Kaskus

Entertainment

parlentengAvatar border
TS
parlenteng
Belajar Dari Lagu Rivers Of Babylon
Beberapa hari ini kepalaku mumet sekali & dadaku sesak. Seperti ada sesuatu yang harus segera dibebaskan. Saya butuh sesuatu — musik! Dalam hp saya memang sengaja tidak masukkan musik agar tidak cepat rusak & baterainya lebih awet. Jadi saya iseng beli MP3 murahan buat dengar musik. Saya masukkanlah lagu-lagu kesukaan saya dari laptop.


Saya mulai mencari lagu Rivers of Babylon untuk diputar. Entah mengapa saya suka sekali dengan lagu ini. Mungkin karena saya suka musiknya yang asyik sampai membuat saya bergoyang (tolong jangan membayangkan saya bergoyang 😄😅). Ini lagu tua sebenarnya yang populer di tahun 1970an & sempat mendunia. Tapi rasa-rasanya akan tetap asyik di setiap zaman & waktu.

Isenglah saya mencari sejarah lagu ini. Penasaran saja karena liriknya mirip dengan kata-kata dalam kitab Mazmur. Mulailah saya mengangguk-angguk membaca sejarah lagu ini. Dugaan saya benar. Lagu ini diadaptasi dari kitab Mazmur. Dan sempat mendunia.

Yang membuat saya tersontak, makna lagu ini hampir nyaris sama dengan apa yang kita hadapi sekarang dalam kehidupan berbangsa & bernegara. Apalagi yang banyak terjadi belakangan ini.

Dan sama dengan hikmah yang saya petik saat untuk pertama kalinya saya menikmati banyak lagu setelah hampir setahun lebih saya tidak menjadi penikmat musik.

Lagu Rivers of Babylon ini nyanyian ratapan, pujian & harapan di tanah dimana mereka yang dari Yerusalem di tindas di tanah Babel. Mereka dipaksa menyanyikan lagu yang menurut mereka sangat sakral (pujian untuk Tuhan) untuk memuji Raja Babel. Mereka memberontak untuk itu. Mereka merasa terasing sekaligus meratap memperjuangkan harga diri di tanah penindasan. Bahkan mereka sangat merindukan tanah mereka sendiri yaitu Yerusalem (Sion), karena bagi mereka di sanalah ada sukacita.

Saya langsung teringat dengan para minoritas baik di negara ini ataupun di negara lain apapun agama & sukunya. Yang merasa ketakutan, tapi tetap memiliki pengharapan untuk kehidupan yang lebih baik. Mereka berharap agar tidak lagi diperlakukan sebagai orang asing yang harus ditindas. Buat semua minoritas di mana pun berada. Semangaaat!!

Saat acara dengar-dengar musik ini saya kadang bingung, bagaimana lagu-lagu sedih malah membuat saya bersukacita menyanyikannya? Dan membuat diri saya merasa lucu sendiri. Seperti lagu Aku Cuma Punya Hati misalnya yang malah membuat saya merasa geli & banyak tingkah jika menyanyikannya. Saya mendapatkan jawabannya dari lagu Rivers of Babylon ini.

Meskipun lagu tersebut merupakan lagu ratapan, tapi semangat perjuangan & harapanlah yang membuat mereka bersukacita. Benarlah yang orang-orang bijak katakan bahwa tidak ada yang bisa merusak kebahagiaan orang yang terus memiliki semangat untuk bersukacita. Bahkan musik sedih sekalipun tidak akan mampu menghancurkan sukacita orang yang semangat dalam berpengharapan. Kadang saya berpikir, memang orang paling pengecut di dunia ini yaitu mereka yang sangat takut bermimpi. Karena mimpi itu gratis & tidak akan dipenjarakan jika tidak terwujud!


Terus apa hubungannya dengan gambar ini?

Ehm, saya mendapatkannya di bbm. Banyak teman-teman yang pasang. Mereka semua adalah teman sekampung yang merindukan bernatalan di kampung halaman. Tepatnya di gereja ini. Sebagai tambahan, saat gereja ini dibangun, beberapa umat Muslim di sana juga turut berkontribusi dalam pembangunannya. Entah berupa tenaga atau materi. Jangan tanyakan bagaimana kerukunan beragama di sana. Jempolan!!


Dosen saya yang Muslim pernah bertanya, “Di kampungmu itu rata-rata masyarakatnya Kristen kan?” Saya bingung mau jawab apa. Karena saya tidak pernah hitung. Hahahah. Tapi saya akui, kalau gereja memang buanyaaaak sekali di sana.

Mungkin orang-orang yang pasang foto ini merupakan minoritas di tanah orang sehingga melihat gambar ini membuat mereka sedikit bersedih. Semarak Natal tentu akan berbeda di tanah yang penduduknya mayoritas Kristen & tanah dimana Kristen yang menjadi minoritas. Begitupun dengan Lebaran & hari raya lainnya. Sama persis dengan teman-teman saya yang Muslim yang sedang berkuliah di negara-negara yang penduduknya mayoritas Kristen. Tiap Idul Fitri mereka menangis karena rindu pulang ke Indonesia untuk berlebaran. Memang banyak yang mengalami penindasan di tanah dimana mereka menjadi minoritas — tertindas dengan rasa rindu yang mendalam. 😄😅

Terus apa kabar dengan saya? Kalau boleh jujur, sejak usia anak-anak saya selesai, Natal menjadi sesuatu yang menjenuhkan buat saya. Biasa saja & tidak ada yang istimewa. Ada masa saya suka membeli aksesoris Natal & menghias pohon Natal. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Saya bosan ketika saya disibukkan dengan itu semua tapi esensinya nol besar!

Yang ada saya sangat merasa capek & tidak menemukan kedamaian. Karena saya tipe orang yang hampir tiap hari mengadakan perayaan dengan setiap hari memaknai kehidupan itu sendiri lalu menuliskannya. Dan saya kehilangan perayaan seperti itu justru di saat Natal karena saya terlalu sibuk mempersiapkan sesuatu yang katanya untuk “menyambut Natal”.

Sampai saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa ketika kelak saya memiliki keluarga kecil, saya akan membangun tradisi Natal dengan cara berbeda dari orang pada umumnya. Dan akan berganti setiap tahunnya.

Sehingga anak-anak saya selalu tidak sabaran dalam menunggu masa Natal karena penasaran dengan tema tradisi perayaan Natal keluarga sendiri. Penasaran dengan hal apa lagi yang akan dilakukan & pelajaran apa lagi yang bisa dipetik di Natal berikutnya? Bukan kado apa yang akan didapatkan. Tapi apa yang akan kita berikan. Sampai mereka akan mengingat kesan & pesan Natal di tiap tahun yang mereka lalui dengan cara yang unik. Salah satu contohnya, mencari teman mereka yang menginginkan pohon Natal tapi orangtuanya tidak mampu membelikannya. Atau memberikan hadiah berupa barang yang sangat dibutuhkan buat teman yang tidak seagama. Atau bernatalan di daerah terpencil. Dan masih banyak hal lainnya. Karena Natal itu membawa damai.

Mulai dari Natal paling meriah & memprihatinkan semuanya perlu dirasakan hanya untuk memastikan benarkah sukacita & damai Natal masih tetap di hati tanpa peduli apapun kondisinya? Seperti lagu Rivers of Babylon yang liriknya merupakan syair ratapan tapi tetap bisa dibawakan dengan riang gembira.
0
4.4K
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan