Kaskus

Story

bryangerald54Avatar border
TS
bryangerald54
"JEJAK" #SFTHChallenge
"JEJAK" #SFTHChallenge

"JEJAK" #SFTHChallenge

Spoiler for cekidot:


Polisi mengatakan bahwa itu adalah sebuah kecelakaan.
Ada banyak alasan untuk mobil wanita itu dinyalakan, membawanya berkelana di malam hari dan siapa sangka jalan beraspal yang rusak parah menjadi tempat pendaratan terakhirnya.

Pelayan bernama Anita menjadi orang pertama di TKP, datang karena shif kerja malamnya di resto Jimbaran. Anita terkejut saat menemukan tubuh tak bernyawa yang tergeletak di jalan depan tempat kerjanya.

Polisi bahkan tidak bisa mendapatkan pernyataan memuaskan darinya. Mungkin waktu itu, bisa dikatakan Anita lah sosok yang berani.

Nama ku Tian, pemeriksa medis di wilayah Jimbaran.
Kalau mau jujur, aku menyukai pekerjaanku dengan baik, aku sangat senang menghabiskan seluruh waktuku dengan orang mati. Mereka merupakan pendengar yang setia, tidak seperti orang-orang sekitar yang hanya membuatku kesal dengan ocehan mereka sehari-hari.

Kembali ke wanita tak bernyawa yang terbaring di depan resto Jimbaran.

Dia cukup cantik dengan rambut lurus agak kemerahan karena darah dan jaringan otak yang meluber dari kepalanya. Anton seorang penyidik dari polisi yang sedang dihubungi malam ini. Selama bertahun-tahun aku di bekerja, tidak pernah melihat seorang penyidik dari polisi yang mengurus setiap kecelakaan secara personal.

Jadi, aku menghampiri jenazah korban, berlutut di samping tubuh, berusaha terlihat seperti sedang melakukan sesuatu yang penting. Apa yang harus dilakukan? Dia meninggal. Mobilnya hancur menabrak pohon beringin di sana, tubuhnya hancur. Kasus ditutup. Aku meraih saku rokokku. Tidak ada yang peduli jika aku menyalakan rokok ini, wanita yang meninggal barusan pun tidak akan mengeluh.

Saat itulah aku menarik dugaan pertama dari apa yang tidak sengaja aku perhatikan.

Aku tidak yakin apakah dugaan ini benar, setelah beberapa bagian tubuh hancur berantakan, dan bagaimana cara mendarat jenazah korban. Lehernya patah cukup parah sementara wajahnya masih menatap ke atas. Tentu saja ketika mengalami kecelakaan parah kemungkinan ada beberapa memar yang terlihat, tapi ada sesuatu memar di lehernya yang memacu keinginan aku untuk melihat sedikit lebih dekat.

Terdapat luka memar memanjang di sekitar lehernya, kurang lebih sekitar 3 cm. Kalian tidak akan mengira lehernya yang kecil bisa menahan memar sebanyak itu, dari tempat aku berjongkok di sampingnya, hampir seperti ada empat luka memar di sepanjang lehernya. Aku lebih teliti lagi melihat bagian lehernya, Aku mengenali sesuatu dalam memar itu.

Sesuatu yang aku sendiri tidak yakin untuk akui ....

Awan bergerak perlahan melintasi bulan purnama, membuat segalanya lebih gelap dari sebelumnya. Anton mengamati korban tanpa terlihat kalau ia sedang mengamati. Bukan hal yang mudah dilakukan, terutama bila hanya ada beberapa orang yang ada di belakangnya saat dia sedang mengamati korban. Ada sesuatu tentang Tian yang mengganggu pikiran Anton, dan sekarang Anton dengan acuh tak acuh menatap pria itu. Dia mulai berpikiran serius tentang apa yang mengganggunya tentang petugas pemeriksa medis itu..

Petugas pemeriksa medis itu dengan mudahnya berdiri di samping tubuh wanita yang sudah hancur di jalan raya, tidak peduli dengan bagian-bagian tubuh wanita yang tidak dikenal berserakan di kakinya. Anton justru merasa ngeri. Dia menduga-duga kalau tragedi ini merupakan sebuah pembantaian, disamping sebuah kecelakaan mobil, cara tubuh wanita itu tergeletak di aspal menjadi sesuatu hal yang tidak wajar, dan fakta bahwa Tian terlihat sangat santai untuk mendekati korban sedekat mungkin dengan darah sebanyak itu, bahkan tanpa mengedipkan mata sepertinya ada sesuatu yang ganjil. Anton mencoba mengatakan pada dirinya sendiri bahwa itu karena tugas dari Tian, yang merupakan petugas pemeriksa medis mungkin sudah seringkali berhadapan dengan jenazah korban yang masih segar. Tetap saja, ada sesuatu tentang cara pemeriksa medis itu melihat jenazah korban yang membuat Anton mulai menduga-duga.

"Yah, kurasa tidak ada yang tersisa untuk dilakukan di sini, tapi bereskan itu. aku ingin tidur sebelum matahari terbit. " ujar detektif Salim yang baru saja datang untuk menghadapi kasus terakhir sebelum dia pensiun. Pendek dan botak, dengan penampilan yang cukup nyeleneh. Dia bersandar di sisi ambulans dan menatap lurus ke jenazah korban yang terbentang tak jauh dari situ."
Sayang sekali." Dia menguap. Anton ingin menyampaikan dugaannya, namun terdahulu oleh salah satu partner kerja Salim, "Hei bos". Rian adalah salah satu partner kerja detektif Salim yang cukup kompeten, cukup glamour jika dilihat dari jam tangan dan setelan pakaian yang digunakannya.

"sepertinya anda perlu melihat ini?" detektif Salim mengerutkan kening, dan melirik Anton yang tidak segan mengikutinya saat Rian membawa mereka kembali ke tempat mobil wanita yang meninggal. Sisi mobil itu memantulkan cahaya dari lampu ambulans, secara reflek membuat Anton menyipitkan matanya kemudian dengan cepat melirik ke belakang, Tian tidak bergerak. Detektif Salim berhenti tepat di bagian belakang mobil korban, "Apa yang kita dapatkan di sini Rian? Abdul? "Abdul sedang berjongkok di luar tempat detektif berdiri. Dengan postur yang tinggi dan kurus, Abdul merupakan teman SMA kakak laki-laki Anton, yang berarti dia dan Anton sudah saling mengenal bertahun-tahun. Dia mengangguk sebentar ke arah Anton, cara yang baik untuk menyapa adik dari temannya, sebelum mengalihkan perhatiannya ke detektif Salim. "Kami menemukan ada jejak ban disini" katanya tanpa basa-basi.

Anton tidak sendiri saat mengalihkan perhatiannya ke aspal tepat di bawah kaki mereka, semua mata tertuju pada bekas selip hitam yang mengarah dari jalan raya. Jejak ban terlihat melengkung mengikuti tikungan dari jalur utara sampai tempat tepat dimana mobil korban menembus pagar pembatas sebelum bertabrakan dengan pohon beringin besar di ujung tikungan. Namun seperti kata Abdul, ada juga tanda ban lainnya. Sedikit lebih lebar dari pada jejak yang ditinggalkan oleh mobil wanita yang telah meninggal itu, tanda-tanda lain ini melengkung sampai mobil menabrak pagar pembatas, sebelum kembali meluncur kembali ke jalan raya dan menuju ke arah kota.

Mata Anton terbelalak pada saat itu dan menjawab tatapan Abdul yang seakan-akan penuh rasa tanya akan apa yang sudah terjadi, tenggorokannya tiba-tiba terasa kering. Detektif dan Rian saling berpandangan satu dengan lainnya, seperti mengetahui yang dipikirkan masing-masing.

Seseorang telah memaksa mobil korban keluar dari jalan raya.

Aku ingin terus menatap wanita itu.

Aku tidak ingin mengalihkan pandanganku darinya.

Dalam sekejap aku bisa melihat wajahnya yang tersenyum. Dia memiliki gigi yang rata sempurna; warnanya putih terang dan berkilau, layaknya bintang film. Tidak ada yang memperhatikan aku saat itu , mereka tidak akan menyadari jika ku-ulurkan tanganku membelai wajahnya. Sangat cantik; bahkan dalam kematian, jari-jariku dapat mengusap rambutnya, kusut dengan darah dan berwarna kemerahan, otaknya kenyal mulai berceceran keluar. Mulutku kering, bibir pecah-pecah memenuhi lidahku. Dia memiliki bibir yang indah. Aku ingin merangkak masuk ke dalam tubuhnya ... ..

"Tian!" Aku melompat sebelum aku menyadarinya. Sialan, apa yang akan mereka pikirkan jika mereka melihat aku melompat seperti kucing?!?

Aku menegakkan badan dan mencoba terlihat tenang. Mereka ingin aku tenang; Tugasku untuk tetap tenang. Detektif Salim sedang berjalan ke arahku, dia tampaknya kesal.

"Saya ingin Anda mengamati tubuh korban lagi"

"Ada masalah apa lagi?" Tanyaku padanya, menjaga suaraku tetap teratur.

"Saya hanya ingin benar-benar yakin bahwa yang menyebabkan ia mati adalah murni akibat kecelakaan." Detektif berdiri di sebelahku dan korban, ia lebih dekat dari yang kuinginkan. Bisakah detektif melihat leher korban? Apakah ia melihat luka memar itu?

apa yang membuat anda berpikir ada hal lain ? Saya pikir cukup jelas ini adalah kecelakaan mobil" aku tidak bisa membaca ekspresi detektif Salim saat itu , dia tidak benar-benar mengerutkan kening, tapi dia juga tidak terlihat bahagia.

"Datanglah ke sini" jawabnya. Aku tidak ingin mengikutinya, aku tidak ingin meninggalkan wanita itu sendirian, tapi aku harus melakukan apa yang dia katakan. Ku ikuti langkah detektif, perutku menggerutu. sepertinya aku mulai lapar.

Aku mengikuti detektif menuju tempat mobil korban berada. Detektif menunjuk pada jalan raya "Ada satu jejak ban lagi. Kami sudah membicarakannya dan kami semua setuju sepertinya ada orang yang telah menjauhkan korban dari jalan. "

"Jika seseorang sengaja mejauhkan korban dari jalan, pasti ada alasannya bukan?". Detektif menyampaikan pendapatnya terhadapku, seolah-olah aku ingin mendengar apa yang dia katakan. Aku melirik ke arahnya, dan mengangkat bahu.

"Jadi, Anda diagnosis tubuh korban lagi, dan katakan apakah Anda menemukan sesuatu, apapun itu. " aku berpaling untuk kembali ke tempat dimana tubuh korban tergeletak. Wanita itu tidak sendiri lagi. Tapi ada hal yang membuat aku marah. Apa yang dilakukan si brengsek Anton? Apa yang membuat dia berpikir dia bisa menyentuh wanita itu, apa yang membuatnya berpikir dia bisa menatapnya? Aku mendekatinya secepat mungkin, Anton menatapku. Dia terlihat sedikit pucat, dia berhenti menatapku, dan malah menatap detektif Salim yang berada tepat di belakangku.

"detektif…." sepertinya dia bisa muntah kapan saja. Mungkin dia harus pergi berdiri di dekat pelayan resto itu yang hanya menatap kejadian ini dari kejauhan. "Anda harus datang dan melihat ini"

"Apa itu Anton?" Detektif Salim terlihat sedikit lelah; Mungkin karena umurnya yang sudah tua. "Anda menemukan sesuatu yang dilewatkan Tian?" ucapnya sembari menatap remeh padaku.

"Kurasa ... sepertinya ..." Anton terlihat sangat pucat sekarang, detektif mencondongkan tubuh kearah tempat Anton, dia tampak bingung.
"Brengsek .." bisiknya, sekarang dia terlihat pucat seperti Anton, tapi matanya menatapku. Dia mengerutkan kening. Aku menatap ke belakang. "beritahu saya bahwa anda tidak mengetahuinya?" Detektif menunjuk kearah tubuh korban dan menatapku seperti menunggu kata-kata jawaban keluar dari mulutku.
"Perhatikan apa?" Kataku tak bersalah.
Anton sekarang berdiri tegak, matanya terlihat sangat marah, suaranya serak, "Perhatikan apa? Apa yang kamu pikirkan?? Sesuatu telah menggigitnya! "

Aku akan tersenyum jika mereka tidak menyadarinya.

Detektif menatap tubuh wanita yang sudah meninggal itu, matanya memandang dengan detail ke bekas gigitan yang terlihat di paha bagian dalam sebelah kiri. Bentuknya gigitannya oval, dan cukup dalam. Apapun yang menggigitnya, setidaknya korban kehilangan satu ons daging. Dia bergidik, saat memikirkan itu. Jaringan otot kaki korban yang kencang berkilau terkena sorotan lampu senter milik detektif.

"Baik…" suara Anton yang tegang memecah rasa sunyi saat itu, "Apa yang menggigitnya?"

Detektif menyadari bahwa Anton sedang tidak berbicara dengannya; namun Anton menatap keras pada Tian, yang kembali menatap Anton seperti biasa. Detektif tidak pernah tahu mengapa kedua pria itu tidak pernah akur. Bahkan sejak awal, mereka tampak seperti dua kucing saling menggaruk satu dengan yang lainnya. Mungkin Detektif merasa kesulitan untuk memihak, di satu sisi, Tian adalah pemeriksa medis di wilayah Jimbaran, seorang yang pendiam, sangat mementingkan dirinya sendiri, dan berambisi. Banyak orang yang menilai Tian sebagai orang yang sangat baik dan dermawan, setiap tahun dia menyumbangkan jumlah yang fantastis untuk kepentingan wilayah, tidak jarang juga untuk panti asuhan Jimbaran.

Di sisi lain, detektif telah memperhatikan selama bertahun-tahun, bahwa Tian selalu tampak seperti menyembunyikan beberapa rahasia untuk dirinya sendiri, terlihat dari balik senyumannya yang khas.

Tian sudah berada di sisi jenazah wanita itu, mengamati secara detail gigitan pada korban. "yah, ini bukan ulah binatang, hanya itu yang bisa kuberitahu." Dia berkata dengan tenang.
"Apa maksud perkataanmu itu?" Suara detektif Salim terdengar nyaring, seakan menuntut jawaban dari Tian, dari sudut matanya ia melihat bibir Tian berkedut, seolah ia ingin tersenyum.
"maksud saya, tidak ada binatang di mana pun yang memiliki pola dan bentuk mulut yang bisa membuat gigitan seperti itu." Dia melirik dari arah Anton ke detektif dan kembali lagi, mengayunkan jari-jari kakinya naik turun, mewakili rasa kemenangan di wajahnya ia menambahkan, "gigitan ini berasal dari seseorang."

Angin yang bertiup kencang memecah kesunyian saat itu. Selama bertahun-tahun sebagai seorang detektif, Salim belum pernah mendengar hal seperti ini, dan tentu saja dia tidak pernah membayangkan bahwa dia akan berhadapan dengan sesuatu yang sangat mengerikan, tak terpikirkan olehnya.

"Baiklah," kata Tian, suaranya bergetar, sambil menatap detektif Salim "Sepertinya ada orang gila di sekitar sini."

Tian menarik kancing tasnya dengan perlahan tanpa menarik perhatian yang lainnya. Dia mengambil dan mengunyah segumpal permen karet, aroma peppermint yang terbentang darinya. Dengan perlahan menatap detektif Salim.

"Saya tidak ingat kapan terakhir kali kita menangani kejahatan di sekitar sini." Dia berkata, suaranya terdengar menyesal. Detektif Salim tidak menanggapinya, pandangannya tertuju pada Rian dan Abdul yang sedang mencari-cari petunjuk lainnya di TKP. Tian memasukkan tangannya ke sakunya. "Baik detektif, jika anda berpendapat yang sama dengan saya, saya bisa membawa wanita itu ke ruang otopsi. Dengan pencahayaan yang bagus, mungkin itu akan membantu proses diagnosa" .

Detektif Salim menatapnya dalam-dalam, lalu dengan malas menggaruk janggut di rahangnya, dia mengangguk. "Saya kira Anda ada benarnya juga. Lagipula ini juga sudah sangat larut, pulanglah, tidur, tidak ada gunanya menyelesaikan semua ini pagi ini. " Tian mengangguk setuju.

Itu benar ... jangan terburu-buru .... lagipula apa yang harus dicari dari wanita ini ? dia bahkan bukan dari daerah sini...

Tian berbalik dari detektif dan mulai berjalan menuju kendaraannya,
"Hei...Tian."
Dia berbalik, tenang seperti biasa, "ya?"
"Apakah Anda tidak keberatan untuk mengantarkan Anita pulang."

Sambil berbalik ke arah Anita, detektif Salim memberi isyarat pada seorang pelayan yang berdiri agak jauh, masih terlihat seolah-olah dia ingin muntah. Dia tampak canggung berdiri di sana, seragamnya yang rapi seakan percuma dipakainya, karena otomatis resto pada saat itu ditutup sementara. Detetktif Salim mengantar Anita ke tempat Tian. "Sepertinya dia shock dengan kejadian ini, akan lebih baik jika dia tidak mengemudi sendirian dulu ." bisik detektif kepada Tian

Tatapan Tian melayang di atas bingkai gadis pelayan itu.

Tetap tenang ... tetap tenang ...


"Tentu saja, tentu saja." Tian berkata pelan, matanya masih menatap gadis itu, sambil tersenyum kecil.
"Saya akan dengan senang hati membantu seorang perempuan dalam kesulitan." Tian menganggukan kepala ke Anita, sontak mata Anita sedikit melebar. Dia melirik sekilas detektif yang tampak cemas, tapi dia tidak memprotes. Sebagai gantinya dia berjalan dengan patuh saat detektif itu mengarahkannya ke pintu penumpang kendaraan Tian.

Ya, gadis baik, datang perlahan sekarang ...

Lampu mobil polisi dan ambulan telah memudar dilihat dari kaca spion Tian. Jalanan begitu sepi, tidak ada apa-apa kecuali kilau lampu depan mobil Tian menyinari jalan raya, "kamu benar-benar bagus malam ini." Dia berkata, suaranya berbisik. Di sampingnya, Anita terdiam.

"kamu melakukan semua yang ku minta sayang, senangnya bukan main."

Anita mengangkat kepalanya dan menatap Tian.

"Maaf, aku tidak bermaksud membuat keributan, aku hanya ... .. aku tidak mengira akan seperti ini." Dia berbisik, suaranya gemetar, dia terdengar seperti akan menangis. Tian menatapnya sekilas, sebelum mengembalikan pandangannya ke jalan. Sambil memegang satu tangan di kemudi, Tian memegang tangan Anita

"Sudah kukatakan itu tidak akan mudah." Dia berkata lembut
"Aku sudah memperingatkan kamu sejak awal." Dia menghela napas
"Kamu melakukannya dengan benar, menabrak mobil wanita itu seperti yang kukatakan. mungkin tidak akan serumit ini jika wanita ini mengenakan sabuk pengaman, dan jika Abdul tidak sedang berpatroli. " Tian menggeram seakan menyembunyikan rasa amarahnya, namun hanya sesaat.
"Lain kali harus lebih baik lagi."
"Lain kali?" Anita meletakkan tangannya di paha Tian, cara dia meremasnya seolah mengatakan kepadanya bahwa dia suka mendengarnya, seakan tidak sabar untuk melakukannya lagi.

Tian tersenyum, "tentu saja sayang", sambil berbisik
"Akan ada penyelidikan lanjut oleh detektif Salim, ia akan menyelidiki sendiri apa yang telah terjadi, kupikir cukup banyak waktu bagi kita untuk memastikan kita tidak ketahuan." Tian melirik ke arah Anita, tersenyum padanya, bahkan di kegelapan Tian bisa melihat hasrat yang mengebu-gebu di mata Anita

"Lagipula," tambahnya pelan, "aku masih lapar

:terimakasih

Diubah oleh bryangerald54 08-02-2018 18:04
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.5K
9
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan