Kaskus

Entertainment

c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
Susahnya Pelita Di Tanah Sumba


Susahnya Pelita Di Tanah Sumba

Listrik masuk desa adalah hal yang di inginkan banyak orang, tidak semua warga dan masyarakat Indonesia bisa menikmati listrik.

Terutama daerah-daerah terpencil, dimana jarak dengan kota menjadi masalah, lampu penerangan hanya ada di jalan raya tapi tidak bagi di pelosok-pelosok desa, mereka yang mempunyai uang saja yang bisa membeli generator listrik.

Di tengah pesatnya pembangunan kota, nampaknya desa yang tertinggal sering tak di pantau, mengapa banyak desa masih bergelut dengan kegelapan ??

Susahnya Pelita Di Tanah Sumba

Sekali lagi jarak tempuh yang jauh dari pusat kota, dan juga perumahan penduduk di pedalaman desa jaraknya pun berjauhan. Dengan membuat sarana listrik yang biayanya tidaklah sedikit, tentu saja banyak hal yang difikirkan.

Tapi lihatlah penerangan di pelosok Sumba, kalian pasti sudah mengenal nama itu ya daerah Sumba adalah salah satu pulau yang terletak propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Susahnya Pelita Di Tanah Sumba

Mata pencaharian penduduk di Sumba yang jauh dari hingar bingar kota kebanyakan berladang, beternak, pedagang dan Nelayan. Hampir di seluruh pelosok dapat dijumpai hamparan peternakan. Kuda, sapi dan kerbau merupakan ikon pulau ini dan hampir dapat dijumpai di seluruh pelosok pulau.

Pulau Sumba sendiri terdiri dari empat kabupaten yaitu terdiri dari Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Barat Daya. Sumba Timur adalah salah satu kabupaten dengan luas wilayah terbesar di Pulau Sumba. Ibu kota Kabupaten adalah Waingapu dan juga sebagai pintu masuk ke pulau Sumba baik melalui Udara, ataupun laut selain bandar udara di Sumba Barat Daya dan pelabuhan laut di Waikelo Sumba Barat Daya.

Susahnya Pelita Di Tanah Sumba

Pulau Sumba memang mempunyai keunikan tersendiri, topografinya dan hamparan lapangan Sabana dan stepa serta bukit-bukit berbatu dan jarak antara rumah-rumah warga yang berjauhan dibatasi oleh lahan lahan yang sangat luas maka diperlukan pembangunan sarana dan prasarana yang mencukupi untuk dapat berkembang lebih dan dapat lebih digali potensi yang ada di Pulau ini, baik dari sisi eksotisnya maupun dari segi bisnis.

Susahnya Pelita Di Tanah Sumba

Yang menjadikan suatu wilayah itu maju adalah sebuah kota, untuk membuat sebuah kota adalah banyaknya pembangunan, salah satu pembangunan yang vital adalah fasilitas pemanfaatan sumber air, Jalan dan Listrik.

Dengan banyak dusun yang tertinggal di Sumba serta dapat dijumpai rumah-rumah yang belum dapat dijangkau dan memiliki akses yang sangat sulit terhadap listrik.

Susahnya Pelita Di Tanah Sumba

Disinilah kita belajar memanfaatkan alam, listrik panel surya menjadi pelita di tengah kegelapan malam, Pembangunan Pembangkit Tenaga Surya secara tersebar sangat efektif diimplementasi pada daerah-daerah seperti di beberapa desa tertinggal yang letaknya tersebar di Pulau Sumba yang tergolong susah dijangkau dengan listrik yang menggunakan energi konvensional.

Setidaknya minimal pada malam hari desa-desa tersebut terang sehingga anak-anak sekolah bisa menggunakannya untuk belajar, atau usaha-usaha kecil seperti warung bisa dapat diperpanjang waktunya sampai pada malam hari.

Susahnya Pelita Di Tanah Sumba

Dengan pembagian lentera layaknya senter berbentuk lampu, untuk menerangi sepinya malam, masyarakat pelosok saat ini tidak menjadi warga terbelakang, karena susahnya sarana listrik di daerah yang sulit dijangkau. Renewable Energy Service Center Organization (RESCO) bekerja sama dengan sekolah-sekolah di Sumba, dan para siswapun dikenakan tarif Rp1500 sekali mengecas lentera. Mereka datang membawa lentera untuk dicas dua sampai tiga hari sekali.

Susahnya Pelita Di Tanah Sumba

Tidak hanya di sekolah RESCO memfasilitasi warga dengan 'Kios Energi' yang memanfaatkan tenaga matahari.

Untuk mendapatkan satu alat lampu cas tersebut, wargapun diharuskan menjadi anggota dan wajib membayar Rp50 ribu. Selanjutnya, para pemilik lampu tersebut dikenakan biaya sebesar Rp2.000 untuk sekali mengisi daya, lebih mahal 500 dari siswa di sekolah.

Susahnya Pelita Di Tanah Sumba

Hingga mencapai 300 kali cas, Lampu yang disediakan di kios energi ini jadi milik masyarakat itu sendiri, itulah batas maksimal pengisian daya dari lampu tersebut.

Untuk membantu pengisian daya, Kios Energi biasanya memiliki empat panel surya yang terpasang. Panel tersebut yang mengubah sinar matahari menjadi aliran listrik. Panel surya tersebut bisa menampung sekitar 400 Watt, sungguh lumayan untuk menerangi malam di tanah Sumba.

Susahnya Pelita Di Tanah Sumba

Biaya yang murah untuk penerangan alakadarnya, setidaknya membantu belajar para siswa dan masyarakat di malam hari. Semoga saja daerah-daerah ini bisa menjadi berkembang hingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia benar-benar terasa.

Susahnya Pelita Di Tanah Sumba

Janganlah sibuk berpolitik saudaraku, hingga habis energi ini membahas tentang kekuasaan yang saling sikut sana sini, lihat disana kawan !!! saudara kita satu jiwa, satu bangsa masih merasakan kegelapan malam. Semoga saja dengan artikel ini, membuka mata pentingnya sarana pembangunan di pelosok negeri. Bagaimana menurut kalian ??

Seruupuutt dolo gan...

emoticon-coffee

Susahnya Pelita Di Tanah Sumba

Referensi

https://m.cnnindonesia.com/teknologi...-listrik-sumba

Susahnya Pelita Di Tanah Sumba










Diubah oleh c4punk1950... 18-02-2018 22:34
0
1.9K
23
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan