___________________________________________________________________________________________________________________
Tak kan bisa ku lupa pertama kali bertemu denganmu. kau terlihat berwibawa sebagai kakak kelasku. kau mau mengajarkan apa yang tidak ku tau dengan perlahan. kau bisa membimbingku dalam kebingungan saat pertama kali terlibat dengan sebuah organisasi. mungkin ada perasaan kesal pada dirimu karena aku yang memang belum memahami peranku tapi tak pernah sekalipun kau menunjukannya.
waktu terus bergulir dan kita pun semakin dekat. aku sangat menghormati mu sebagai kakak kelas tapi ada perasaan kagum dengan segala yang kau lakukan untuk organisasi ini. kedekatan kita pun semakin intens karena kita berada di dalam satu pasukan yang sama, setiap hari kita lalui untuk latihan, meningkatkan kemampuan dan kerjasama. aku tidak bisa menampik kekaguman ini semakin bertambah setiap harinya seiring dengan kebersamaan kita dan akupun mulai lebih leluasa untuk bersikap padamu.
canda dan tawa tak henti menghiasi hariku bersamamu, walaupun diriku terkadang bisa menjadi sangat menyebalkan untukmu.
Quote:
“sumpah teh pipi gua bengkak sebelah ini... aduuuhh”, kataku mengaduh
“mau sebelah lagi biar sama??”, teh Suci mengancam
“ogah ah sakit tau ga”, aku pun bangun dan menjauh darinya
Te Suci pun ikut bangun dan berjalan mendekatiku. Akupun berjalan mundur mengawasi pergerakannya.
itulah hal yang kau lakukan ketika diriku tidak menurut atau melakukan sesuatu yang tak kau suka. tapi sesakit apapun itu aku sama sekali tidak kesal, aku senang. senang di perhatikan olehmu. setiap hari selalu ada moment baru yang terjadi antara kita berdua. dan semakin hari kita mulai mengerti satu sama lain.
Quote:
“kenapa lu dek?”, tanya teh Suci
“tau ah”, kataku lalu duduk di DPR
“Bilang sama kakak lu ada apa?”, kata teh Suci mengusap kepalaku
Akupun menghela nafas panjang
“gua ngasihin kertasnya tadi, boro-boro makasih, gua langsung di tinggal”, kataku
“lu liat isi kertasnya?”, kata teh Suci
“kaga lah”, kataku yang pelan-pelan merasa ngantuk
“bagus deh kalo ga lu baca”, kata teh Suci
“lu tau isinya?”, kataku
Teh Suci hanya tersenyum
“mulai deh ngantuknya”, kata teh Suci sambil tetap mengusap kepalaku
“abisnya enak, gua jadi ngantuk”, kataku
“tidur di rumah sih dek”, kata teh Suci
“hmp”, kataku
Perlahan tapi pasti akupun mulai memeluk lututku dan memejamkan mata.
“jangan tidur sih, masa gua di tinggal”, kata teh Suci
“gua ngantuk”, kataku
“balik sana”, katanya
“males”, kataku
“balik lah dek”, lanjutnya
aku tau sangat sulit untuk menggapaimu dengan segala hal yang kau miliki, semua orang bangga padamu begitu pula aku. Kau benar-benar seorang pemimpin dan role model untukku, kau tau kapan harus bertindak, berbicara dan mendengarkan. aku ini hanya anak bodoh yang baru saja mengenal dunia dan sudah mulai berani untuk menantangnya, tapi kau akan langsung turun tangan menghentikanku ketika aku akan berjalan ke arah yang salah.
Quote:
“BEGOO!! DASAR BEGOOO!!”, kata teh Suci yang membantingku lalu mengunci tanganku
Sekedar info teh Suci dari SD sampai kelas 2 SMP masih aktif ekskul karate, jadi bukan hal mustahil baginya membantingku.
“LU MAU BUNUH ANAK ORANG?!!”, teriaknya
“lepasin ini batu!”, lanjutnya
Akupun melepaskan batu tersebut, akupun mengatur nafas, dan aku mulai tenang
“sakit teh”, kataku
Lalu teh Suci melepaskan tanganku. Aku masih terbaring dan ku lihat teh Suci menghampiri Wina lalu memeluknya. Ku lihat juga si X dan temannya yang terbaring. Akupun berdiri dan menghela nafas.
“Teo!”, kata teh Suci agak berteriak
Aku hanya mengangkat kedua tanganku tanda menyerah. Lalu menghampiri Wina.
“lu ga apa-apa?”, tanyaku
Wina hanya mengangguk. Teh Suci masih mencoba menenangkannya. Lalu membawa nya keluar kampus, dan akupun mengikutinya. Kami duduk di taman kampus, teh Suci meninggalkan aku dan Wina lalu pergi membeli minum, tak lama teh Suci kembali dan memberikan minum padaku dan Wina.
“bentar ya Win gua ngomong sama si BEGO yang satu ini”, kata teh Suci dengan menekankan di kata BEGO dan menarikku
“dek lu tu kebangetan ya, udah gua suruh diem juga”, kata the Suci
“tapi the….”, dia memotong omonganku
“ga ada tapi-tapi, lu bisa bunuh orang tau ga kalo lu ga bisa ngontrol emosi lu”, katanya
"jadi gua minta ini yang terkhir lu kaya gini. Gua takut”, kata the Suci lalu meninggalkanku
sungguh tak ingin ku melihat wajah mu yang murung dan sedih. Tapi apalah dayaku yang hanya bisa bertindak tanpa harus berfikir panjang.
semua yang kau lakukan membuat diriku lebih terbuka dan aku pun emberanikan diri memanggilmu kakak, ya seorang kakak yang sangat ku hormati dan ku kagumi. aku tak segan menceritakan apa yang sedang terjadi padaku hari ini, bahkan tentang keluargaku padamu. dan kau selalu bisa memberikan saran yang bisa ku terima.
kau sangat tau kalau diriku masih rapuh dan bodoh. kau tau apa yang harus di lakukan ketika diriku berada dalam keterpurukan. pengalaman pertama saat sakit hari, ketika di khianati, entah apa yang yang kau rasakan saat itu tapi kau ada untukku, lagi-lagi menyelamatkanku dari tindakan yang bodoh.
Quote:
Aku tunggu 5 menit, 10 menit, 30 menit namun tidak ada balasan apa-apa. Aku pu bersiap pergi, lalu pamit ke bibi dan Violet. Akupun menelepon ibuku untuk izin, tadinya aku mau di antar, tapi aku menolak. Akupun lupa kegiatan apa saja yang ku lakukan selama keluar rumah, tapi itinya aku pergi membaca komik dan membelinya dan aku pergi untuk nonton bioskop.
“dek seriusan lu ada di rumah?”, tiba-tiba ada sms dari kak Suci
“gua lagi mau nonton di sini (nama bioskop)”, balasku
“dek, lu tunggu gua jangan kemana-mana”, balasnya
“emang kenapa sih kak?”, balasku
“bawel! Tunggu gua!”, balasnya
Akupun duduk dekat dengan loket. Entah ada apa dengan kelakuan kak Suci hari ini. Ku lihat tiketku dan film baru mulai jam 14.00, masih ada sekitar 20 menit lagi sebelum film di mulai. Aku pun melihat sekeliling sampai aku tertuju pada satu titik. Pintu masuk.
“Rathi”, gumamku
Aku langsung berdiri ingin menghampiri
“beb, kita nonton itu aja ya”, katanya
Aku pun tersentak kaget, ternyata dia gandengan dengan Ali. Aku langsung menutup kepalaku dengan hodie dan kembali duduk. Terlihat dari sudut mataku mereka sedang mengantri tiket, jarakku dengan mereka tidak terlalu jauh
“Thi, kamu ga apa-apa jalan sama aku? Teo gimana?”, kata Ali
“Li, aku emang sayang sama Teo, tapi dia ga seromantis kamu”, kata Rathi
Mendengar itu emosiku naik, ingin rasanya meabrak mereka.
Hpku berbunyi
“dek lu di mana?”, kata kak Suci
Aku berjalan menjauh
“deket loket”, kataku
“gua masih di jalan, macet. Lu ga apa-apa?”, katanya
“iya”, kataku lalu menutup telepon.
Aku pun kembali duduk dekat loket, Rathi dan Ali duduk di sebelahku. Mereka sama sekali tidak mengenaliku, mungkin karena pakaian yang aku gunakan. Terdengar candaan mereka, dan tawa mereka sangat renyah di telinga. Terdengar suara dari speaker yang memberitahukan bahwa film akan segera dimulai, akupun bergegas masuk. Sesampainya di dalam aku sms Rathi
“yang kamu lagi apa?”, smsku
“lagi di rumah yang rebahan”, balasnya
“udah makan?”, balasku
“udah ko, aku mau tidur dulu ya”, balasnya
Rathi berbohong. Akupun menghela nafas panjang mendapat balasan seperti itu. Saat aku akan membuka hodie ternyata mereka duduk di depanku. Selama nonton mereka sangat mesra, memang kau tidak melihatnya dengan jelas. Sampai selesai nonton, aku sengaja keluar belakangan, dan saat di pintu keluar.
“eh, kak Suci”, sapa Rathi
Lalu kak Suci melirik Ali.
“mau nonton kak?”, kata Rathi
“iya nih”, kata kak Suci
“sendiri kak?”, tanya Rathi
“iya sendiri”, kata kak Suci, lalu di melihat ke arahku yang jaraknya tidak jauh dari mereka.
Lalu kak Suci menghampiriku lalu membuka hodie ku.
“hei Teo ketemu disni”, kata kak Suci agak keras
Lalu Rathi dan Ali secara bersamaan melihat ke arahku. Akupun menatap mereka
“temenin gua dek”, kata kak Suci merangkul leherku lalu menuntunku ke loket.
“Teo!”, teriak Rathi
“Teo tunggu”, kata Rathi sambil memegang tanganku.
Akupun melihat ke Ali, dia memalingkan wajahnya dariku.
“aku bisa jelasin yang”, kata Rathi
“Thi, udah ya jangan disini ga enak banyak orang”, kata kak Suci
“ga bisa kak aku harus ngomong sekarang sama Teo”, kata Rathi memaksa
“get lost”, bisikku
Terasa tangan kak Suci memegang erat pundaku.
“yang aku bisa jelasin”, kata Rathi
Kak Suci berdiri di depanku, terdengar perdebatan diantara mereka, Rathi yang ingin berbicara denganku dan kak Suci yang meminta untuk tidak bicara sekarang. sata mereka sedang berdebat tiba-tiba aku hilang kesadaran. dan ternyata diriku berjalan sendiri ke arah trotoar
“TEOSTRAA!!”
Saat aku sadar aku sudah terkapar di trotoar, terlihat seseorang di atas badanku. Anak lelaki, ku perkirakan umurnya sama denganku, dia menggunakan kaca mata yang ku kenal.
“mau mati lu bego”, kata Cepha
Akupun melihatnya, teman lamaku Cepha.
“Cepha”, kataku
“hah? Ayo bangun, di liatin banyak orang tuh”, kata Cepha sambil mengulurkan tangannya
“ngapain sih lu di tengah jalan ga liat-liat? Bego dah”, katanya
Aku hanya bisa diam, masih tidak percaya bisa bertemu Cepha disini.
“heh?! Malah bengong”, katanya
“eh sory-sory”, kataku.
Lalu akupun minta maaf kepada kendaraan yang hampir menabrakku. Lalu aku duduk di dekat pos keamanan disana.
“dek, lu ga apa-apa?”, kata kak Suci yang berlari mendekatiku
“ga apa-apa kak, Cuma lecet”, kataku
“Cuma? Kamu bilang Cuma dek?! Kamu itu hampir ketabrak tau ga!!”, kata kak Suci memarahiku
aku benar-benar terpuruk saat itu. mengakhiri hidup mungkin sempat terlintas di pikiranku karena rasa sakit yang kurasakan. benar-benar sakit, lebih sakit daripada luka yang ku selama ini. aku mencoba menahan rasa sakit ini sendirian tapi entah kenapa kau......
Quote:
“puk”, tangan kak Suci mengelus kepalaku
Akupun menatapnya dan entah kenapa dia menangis.
“Teo”, kata Cepha
Akupun melihat ke arahnya, dia seperti ingin mengatakan sesuatu namun terhenti, tak lama menunduk.
“kenapa?”, tanyaku pada mereka berdua
Tapi tidak ada yang menjawab. Akupun berdiri dan menuju pintu keluar café lalu bersandar di mobil Cepha. Langit terlihat mendung dan tak lama hujan pun turun, aku melihat ke arah langit yang gelap. Setiap tetesan yang mengenai tubuhku seakan menambah sakitnya dada ini.
“Teo!”, teriak kak Suci
Akupun melihatnya, dengan sekejap dia berlari menghampiriku, memelukku dengan erat.
“dek, kalau mau nangis jangan di tahan dek”, katanya
“nangis kenapa?”, tanyaku
Lalu dia menatapku sangat dalam dan mulai menangis kembali, aku bingung. Aku yang merasakan sakit tapi dia yang menangis. Dia memelukku sangat erat, terdengar jelas isak tangisnya yang di barengi dengan hujan yang semakin lama semakin deras, langit yang gelap.
akupun mencoba menjadi orang yang kuat seperti dirimu, orang yang mampu bangkit ketika terjatuh. saat itu sudah bisa ku lakuakn semuanya terasa sia-sia.
tuhan memanggilmu terlebih dahulu dengan cara yang tak ku duga. kehilangan dirimu adalah sesuatu yang benar-benar membuatku terjatuh. tak satu haripun ku lewati tanpa menangis mengenangmu, mengingat semua yang sudah ku lakukan .
KAKAK. HANYA ADA SATU KATA YANG BISA KU KATAKAN DARI DULU HINGGA SEKARANG.
RINDU.
for my beloved sister. i miss u.