Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

j.16Avatar border
TS
j.16
[#SFTH Challenge] Kamarku Dan Sebuah Rahasia

[#SFTH Challenge] Kamarku Dan Sebuah Rahasia



[#SFTH Challenge] Kamarku Dan Sebuah Rahasia

Pagi itu, rumah tua disebelah tempat tinggalku sudah kosong karena penghuni lamanya sudah meninggalkan tempat itu, alasanya klasik, mereka sudah bisa beli rumah sendiri, tapi aku kali ini tidak mau bercerita tentang keluarga yang sudah pergi itu.

Yap, kali ini aku akan bercerita tentang penghuni baru di rumah tua itu, jarak rumahku dengan rumah tua itu bisa dibilang dekat, dengan loncat saja aku sudah bisa masuk kerumah itu, bisa dibilang rumahku dengan rumah tua itu berdempetan.

Menjelang siang aku sudah dikejutkan dengan aktifitas baru penghuni baru rumah tua itu.

Sedikit ilistrasi tentang keluarga baru itu, mereka terdiri dari seorang suami istri dan mempunyai satu putri lucu yang bernama Fatimah, mereka hanya bertiga mereka adalah pendatang dari pulau sebrang.

Bisa aku bilang keluarga itu adalah keluarga yang dermawan, karena hampir setiap hari aku selalu di beri hadiah, entah berupa makanan atau barang, keluarga itu tak pernah lupa untuk saling berbagi

Tak terasa sudah hampir satu tahun keluarga pak Surya menempati rumah tua seebelah, bahkan selama itu aku tidak pernah tau apa pekerjaan dari pak surya.

Malam itu hujan deras melanda, aku yang seharian menghabiskan waktu untuk bermain dengan Fatimah kini ia tak mau melepaskan aku, bahkan aku tak diijinkan untuk pulang, Pak Surya pun ijin terhadap orang tuaku suapaya aku bisa tidur dirumahnya malam ini, tanpa keberatan orang tuaku pun mengijinkan aku untuk tidur dirumah pak Surya.

Alhasil aku tidur sekamar dengan adek kecil ini, sekilas tentang Fatimah, kulitnya putih bersih, rambutnya agak keriting, matanya sipit nampak seperti ibunya, dan ia masih berumur empat tahun.

Spoiler for Fatimah:


Hujan semakin deras bahkan sempat terjadi pemadaman listrik yang membuat suasana gelap gulita, suara petir terus bergemuruh, kilauan kilat nampak jelas membuat mata silau.

"Duarr" nampak suara kilat begitu keras, membuat Fatimah ketakutan, samar samar terdengar suara sedikit asing ditelingaku, rasa penasaran terus menghapiri perasaan ini, kali ini suara itu terdengar dari ruang sebelah tempat tidurku sama Fatimah.

Fatimah yang ketakutan tidak mau untuk ditinggal memilih ikut denganku untuk mengecek bagaimana keadaan yang sebenarnya, ku beranikan diri untuk keluar kamar, ya, suasana memang sangat gelap, sesekali penerangan yang aku dapat hanya dari kilauan cahaya kilat.

Semakin mendekat ke sumber suara itu semakin jelas pula terdengar suara anak kecil yang seperti sedang menyanyi, saat kupegang gagang pintu untuk segera kubuka, kembali suara petir yang menggelegar membuat suasana sedikit aneh.

Saat setelah pintu terbuka aku baru tau kalau tempat yang aku buka ini adalah gudang, terlihat dari kejauhan ada warna merah yang menyala nyala, kuberanikan langkah kaki ini, selangkah demi langkah, semakin dekat dan semakin dekat, perasaan lega campur was was melandaku saat itu juga, ternyata sesuatu yang menyala nyala dan mengeluarkan suara itu adalah sebuah boneka.

Kulihat boneka yang berukuran sama seperti celengan dirumah, ku otak atik, kucari tau bagaimana boneka ini bisa mengeluarkan suara, sementara dari setiap bagianya tak ada tombol yang bisa kupencet.

Kuletakkan boneka tersebut di tempatnya lagi, kali ini aku benar benar tak habis pikir, bagaimana bisa boneka ini bisa mengeluarkan suara dengan sendirinya, membuat siapapun takut dikala boneka ini bernyanyi secara tiba tiba, kulihat Fatimah yang sedari tadi memegangi ujung kaos lalu ku tatap dia dan kukatakan seauatu.

"Dek, ini boneka kamu? Tanya gw saat itu.

Fatimah hanya menggelengkan kepalanya yang berarti menandakan bahwa itu bukan bonekanya, lalu boneka siapa yang ada didepanku saat ini.

Tak sengaja aku menjatuhkan balok kecil dari atas meja terdengar suara balok yang jatuh itu, kemudian disusul suara boneka itu, entah perasaan terlalu takut ini terkubur sangat dalam dan kini telah tergantikan oleh perasaan penasaran, saat hendak kulangkahkan kaki keluar, lagi lagi boneka itu mengeluarkan suaranya kini ia seperti sedang bernyanyi, yang membuat suasana menjadi sedikit mencekam dan berbarengan dengan suara petir.

Dengan cepat kubalikkan badan menuju boneka itu begitupun dengan Fatimah yang berlari mengejarku, kunikmati, kulihat, kuperhatikan, bagaimana boneka itu bisa mengeluarkan suara, tapi tak ada jawaban.

Terlalu sibuk aku memperhatikan boneka itu membuat diriku lupa akan kehadiran Fatimah yang berada disampingku, tarikan tanganya yang mengejutkan membuat diriku berteriak, alhasil boneka di depanku ini kembali bersuara, ternyata boneka ini bisa mengeluarkan suara saat ada suara bising disekitarnya.

Kegelisahan dan rasa penasaranku telah terjawab sudah.

Saat aku dan Fatimah sudah keluar dari gudang terdengar suara nenek nenek dari arah dapur, Fatimah kini sudah menggandeng tangan kananku, kulihat dia sangat ketakutan, benar saja, belum sampai pada pembatas ruang tengah dan dapur Fatimah berteriak dan menangis sejadi jadinya, Fatimah menunjuk kesuatu arah tepat didepanya saat kuliah apa yang sedang terjadi aku terkejut akan kehadiran nenek tua yang berada tak jauh dari aku dan Fatimah.

Nenek tua berambut putih lusuh seperti tak terawat dengan mata bersinar berwana hijau ini menampakkan dirinya secara langsung di depanku dan di depan Fatimah. Konon nenek ini adalah penunggu rumah tua ini yang tinggal sudah lebih dari puluhan tahun.

Aku yang terkejut akan hal itu hanya bisa diam melihat nenek itu mendekat kearahku, sementara tangisan Fatimah sudah tak terelakkan, teriakan Fatimah membangunkan Pak Surya dan istrinya yang nampak kaget dengan suara anak sematawayang-nya.

Kulihat mereka berdua lari ke arah kami, saat kualihkan pandanganku kedepan ternyata sosok nenek tua itu sudah pergi entah kemana, aku yang dari tadi hanya berdiam diri tak bisa mengeluarkan sepata kata untuk menjawab beberapa pertanyaan yang terlontar dari mulut pak Surya.

Entah apa yang terjadi selanjutnya beberapa minggu setelah kejadian itu aku kembali ke kehidupanku sehari hari menjadi seseorang yang harus belajar dan belajar, sesekali aku menemani Fatimah untuk bermain saat ayah dan ibunya pergi kepasar.

Semua terjadi begitu cepat tapi aku tak bisa melupakanya begitu saja, di suatu minggu saat aku baru terbangun dari tidur terdengar beberapa suara yang kedengaranya sedang berbicara dengan serius.

Kulangkahkan kaki ini menuju kamar mandi hanya untuk sekedar membasahi badan, kusikat setiap lekuk tubuh, kubersikan celah celah di jari kakiku. "ahh segar sekali pagi ini" ucapku dalam hati. Berjalanlah aku ke kamar untuk ganti baju, celana pendek dengan baju polos berwarna putih membuat penampilanku terlihat santai di pagi itu.

Terdengar sayup sayup ibu memanggil namaku, dengan langkah gontai kuhampiri ibu yang sedang berada di ruang tengah, nampak pak Surya juga ada disana, sepertinya mereka telah melakukan pembahasan yang sangat serius, entah kesepakatan apa yang telah dibuat oleh ibuku kali ini kamarku di sewa beberapa bulan oleh pak Suyra dan sekarang aku harus pindah ke kamar tengah yang tidak lain adalah kamar ibuku.

Tak terlintas sedikit dipikiranku apa maksud dari pak Surya menyewa kamarku, padahal dirumah kontrakanya masih ada satu kamar lagi yang belum terpakai. Ah sudahlah aku tak terlalu mempermasalahkan itu semua.

Hari demi hari tak ada kecurigan dalam benakku satu atap dengan orang lain, semua berjalan dengan normal. Pagi berangkat bersekolah, sore bermain, malam belajar, dan begitulah rutinitas yang bisa kubilang sangat monoton ini.

Sampai ketika hari libur telah tiba, sabtu ini aku akan dia ajak keluarga pak Surya jalan jalan keliling kota, dengan segera aku ganti baju, berdandan serapi mungkin dan mulailah kami berjalan mengelilingi kota.

Singkat cerita kita sudah berada di sebuah mall besar setelah seharian keliling kota kini saatnya memanjakan mata dan perut, beberapa kaos bermerek sudah dalam list incaranku dan termasuk barang barang yang kuinginkan selama ini.

Entah bagaimana aku menyebut keluarga pak Surya ini, mereka terlalu baik kepadaku, ya, mereka sangat baik, aku yang berada dalam keluarga berkecukupan tak pernah mendapatkan prilaku yang menurutku sangat istimewah ini, aku dimanja seakan aku adalah darah daging mereka, mereka tak membedakan antara aku dan Fatimah.

Sampai ketika rasa penasaranku benar benar muncul, aku bertanya bagaimana bisa pak Surya begitu muda mengeluarkan beberapa uang dari dompetnya, hampir setiap hari aku dikasih uang jajan yang berlebih, bahkan nominal yang diberi oleh orangtuaku sangat jauh, apa sebenarnya pekerjaan orang ini? Apakah begitu kayanya sampai dengan mudah aku diberi kenikmatan?

Sore hari setelah aku pulang dari rutinitasku bersama teman sebayaku aku tak menyangkah kamar yang selama beberapa bulan kedepan ditempati orang paling dermawan berubah drastis.

Aku tak sengaja masuk ke kamar lamaku, aku tak mengerti kenapa rasa penasaran ini semakin kuat sehingga kaki ini terus menjajakkan langkahnya untuk tetap masuk kedalam kamar itu, kupandangi sekeliling kamar kulihat seisi kamar, semua telah berubah, banyak sampah kertas berserakan banyak kain kain bekas di kamar ini, bahkan banyak jarum suntik di sudut kamar ini.

Spoiler for Jarum Suntik:


Kulihat ada beberapa tas di bawah kolong tempat tidur, sedikit berjongkok aku pun mengambil tas itu, rasa penasaran dalam diri kembali bergejolak apa yang ada di dalam tas ini? Kenapa tas ini terasa sedikit berat, kugerakkan resleting tas dari kiri ke kanan saat hendak kubuka "wow" apa ini? Begitu banyak serbuk putih seperti berlian yang rapi terbungkus oleh plastik, lalu kuambil satu tas lagi yang tak jauh dari sana, kulihat tumpukkan uang berlembar lembar begitu banyaknya uang ini membuat aku tak bisa berkata kata.

Aku yang tak mengerti bagaimana bisa pak Surya bisa mempunyai uang sebanyak ini ? Apa pekerjaan orang ini ? Pantas saja aku selalu dibelikan sesuatu yang aku inginkan ternyata uangnya begitu banyak, tapi kenapa dengan uang sebanyak ini mereka tidak membeli rumah baru ? Sementara dari beberapa cerita yang kudengar mereka sering berpindah pindah tempat tinggal dalam jangka waktu yang berbeda.

Tanpa rasa bersalah ku ambil beberapa uang itu ku simpan di kamarku, lalu ku kembalikan tas tersebut ke tempatnya segeralah aku keluar kamar dengan terburu buru.

Setelah kejadian itu aku berusaha terlihat biasa, setiap hari selalu saja ada tamu yang bertangan dirumah, kali ini bukan tamuku atau tamu dari orang tuaku melainkan tamu dari pak Surya, tamu yang datang selalu berbeda beda, aku yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri selalu ikut hadir dalam pembahasan yang menurutku tidak penting tersebut.

Sesekali dari mereka berbicara tidak jelas, dengan sendiri mereka tersenyum dan tertawa layaknya orang gila, tak ada hal yang membuatku tertawa saat itu tapi kenapa mereka semua tertawa seperti ada hal lucu yang baru saja menimpa mereka.

Hari ini terasa sangat aneh, ya aneh, semua teman teman dari pak Surya menurutku aneh.

Pagi hari saat aku hendak ke kamar mandi aku menunggu giliranku untuk masuk kesana, ternyata di dalam ada pak Surya yang sedang menggunakan kamar mandi tersebut kutunggu sejenak tapi tak kunjung keluar, kulihat jarum jam hampir menunjukkan pukul tujuh pagi, takut akan telat untuk berangkat kesekolah aku berusaha melihat apa yang sedang dilakukan pak Surya di kamar mandi ini.

Kupelankan langkahku, kini aku berada di samping kamar mandi ini, ada sebuah celah kecil disana, dan dari situlah aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, pak Surya sedang menyuntik pergelangan tangan kirinya, kulihat matanya memerah, menurutku itu sangat sakit, tapi tidak dengan pak Surya yang sepertinya sangat menikmati itu.

Selang beberapa lama pak Surya telah keluar dari kamar mandi, tanpa rasa ceriga sedikitpun dia pergi keluar meninggalkan aku yang sedari tadi menunggunya.

Kejadian itu terus berulang hingga aku mengetahui kebiasaanya di setiap pagi, dan disitulah aku tidak berani untuk bertanya kepada pak Surya, hanya sekedar mengatakan "hay" pun aku tak berani.

Jam terakhir telah selesai, terdengar suara bel menandakan semua pelajaran disekolah hari ini telah usai, kulihat begitu ramai halaman sekolah ini, ratusan murid berbondong bondong untuk keluar gerbang, aku yang setiap hari berjalan kaki dari rumah kesekolah bisa sedikit santai tanpa harus mengantri dengan kendaraan yang berebut keluar sekolah karena ramainya kondisi saat itu.

Terlihat dari kejauhan ada kerumunan warga yang membanjiri halaman rumahku, terlihat pula beberapa mobil polisi sudah terparkir di tepi jalan, pikiranku saat itu kalut, ada apa ini ? Apa yang sebenarnya terjadi ? kulihat polisi itu membawa dua orang keluar dari rumah dengan tangan diborgol.

Seseorang yang tinggi, gagah dan selalu bersama pak Surya kini telah masuk kedalam mobil polisi itu, sementara terlihat satu orang sedikit kurus, berkacamata, dan potongan rambut cepag juga turut diglandang ke dalam mobil itu, benar saja ternyata pa Surya dan mas Bowo yang selama ini menjadi penghuni kamarku telah di angkut oleh polisi, apa yang telah dilakukan oleh mereka berdua ? Apakah mereka orang jahat ?

Sejenak aku ikut berbaur dalam kerumunan ini, kulangkahkan kaki ini untuk segera masuk ke dalam rumah, kilihat kamarku telah diberi garis polisi, kulihat banyak sekali polisi saat itu, mereka tampak sibuk mendata barang putih serbuk itu, yang menurutku seperti berlian.

Barang apakah itu ? Berbahayakah bagi manusia ? Dan kulihat pula uang di dalam tas itu juga ikut dibawah oleh polisi sebagai barang bukti, ingin kiserahkan beberapa uang yang aku ambil dari tas itu tapi kaki ini seakan tak mau bergerak, aku hanya diam melihat semua isi kamarku di priksa satu persatu.

Istri dari pak Surya pun tak menyangka akan hal ini, bagaimana bisa orang yang sangat ia percayai adalah bandar narkoba ? Begitupun denganku, orang yang menurutku sangat baik dan sangat bijaksana ternyata dibalik semua kebaikanya ada sisi buruk didalam dirinya.

Spoiler for Barang Bukti :


Tiga hari setelah polisi menangkap pak Surya kini istri dari pak Surya berpamitan terhadap keluargaku karena sudah banyak membantu selama ia berada disini, begitupun dengan Fatimah yang sudah ku anggap seperti adik kandungku sendiri, mereka berencana akan kembali ke kota asalnya di pulau Kalimantan sana.

Aku yang tak merelakan ia pergi hanya bisa menangis saat aku menggandeng Fatimah di bandara aku hanya bisa memandangnya, sosok gadis kecil yang imut dan lucu yang belum lama aku kenal ini kini harus kembali ke kota asalnya.

Suara tangis dari Fatimah pun terdengar begitu keras saat ibunya berusaha menggendongnya untuk menjauh dariku.

Seakan akan ia tak mau terpisah dariku, begitupin denganku yang hanya tertunduk lesu, selama satu tahun ini hidupku lebih berwarna akan kehadiran bidadari kecil itu, dengan senyum yang sedikit memaksa aku berusaha merelakan dia pergi bersama ibunya, memang aku bukan siapa siapa tapi setidaknya dengan kehadiranku selama ini aku bisa membuat dia terlihat bahagia dalam keseharianya.

Rengekanya semakin terdengar dengan jelas saat mereka memasuki pintu terminal keberangkatan, aku hanya bisa melambaikan tangan dengan terpaksa.

Aku pun duduk di ruang tunggu lumayan lama kilihat kini pesawat yang ditumpangi Fatimah telah lepas landas, terlihat ekor pesawat itu semakin jauh semakin jauh dan semakin jauh, kini ekor pesawat yang ditumpangi Fatimah sudah tak terlihat, aku kembali berdiri dan pergi dari sana.

Kehadiran dan kepergian sosok Fatimah berpengaruh besar terhadap diriku, aku masih sering terbayang bagaimana saat dia tiba tiba menaiki punggungku secara tiba tiba, aku hanya tersenyum melihat tingkah konyolnya saat itu, tak disangkah rumah ini penrah menjadi sarang bandar narkoba, terutama kamarku.

Biarkan ku kenang cerita ini dan kuceritakan kelak tentang apa yang telah menimpa keluargaku kepada anak anakku.


anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.4K
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan