- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Movies
Marvel punya jagoan berkulit hitam, Siapakah Dia?
TS
memaidy
Marvel punya jagoan berkulit hitam, Siapakah Dia?
Wakanda menjadi negeri impian berbasis teknologi yang mulai didamba semua orang. Negari ini menjadi rekaan dengan peradaban super canggih. Dipimpin oleh seorang Raja yang mempunyai kekuatan Black Panther untuk melindungi penduduknya. Sistem birokrasi dan intelijen negari ini disinyalir telah dijaga ketat hingga garis perbatasan.Walau Wakanda itu kaya, negara ini tak serta merta mengumbar keunggulan. Mereka mampu menyamar sebagai salah satu bentuk negara yang mengalami kesulitan. Hal ini dilakukan oleh mereka agar perangkat teknologi yang diciptakan tidak ada yang berani menyalahgunakan.
Sumber daya vibranium menjadi salah satu unsur vital yang mengandung mineral karena memiliki banyak khasiat. Sumber daya alam ini begitu dirahasiakan agar tak tercium negara lain.
Lama-kelamaan semua rahasia Wakanda terbongkar terutama saat Raja T’Challa (Chadwick Boseman) menggantikan ayahnya, T’Chaka (John Kani) merebut tahta kerajaan. T’Chaka telah meninggal saat terjadi ledakan bom di Vienna, Austria. Penonton bisa melihat momen tewas ayahnya melalui film produksi Marvel sebelumnya yang berjudul Captain America: Civil War.
Posisi kepemimpinan T’Challa mulai terancam saat artefak kebudayaan Wakanda berhasil dicuri oleh komplotan misterius. Satu per satu, Wakanda mulai mendapat pergolakan internal dan eksternal. T’Challa mulai menjalankan misi untuk meringkus Ulysses Klaue (Andy Serkis) di Busan, Korea.
Dibalik peran Klaue, masih ada sosok Erik Killmonger (Michael B. Jordan) yang biasa dikenal dengan sebutan Golden Jaguar. Mantan agen rahasia itu berencana memanfaatkan peradaban teknologi Wakanda untuk menaklukkan dunia sekaligus membuktikan kulit hitam tak pantas ditindas. Bentuk perlawanan Erik dilakukan sebagai ajang balas dendam karena ayahnya pernah dibunuh oleh Black Panther versi lampau.
Untuk mendinginkan keadaan yang hectic, T’Challa dibantu oleh adik yang bernama Shuri (Letitia Wright). Kecerdasan adiknya memegang kendali teknologi di Wakanda. Mulai dari menciptakan kostum Black Panther yang lengkap dengan sepatu hingga kendaraan-kendaraan yang bisa digerakkan melalui pengaturan sensorik dalam keadaan semrawut sekalipun. Gedung pencakar langit sampai kereta api ekspres juga menambah unsur futuristik film yang semakin eksotik.
Nakia (Lupita Nyong’o) juga hadir sebagai mantan T’Challa. Dalam menjalankan tugas sebagai intel di Wakanda, wanita ini harus memilih untuk terus berjuang menyelamatkan kekasih yang masih dicintai atau mempertahankan negerinya yang telah dikuasai oleh pihak lain.
Dalam film Black Panther tidak ada sisi patriotisme yang bull shit. T’Challa dan Killmonger siap bersaing menjadi Raja Wakanda untuk mengalahkan ego masing-masing. Begitu juga para penduduk Wakanda yang menghadapi pro kontra untuk melindungi negerinya sendiri.
Rumah produksi Marvel Studios merilis film ini sejak tanggal 14 Februari 2018 sekaligus mengkritik isu sosial yang belakangan terjadi. Nuansa film Black Panther semakin berbeda dari film-film sebelumnya. Film ini lebih menekankan pada latar belakang orang-orang berkulit gelap yang merancang teknologi untuk kebutuhan semua orang tanpa membedakan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan).
Di babak awal film, mungkin penonton akan banyak bertanya karena sulit mencerna arah cerita mau dibawa kemana. Tidak ada konflik yang bisa menjelaskan secara personal. Hanya berupaya membangun karakter Killmonger dan beberapa adegan yang tidak signifikan untuk membawa penonton pada cerita utama.
Cerita berjalan dengan baik. Karakter pahlawan dan musuh memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Nobodies perfect in life. Konflik tumbuh tidak hanya sebatas karakter protagonis dan antagonis. Ada sekat yang mampu jadi penghubung bahwa perdamaian di dunia masih bisa diusahakan jika kita bisa saling mengakui kelebihan dan melengkapi kekurangan satu sama lain.
Meski mengandung elemen rasis yang menyindir warna kulit, cerita meramu elemen tersebut hingga keragaman dipandang sebagai kesatuan yang saling membutuhkan. Penokohan semakin hidup karena menyentuh introspeksi diri untuk saling menyelami keberpihakan akan situasi dan kondisi. Semua diramu melalui adegan-adegan flashback terhadap tradisi raja baru yang tersampaikan dalam visual verbal.
Eksploitasi terhadap isu rasisme tersampaikan tanpa harus melakukan justifikasi satu sama lain. Sebagai contoh saat adegan Martin Freeman yang berkulit putih mampu disembuhkan luka tembak di sumsum tulang belakang dengan ramuan obat berbahan dasar vibranium yang diracik di Wakanda. Beberapa dialog juga terselip ejekan bernuansa rasis, namun sindiran halus tetap terlihat berisi alias tidak receh.
Sutradara, Ryan Coogler tampak trengginas mengemas cerita semakin panas. Unsur konlik kepentingan antar golongan mampu menyusup relung-relung pribadi manusia. Cerita film semakin relate dengan fenomena yang terjadi diberbagai belahan negara sekarang ini.
Kebiasaan dalam suatu tatanan masyarakat juga berhasil terbangun dalam setiap adegan. Semua pergerakan begitu terasa kompleks. Film Black Panther secara eksplisit menghadirkan apa saja potensi dari etnis Afrika yang bisa digali. Pantas saja, film ini disebut sebagai film Marvel pertama yang diproduksi oleh penulis naskah, sutradara, dan pemeran-pemeran utama berkulit hitam.
Keterlibatan pengisi original soundtrack juga berkolaborasi dengan penyanyi hip-hop berkulit hitam, Kendrick Lamar. Senandung nyanyian berbahasa Afrika terdengar lirih mendukung suasana. Semua tata suara dan musik enak untuk didengar.
Latar tempat terbilang oke. Apalagi saat adegan kematian bunuh diri yang dilakukan oleh Killmonger di pemandangan sun set yang indah terlihat begitu megah. Arsitektur tempat-tempat syuting film juga mengingatkanku saat berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun lalu.
Tata kostum juga keren sebagai hasil kolaborasi dengan nominator Oscar, Ruth Carter. Apalagi T’Challa menggunakan baju koko yang bisa menginspirasi perkembangan fashion muslim dunia. Pemeran utama wanita pun terlihat modis bagai berada di atas panggung mode dunia. Semarak kostum yang berwarna juga terlihat dari para penduduk Wakanda dengan motif dan aksesoris khas Afrika. Didukung tingkah para penduduk yang memiliki salam dengan menyilangkan kedua tangan terhadap Raja. Potensi lokal mampu tereksekusi dengan manis.
Aksi-aksi dalam adegan yang ditampilkan juga dahsyat. Ada tata kamera yang pas untuk menempatkan properti yang mampu membekas dalam setiap ingatan penonton.
Ditambah dengan penggunaan efek Computer-Generated Imagery (CGI) dalam bentuk koreografi menjadi hal yang tepat bagi penonton. Ada penggabungan unsur laga yang tidak hanya berperang secara modern, melainkan ada adegan perang kolosal yang konvensional. Perpaduan cahaya biru dan ungu mendukung sebagai bentuk grafis dengan resolusi tinggi.
Hanya saja dibeberapa bagian masih tampak efek sinar tembakan yang tidak diperhalus saat penyuntingan gambar. Animasi pun terlihat keteteran karena penonton masih merasakan hasil editan dari adegan yang menggunakan visual effect tersebut.
Beberapa adegan dalam Black Panther juga masih ada yang basi. Kemunculan tiba-tiba Black Panther saat Wakanda akan menghancurkan negara lain bisa dibilang sudah terlalu sering digunakan film-film lainnya. Sosok super hero yang keluar dari kepulan asap pesawat jet yang terbakar membuat adegan ini tak begitu terlihat menakjubkan. Semua penonton sudah tahu bahwa Black Panther akan muncul dan membasmi siapa saja penjahat yang mengancam kepentingan orang banyak.
Eksekusi terhadap kekuatan dari Black Panther pun menjadi celah kekurangan film. Didaulat sebagai tokoh yang paling super dalam komik, nyatanya film tidak serta merta memberitahu penonton apa saja kemampuan yang dimiliki dari tokoh jagoan ini.
Selain itu, tokoh ibu dari Black Panther dihilangkan begitu saja sampai akhir cerita. Padahal tokoh ini punya peran penting karena telah membuat ramuan dari vibranium sehingga T’Challa bisa hidup kembali
Begitu juga dengan vibranium di dalam mulut yang dimiliki oleh Killmonger masih belum tampak jelas esensinya. Entah hanya sebagai identitas keturunan Wakanda atau bisa juga menjadi senjata rahasia yang dimilikinya. Sungguh menjadi beberapa hal janggal selama penayangan film.Di akhir credit title, penonton hanya akan disuguhkan bocoran cerita lain Avengers: Infinity War yang akan tayang 4 Mei 2018. Mungkin saja, film tersebut akan menceritakan kehidupan di luar Wakanda yang masih banyak orang kulit hitam mengalami diskriminasi dan ketidakadilan sehingga harus tetap diperjuangkan.
Lantas, hal yang harus kita renungi yaitu, “kita hidup di zaman now yang serba digital. Lalu, mengapa kemajuan teknologi tidak digunakan untuk membantu orang lain yang membutuhkan daripada saling menjatuhkan?...”
Diubah oleh memaidy 21-02-2018 23:30
0
1.7K
11
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan