Ada satu hal yang ane pelajari setelah ane menjadi orang tua.
Sabar.
Sebuah kata sederhana yang pengaplikasiannya ternyata sangat susah.
Selama ini kalau lagi di jalan trus ada yang klakson dibelakang, pasti kita akan menegur orang itu dengan kata, “Sabar dong pak.”. Atau saat dimintain tolong oleh orang lain, saya suka jawab, “Sabar yah...”.

Saking seringnya digunakan kata Sabar itu, sampai ane ga menyadari makna sebenarnya dari kata “Sabar” itu.

Lalu ane punya anak. Saat anak ane menangis, menuntut akan perhatian dan menuntut akan secepatnya dahaga dipuaskan, ane menjawabnya dengan “Sabar yah naaak... Anak Ibu kan anak sabar yah.”. Ada sedikit doa terucap juga saat ane mengucapkan kalimat itu, agar anak ane kelak menjadi anak yang sabar.

Lalu, mulailah ane dihadapkan dengan keadaan di mana ane lah yang dituntut untuk bersabar.
Saat sedang lelah, ingin sekedar memejamkan mata, bahkan bukan sambil terlentang, anak ane teriak menuntut perhatian ane. Berteriak bahkan sampai menangis. Ane bilang sama diri ane sendiri, “Sabar... Dia kangen pengen dipeluk ibunya..”.
Saat sudah buru-buru masak makanan terbaik dan diusahakan paling enak untuk si kecil dengan segala kemampuan yang super terbatas, si kecil bahkan tidak mau membuka mulutnya dan memilih memakan masakan si mbak atau masakan tantenya.
Sambil menarik nafas dalam-dalam, “Sabaaaarrr...”