- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ustad Abdul Somad Akan Diberi Gelar Datuk Seri Ulama Setia Negara, Begini Kisah Hidup


TS
the.commandos
Ustad Abdul Somad Akan Diberi Gelar Datuk Seri Ulama Setia Negara, Begini Kisah Hidup
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Siapa yang tak kenal dengan nama Ustadz Abdul Somad (UAS).
UAS merupakan seorang pendakwah, ulama, dan dosen pada masa milenial.
Tak ada yang menyangsikan sosok dai asal Riau Ustadz Abdul Somad cukup populer saat ini.
Ceramah-ceramahnya yang banyak diunggah di youtube sangat digemari.
Sosoknya tegas dan blak-blakan saat menyampaikan ceramah tampaknya mengundang banyak simpati.
Ustaz Abdul Somad akan menerima gelar adat kehormatan dari Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau.
Rencananya akan digelar 20 Februari mendatang di Balairung Tenas Effendy, Gedung LAM Riau.
Mengenal lebih dekat UAS, ia dilahirkan dari ibu dan bapak berdarah Melayu Pelalawan dan Melayu Asahan.
Nama Riau dan nama Melayu Riau disebut-sebut sebagai kebanggaannya, wujud persebatian Melayu dengan Islam yang indah, aman, damai dan sentosa.
Ia lahir di kampung Silo Lama, Asahan—suatu kawasan yang sempat menjadi bagian dari Kerajaan Siak Sri Indrapura (kini bagian dari Sumatera Utara), Rabu petang 30 Jamadaal-Ula 1314 Hijrah @ 18 Mei 1977.
Ustadz Abdul Somad memang sudah diarahkan untuk menjadi ulama. Atuk (kakek)-nya adalah seorang ulama besar.
Tak mengherankan kalau sejak kecil pula Abdul Somad dididik melalui madrasah yang berbasis tahfiz al-Qur’an. Sekolah Dasar di Al-Washliyah, tamat 1990.
Pendidikan menengah pertamanya di MTs Mu'alliminal-Washliyah Medan, tamat 1993. Selanjutnya, hijrah ke Riau dan melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Nurul Falah, Air Molek, Indragirihulu, hingga tamat 1996.
Melanjutkan kuliah di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru selama dua tahun, pada 1998 ia memperoleh beasiswa dari pemerintah Mesir.
Ia beruntung karena terpilih sebagai satu dari 100 orang penerima beasiswa belajar di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, bersaing dengan 900-an orang lainnya.
Pada 2004 ia kembali meraih beasiswa melanjutkan kuliah S2 di Institut Dar al-Hadits al-Hasaniyah, Kerajaan Maroko yang setiap tahunnya hanya menerima 20 orang pelajar dengan rincian 15 orang Maroko dan sisanya 5 orang untuk orang asing. Ia salah seorang dari lima orang asing tersebut.
Pengabdian formal Ustadz Abdul Somad tercatat sebagai dosen di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Ia juga anggota MUI Provinsi Riau, Komisi Pengkajian dan Keorganisasian Periode 2009 – 2014. Anggota Badan Amil Zakat Provinsi Riau, Komisi Pengembangan, Periode 2009 – 2014. Sekretaris Lembaga Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama Provinsi Riau, Periode 2009 – 2014. Terbaru, ia juga anggota Majelis Kerapatan Adat Lembaga Adat Melayu Riau (MKA LAMR).
Ustadz Abdul Somad telah menulis beberapa buku yang gegap gempita di kalangan umat Islam, di antaranya 37 Masalah Populer, 99 Pertanyaan Seputar Sholat, dan 33 Tanya Jawab Seputar Qurban. Selain karya sendiri, H. Abdul Somad, juga menerjemahkan sejumlah buku dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Ia melaksanakan pengajian demi pengajian sebelum dikenal oleh umat Islam Nusantara. Capaiannya luar biasa, dipahami banyak jemaah yang berada langsung di hadapannya di masjid dan majelis, tetapi juga menembus dinding masa, waktu dan tempat. Tidak hanya populer di kalangan umat Islam tetapi juga disukai non muslim.
Ia mampu menggunakan teknologi informasi dengan sebaik-baiknya di tengah kegandrungan generasi kini terhadap alam tersebut. Ia menguak wilayah pinggir dan tampil di tengah gelanggang dengan takzim.
Tausyiah Ustadz Abdul Somad disukai antara lain karena lengkap, beragam, moderat, dan kontekstual. Hal yang dilakukannya intinya adalah menjaga izzah dan ghirah Islam, kemuliaan, kehormatan, kekuatan Islam, semangat kemelayuan melalui syiar Islam, dan sebaliknya memberikan semangat keislaman melalui kemelayuan. Namanya merebak melintasi Riau dengan berbagai predikat positif.
Dalam sosok Ustadz Abdul Somad bergabung diri berbagai ulama maupun mubaligh yang ada di Indonesia; berwatak keras, bersuara lantang, ucapannya tegas dan wawasan keislamannya luas karena penguasaan sumber kitab-kitab klasiknya yang lengkap. Ini memang tidak mudah, karena memerlukan ingatan yang luar biasa.
Dalam penjelasan itu Ustadz Abdul Somad menjawab langsung, hampir tanpa jeda. Selanjutnya, posisi Ustadz Abdul Somad menjadi terang benderang bagi umat Islam dan masyarakat Melayu, bahwa ia di pihak luar dianggap sebagai titik kumpul (rallying point) umat.
Sebagai dosen, ustadz berada dalam lingkungan yang baik untuk mengembangkan wawasan. Ini terlihat dari kemampuan merujuk dan mengutip isi kitab, lengkap dengan silsilah kitab, orang, dan bahkan rantai guru-murid, dengan latar belakangnya.
Sementara itu, penjelasannya selalu mengunakan langgam Melayu. Memang enak di telinga dan nyaman di hati, apalagi jika ditingkahi dengan pantun dan syair. Hal ini karakter umum yang dimiliki oleh orang Melayu khasnya Riau.
Dalam banyak ceramahnya ia dinilai memiliki nuansa sastra, ada rima dan metafora, karena begitulah akar sastra Melayu dari Arab Parsi.
Suara Abdul Somad yang tidak hanya lantang dan fasih dalam bahasa Arab, tetapi juga merdu menjadikan tausiahnya mewujud sebagai semacam seni pertunjukan, apalagi saat ia mendendangkan syair dan zikir.
Wawasan ilmunya sampai kepada sejarah pelbagai kerajaan dan kesultanan Melayu. Ia dengan fasih mendeskripsikan bagaimana sejarah mengalir kronologis, mulai dari Bukit Siguntang, terus ke Bentan, dan Melaka. Lalu bersambung ke aliran spasial, dari Kerajaan Samudera Pasai, terus kerajaan Melayu Deli Serdang, Inderagiri, Siak Sri Inderapura hingga Dharmaseraya. Ustadz Abdul Somad paham bagaimana kebiasaan di kampung-kampung dan dusun di Riau, di ceruk sungai dan hutan simpanan.
Selain yang disebutkan di atas, Ustadz Abdul Somad memiliki selera humor yang tinggi. Ia membuat cerita panjang dengan selaan canda yang menyegarkan. Ia membuat humor tidak mesti ikut tertawa bersama jemaah. Humor seperti ini tipikal humor orang Melayu.
Tradisi humor semacam ini dalam dimensi yang lain memang sudah ada dalam sastra lisan Melayu seperti Pak Belalang, Pak Kaduk, Pak Pandir, Lebai Malang dan seterusnya. Kemudian bersambung kepada Soeman Hs dalam karya-karyanya Kawan Bergelut dan bahkan Yong Dolah dengan pelbagai transmisi dan transformasi genre.
Alhasil, setidak-tidaknya keharuman nama Ustadz Abdul Somad juga mengharumkan nama Riau. Ia kembali membuktikan bahwa Melayu Riau identik dengan Islam seperti yang juga telah diperlihatkan ulama terdahulu semacam Syekh Burhanudin, Tuanku Tambusai, Syekh Abdul Wahab Rokan, dan Syekh Abdurrahman Sidik. Alhamdulillah, mata rantai itu terus terjalin atas kehendak Allah SWT.
http://pekanbaru.tribunnews.com/2018...idupnya?page=4
Selamat atas gelarnya
UAS merupakan seorang pendakwah, ulama, dan dosen pada masa milenial.
Tak ada yang menyangsikan sosok dai asal Riau Ustadz Abdul Somad cukup populer saat ini.
Ceramah-ceramahnya yang banyak diunggah di youtube sangat digemari.
Sosoknya tegas dan blak-blakan saat menyampaikan ceramah tampaknya mengundang banyak simpati.
Ustaz Abdul Somad akan menerima gelar adat kehormatan dari Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau.
Rencananya akan digelar 20 Februari mendatang di Balairung Tenas Effendy, Gedung LAM Riau.
Mengenal lebih dekat UAS, ia dilahirkan dari ibu dan bapak berdarah Melayu Pelalawan dan Melayu Asahan.
Nama Riau dan nama Melayu Riau disebut-sebut sebagai kebanggaannya, wujud persebatian Melayu dengan Islam yang indah, aman, damai dan sentosa.
Ia lahir di kampung Silo Lama, Asahan—suatu kawasan yang sempat menjadi bagian dari Kerajaan Siak Sri Indrapura (kini bagian dari Sumatera Utara), Rabu petang 30 Jamadaal-Ula 1314 Hijrah @ 18 Mei 1977.
Ustadz Abdul Somad memang sudah diarahkan untuk menjadi ulama. Atuk (kakek)-nya adalah seorang ulama besar.
Tak mengherankan kalau sejak kecil pula Abdul Somad dididik melalui madrasah yang berbasis tahfiz al-Qur’an. Sekolah Dasar di Al-Washliyah, tamat 1990.
Pendidikan menengah pertamanya di MTs Mu'alliminal-Washliyah Medan, tamat 1993. Selanjutnya, hijrah ke Riau dan melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Nurul Falah, Air Molek, Indragirihulu, hingga tamat 1996.
Melanjutkan kuliah di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru selama dua tahun, pada 1998 ia memperoleh beasiswa dari pemerintah Mesir.
Ia beruntung karena terpilih sebagai satu dari 100 orang penerima beasiswa belajar di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, bersaing dengan 900-an orang lainnya.
Pada 2004 ia kembali meraih beasiswa melanjutkan kuliah S2 di Institut Dar al-Hadits al-Hasaniyah, Kerajaan Maroko yang setiap tahunnya hanya menerima 20 orang pelajar dengan rincian 15 orang Maroko dan sisanya 5 orang untuk orang asing. Ia salah seorang dari lima orang asing tersebut.
Pengabdian formal Ustadz Abdul Somad tercatat sebagai dosen di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Ia juga anggota MUI Provinsi Riau, Komisi Pengkajian dan Keorganisasian Periode 2009 – 2014. Anggota Badan Amil Zakat Provinsi Riau, Komisi Pengembangan, Periode 2009 – 2014. Sekretaris Lembaga Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama Provinsi Riau, Periode 2009 – 2014. Terbaru, ia juga anggota Majelis Kerapatan Adat Lembaga Adat Melayu Riau (MKA LAMR).
Ustadz Abdul Somad telah menulis beberapa buku yang gegap gempita di kalangan umat Islam, di antaranya 37 Masalah Populer, 99 Pertanyaan Seputar Sholat, dan 33 Tanya Jawab Seputar Qurban. Selain karya sendiri, H. Abdul Somad, juga menerjemahkan sejumlah buku dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Ia melaksanakan pengajian demi pengajian sebelum dikenal oleh umat Islam Nusantara. Capaiannya luar biasa, dipahami banyak jemaah yang berada langsung di hadapannya di masjid dan majelis, tetapi juga menembus dinding masa, waktu dan tempat. Tidak hanya populer di kalangan umat Islam tetapi juga disukai non muslim.
Ia mampu menggunakan teknologi informasi dengan sebaik-baiknya di tengah kegandrungan generasi kini terhadap alam tersebut. Ia menguak wilayah pinggir dan tampil di tengah gelanggang dengan takzim.
Tausyiah Ustadz Abdul Somad disukai antara lain karena lengkap, beragam, moderat, dan kontekstual. Hal yang dilakukannya intinya adalah menjaga izzah dan ghirah Islam, kemuliaan, kehormatan, kekuatan Islam, semangat kemelayuan melalui syiar Islam, dan sebaliknya memberikan semangat keislaman melalui kemelayuan. Namanya merebak melintasi Riau dengan berbagai predikat positif.
Dalam sosok Ustadz Abdul Somad bergabung diri berbagai ulama maupun mubaligh yang ada di Indonesia; berwatak keras, bersuara lantang, ucapannya tegas dan wawasan keislamannya luas karena penguasaan sumber kitab-kitab klasiknya yang lengkap. Ini memang tidak mudah, karena memerlukan ingatan yang luar biasa.
Dalam penjelasan itu Ustadz Abdul Somad menjawab langsung, hampir tanpa jeda. Selanjutnya, posisi Ustadz Abdul Somad menjadi terang benderang bagi umat Islam dan masyarakat Melayu, bahwa ia di pihak luar dianggap sebagai titik kumpul (rallying point) umat.
Sebagai dosen, ustadz berada dalam lingkungan yang baik untuk mengembangkan wawasan. Ini terlihat dari kemampuan merujuk dan mengutip isi kitab, lengkap dengan silsilah kitab, orang, dan bahkan rantai guru-murid, dengan latar belakangnya.
Sementara itu, penjelasannya selalu mengunakan langgam Melayu. Memang enak di telinga dan nyaman di hati, apalagi jika ditingkahi dengan pantun dan syair. Hal ini karakter umum yang dimiliki oleh orang Melayu khasnya Riau.
Dalam banyak ceramahnya ia dinilai memiliki nuansa sastra, ada rima dan metafora, karena begitulah akar sastra Melayu dari Arab Parsi.
Suara Abdul Somad yang tidak hanya lantang dan fasih dalam bahasa Arab, tetapi juga merdu menjadikan tausiahnya mewujud sebagai semacam seni pertunjukan, apalagi saat ia mendendangkan syair dan zikir.
Wawasan ilmunya sampai kepada sejarah pelbagai kerajaan dan kesultanan Melayu. Ia dengan fasih mendeskripsikan bagaimana sejarah mengalir kronologis, mulai dari Bukit Siguntang, terus ke Bentan, dan Melaka. Lalu bersambung ke aliran spasial, dari Kerajaan Samudera Pasai, terus kerajaan Melayu Deli Serdang, Inderagiri, Siak Sri Inderapura hingga Dharmaseraya. Ustadz Abdul Somad paham bagaimana kebiasaan di kampung-kampung dan dusun di Riau, di ceruk sungai dan hutan simpanan.
Selain yang disebutkan di atas, Ustadz Abdul Somad memiliki selera humor yang tinggi. Ia membuat cerita panjang dengan selaan canda yang menyegarkan. Ia membuat humor tidak mesti ikut tertawa bersama jemaah. Humor seperti ini tipikal humor orang Melayu.
Tradisi humor semacam ini dalam dimensi yang lain memang sudah ada dalam sastra lisan Melayu seperti Pak Belalang, Pak Kaduk, Pak Pandir, Lebai Malang dan seterusnya. Kemudian bersambung kepada Soeman Hs dalam karya-karyanya Kawan Bergelut dan bahkan Yong Dolah dengan pelbagai transmisi dan transformasi genre.
Alhasil, setidak-tidaknya keharuman nama Ustadz Abdul Somad juga mengharumkan nama Riau. Ia kembali membuktikan bahwa Melayu Riau identik dengan Islam seperti yang juga telah diperlihatkan ulama terdahulu semacam Syekh Burhanudin, Tuanku Tambusai, Syekh Abdul Wahab Rokan, dan Syekh Abdurrahman Sidik. Alhamdulillah, mata rantai itu terus terjalin atas kehendak Allah SWT.
http://pekanbaru.tribunnews.com/2018...idupnya?page=4
Selamat atas gelarnya
0
1.8K
35


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan