menemui Rianto di lingkungan Pondok Al Falah Ploso, Mojo, sekaligus untuk mendengarkan cerita lengkap aksi teror yang terjadi Senin (19/2) malam lalu. Sayang, kemarin Rianto tetap tidak bisa ditemui. Pasalnya, petugas dari Polsek Mojo telah lebih dulu membawanya ke Mapolres Kediri Kota.
Hal itu dibenarkan oleh Edi Suprapto, santri sekaligus asisten dari Gus Robert (Tijani Robert Saifun). Menurut Edi, ada sekitar lima orang petugas dari Polsek Mojo yang datang membawa mobil patrol lantas membawa Rianto sekitar pukul 14.00. “Dia (Rianto, Red) kembali dipanggil ke Polres Kediri Kota,” ujar Edi yang ditemui wartawan koran ini di kediaman Gus Robert.
Ada kemungkinan Rianto kembali dipanggil pihak kepolisian untuk dimintai keterangan sebagai saksi. Ini karena Rianto merupakan satu-satunya saksi sekaligus korban dari penodongan oleh tiga orang misterius.
Namun, saat wartawan koran ini ke Mapolres Kediri Kota yang berada di Jalan KJP Slamet sekitar pukul 16.00, tidak tampak Rianto di ruang penyidik. Yang ada hanyalah mobil patrol milik Polsek Mojo. Suasana mapolres juga sudah mulai sepi dan beberapa petugas mengaku tidak tahu-menahu mengenai keberadaan Rianto.
Lebih lanjut Edi mengatakan, Rianto sebenarnya adalah seorang kontraktor asal Desa Katikan, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Selama ini, Rianto adalah santri yang memang mengaji khusus kepada Gus Robert, bukan santri di Pondok Al Falah Ploso. “Kalau santri Pondok Al Falah Ploso pasti banyak yang tidak kenal. Wong dia (Rianto, Red) memang bukan santri sana (Al Falah, Red),” lanjut Edi.
Karena itu, lanjut Edi, pihak keamanan Pondok Al Falah Ploso tidak mengenal sosok Rianto dan menganggap sebagai warga yang tinggal di sekitar pondok. Tidak hanya itu, ternyata Rianto juga tidak tinggal menetap di kediaman Gus Robert dalam jangka waktu yang lama. Rianto nyantri ke Gus Robert hanya pada saat Gus Robert memanggilnya datang. “Baru dua hari (sebelum penodongan, Red) memang dia di sini. Kalau kesehariannya ya tinggal di Ngawi,” lanjutnya.
Edi lantas menceritakan kronologi penodongan yang menimpa Rianto berdasarkan versi yang diceritakan oleh Rianto kepadanya. Dia membenarkan adanya penodongan dengan menggunakan pisau dan tidak ada saksi lainnya yang melihat. Pasalnya, saat menjelang magrib kondisi gang menuju rumah Gus Robert memang sepi.
Kendati demikian, Edi mengatakan bahwa ancaman pembunuhan tidak langsung ditujukan kepada Gus Robert maupun Gus Toba. Melainkan justru ditujukan kepada Rianto itu sendiri. “Kebetulan saat itu Rianto keluar dari kediaman Gus Robert hendak ke Pondok Putri Al Falah. Kebetulan putri Rianto mondok di situ,” ujar Edi.
Saat keluar dari gang itulah, Rianto lantas mengaku ada tiga orang misterius. Rianto sempat bertanya kepada tiga orang itu, namun bukan jawaban yang didapat. Melainkan justru bersitegang dengan Rianto hingga akhirnya tubuh Rianto dipiting dan ditodong pisau. “Kalau ketiganya mencari rumah Gus Robert memang iya, tapi kalau ancaman secara langsung hendak membunuh Gus Robert itu tidak ada,” ungkapnya.
Masih dikatakan Edi, karena takut diketahui santri lain, ketiga orang misterius inipun langsung meninggalkan Rianto dan kabur ke arah yang berbeda-beda alias berpencar. Setelah itu Rianto pun datang ke teman-temannya yang ada di kediaman Gus Robert dan menceritakan insiden penodongan itu.
Berdasar catatan koran ini, versi yang diceritakan oleh Edi ini sedikit berbeda dengan versi petugas keamanan pondok. Saat itu, petugas keamanan menyebut bahwa ketiga orang misterius itu lari ke arah Tulungagung karena takut diketahui oleh santri.
Lantas, bagaimana dengan Abdul Aziz? Edi mengatakan, usai Rianto menceritakan ada tiga orang misterius, kemudian santri-santri Gus Robert mendatangi TKP penodongan dan malah mendapati Abdul Aziz yang mondar-mandir di sekitar pondok dan gerak-geriknya mencurigakan dan hendak menemui KH Nurul Huda Jazuli dan Gus Robert. “Dikira para santri, Abdul Aziz itu adalah teman ketiga orang misterius itu. Langsung dia (Aziz, Red) ditangkap dan dibawa ke Polsek Mojo,” terang Edi.
Dalam wawancara kemarin, sebenarnya Gus Robert juga hadir mendampingi Edi. Gus Robert terlihat duduk tak jauh dari wartawan ini sambil mendengarkan. Namun sayang saat wartawan koran ini hendak mengonfirmasi terkait dugaan pengancaman kepadanya dan putranya, Gus Robert enggan berkomentar atau diwawancarai dan menyerahkan semua jawaban kepada Edi. “Kami tetap waspada. Kami serahkan sepenuhnya kepada aparat kepolisian,” pungkas Edi.
Jawa Pos Radar Kediri kemarin sempat mencoba untuk menemui Rianto di lingkungan Pondok Al Falah Ploso, Mojo, sekaligus untuk mendengarkan cerita lengkap aksi teror yang terjadi Senin (19/2) malam lalu. Sayang, kemarin Rianto tetap tidak bisa ditemui. Pasalnya, petugas dari Polsek Mojo telah lebih dulu membawanya ke Mapolres Kediri Kota.
Hal itu dibenarkan oleh Edi Suprapto, santri sekaligus asisten dari Gus Robert (Tijani Robert Saifun). Menurut Edi, ada sekitar lima orang petugas dari Polsek Mojo yang datang membawa mobil patrol lantas membawa Rianto sekitar pukul 14.00. “Dia (Rianto, Red) kembali dipanggil ke Polres Kediri Kota,” ujar Edi yang ditemui wartawan koran ini di kediaman Gus Robert.
Ada kemungkinan Rianto kembali dipanggil pihak kepolisian untuk dimintai keterangan sebagai saksi. Ini karena Rianto merupakan satu-satunya saksi sekaligus korban dari penodongan oleh tiga orang misterius.
Namun, saat wartawan koran ini ke Mapolres Kediri Kota yang berada di Jalan KJP Slamet sekitar pukul 16.00, tidak tampak Rianto di ruang penyidik. Yang ada hanyalah mobil patrol milik Polsek Mojo. Suasana mapolres juga sudah mulai sepi dan beberapa petugas mengaku tidak tahu-menahu mengenai keberadaan Rianto.
Lebih lanjut Edi mengatakan, Rianto sebenarnya adalah seorang kontraktor asal Desa Katikan, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Selama ini, Rianto adalah santri yang memang mengaji khusus kepada Gus Robert, bukan santri di Pondok Al Falah Ploso. “Kalau santri Pondok Al Falah Ploso pasti banyak yang tidak kenal. Wong dia (Rianto, Red) memang bukan santri sana (Al Falah, Red),” lanjut Edi.
Karena itu, lanjut Edi, pihak keamanan Pondok Al Falah Ploso tidak mengenal sosok Rianto dan menganggap sebagai warga yang tinggal di sekitar pondok. Tidak hanya itu, ternyata Rianto juga tidak tinggal menetap di kediaman Gus Robert dalam jangka waktu yang lama. Rianto nyantri ke Gus Robert hanya pada saat Gus Robert memanggilnya datang. “Baru dua hari (sebelum penodongan, Red) memang dia di sini. Kalau kesehariannya ya tinggal di Ngawi,” lanjutnya.
Edi lantas menceritakan kronologi penodongan yang menimpa Rianto berdasarkan versi yang diceritakan oleh Rianto kepadanya. Dia membenarkan adanya penodongan dengan menggunakan pisau dan tidak ada saksi lainnya yang melihat. Pasalnya, saat menjelang magrib kondisi gang menuju rumah Gus Robert memang sepi.
Kendati demikian, Edi mengatakan bahwa ancaman pembunuhan tidak langsung ditujukan kepada Gus Robert maupun Gus Toba. Melainkan justru ditujukan kepada Rianto itu sendiri. “Kebetulan saat itu Rianto keluar dari kediaman Gus Robert hendak ke Pondok Putri Al Falah. Kebetulan putri Rianto mondok di situ,” ujar Edi.
Saat keluar dari gang itulah, Rianto lantas mengaku ada tiga orang misterius. Rianto sempat bertanya kepada tiga orang itu, namun bukan jawaban yang didapat. Melainkan justru bersitegang dengan Rianto hingga akhirnya tubuh Rianto dipiting dan ditodong pisau. “Kalau ketiganya mencari rumah Gus Robert memang iya, tapi kalau ancaman secara langsung hendak membunuh Gus Robert itu tidak ada,” ungkapnya.
Masih dikatakan Edi, karena takut diketahui santri lain, ketiga orang misterius inipun langsung meninggalkan Rianto dan kabur ke arah yang berbeda-beda alias berpencar. Setelah itu Rianto pun datang ke teman-temannya yang ada di kediaman Gus Robert dan menceritakan insiden penodongan itu.
Berdasar catatan koran ini, versi yang diceritakan oleh Edi ini sedikit berbeda dengan versi petugas keamanan pondok. Saat itu, petugas keamanan menyebut bahwa ketiga orang misterius itu lari ke arah Tulungagung karena takut diketahui oleh santri.
Lantas, bagaimana dengan Abdul Aziz? Edi mengatakan, usai Rianto menceritakan ada tiga orang misterius, kemudian santri-santri Gus Robert mendatangi TKP penodongan dan malah mendapati Abdul Aziz yang mondar-mandir di sekitar pondok dan gerak-geriknya mencurigakan dan hendak menemui KH Nurul Huda Jazuli dan Gus Robert. “Dikira para santri, Abdul Aziz itu adalah teman ketiga orang misterius itu. Langsung dia (Aziz, Red) ditangkap dan dibawa ke Polsek Mojo,” terang Edi.
Dalam wawancara kemarin, sebenarnya Gus Robert juga hadir mendampingi Edi. Gus Robert terlihat duduk tak jauh dari wartawan ini sambil mendengarkan. Namun sayang saat wartawan koran ini hendak mengonfirmasi terkait dugaan pengancaman kepadanya dan putranya, Gus Robert enggan berkomentar atau diwawancarai dan menyerahkan semua jawaban kepada Edi. “Kami tetap waspada. Kami serahkan sepenuhnya kepada aparat kepolisian,” pungkas Edi.
Komeng TS :
Nah loh beneran gila dan bukan pelakunya. :sudahkuduga
Diubah oleh mendadakranger 23-02-2018 07:34
0
768
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan