- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Megahnya Cinta Hatta Untuk Indonesia, "Tak Menikah Sebelum Merdeka"


TS
ucln
Megahnya Cinta Hatta Untuk Indonesia, "Tak Menikah Sebelum Merdeka"

Quote:
Berbeda dengan Sukarno, kehidupan romansa Mohammad Hatta berbeda 180 derajat. Di kalangan teman-temannya, Hatta dikenal tak pernah menunjukkan ketertarikannya kepada perempuan.
Suatu ketika para sehabatnya saat berkuliah di Belanda menjebaknya: mereka mengatur kencan dengan seorang gadis Polandia "yang menggetarkan lelaki mana pun."
Tentu saja, si gadis sudah dipesan untuk menggoda Hatta dengan segala cara. Apa yang terjadi? Malam itu di cafe yang romantis mereka cuma makan malam lalu berpisah.
Ketika ditanya kenapa rayuannya gagal total, si gadis cuma menjawab, "Sama sekali tidak mempan. Dia ini pendeta, bukan lelaki."
Si gadis tentu saja bercanda. Hatta tidak anti wanita. Dia hanya ingin fokus berjuang untuk negeri yang dicintainya.

Hatta bahkan sangat peduli dan menjunjung tinggi harkat perempuan. Makanya Hatta sempat marah besar kepada Sukarno saat menikahi Hartini. Dia tidak menerima sikap sahabatnya menduakan Fatmawati dan membuatnya "digantung tidak bertali."
Begitu marahnya Hatta, seperti ditulis di buku Mohammad Hatta: Biografi Politik, karya Deliar Noer, dia tak mau menemui Hartini untuk beberapa lama. Meski begitu, persahabatan Hatta-Sukarno tidak pudar. Urusan politik dan pribadi diberi batas tegas.
Bahkan Sukarno-lah yang menjadi comblang Hatta dalam urusan asmara. Kisahnya berawal pada 1943 ketika pengacara Mr. Sartono mengadakan perjamuan untuk merayakan kepulangan Sukarno dari pembuangan di Bengkulu. Sejumlah tokoh hadir termasuk keluarga Ny. S.S.A Rachim beserta dua anak gadisnya Rahmi (17) dan Raharti (14).
Saat itu Hatta datang sendirian dan dia juga belum berkeluarga meski umurnya sudah 41. Dia memang pernah bersumpah, tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Hal ini menarik perhatian Sukarno, sahabat karibnya. Dia ingin mencarikan pendamping untuk Hatta.
Hingga pada suatu kesempatan menjelang kemerdekaan Sukarno singgah ke rumah Ny. Rachim di Bandung. "Gadis mana yang tercantik di Bandung?" tanya Sukarno. Ny. Rachim tampak bingung dan menjawab sekenanya. Kemudian dia tanya balik kenapa Sukarno tanya seperti itu. "Ah, tidak apa-apa. Tanya-tanya kan tidak masalah," jawab Bung Karno.

Setelah Proklamasi, Sukarno akhirnya minta Hatta untuk menentukan pilihannya.
"Waktu saya bertanya kepada Hatta, gadis mana yang dia pilih, jawabnya: 'Gadis yang kita jumpai waktu berkunjung ke Institut Pasteur, yang duduk di kamar sana, yang begini, yang begitu, tapi saya belum tahu namanya'," ujar Sukarno.
Sukarno kemudian menyelidiki. Ternyata gadis yang dimaksud Hatta adalah Rahmi, putri keluarga Rachim. Akhirnya, sekitar dua bulan setelah Proklamasi, Bung Karno mendatangi keluarga Rachim, melamar Rahmi untuk Hatta. Pada 18 November 1945 Hatta menikahi Rahmi di sebuah vila di Megamendung, Bogor.
Pria sederhana ini benar-benar menepati janjinya, hanya akan menikah setelah Indonesia merdeka.
Suatu ketika para sehabatnya saat berkuliah di Belanda menjebaknya: mereka mengatur kencan dengan seorang gadis Polandia "yang menggetarkan lelaki mana pun."
Tentu saja, si gadis sudah dipesan untuk menggoda Hatta dengan segala cara. Apa yang terjadi? Malam itu di cafe yang romantis mereka cuma makan malam lalu berpisah.
Ketika ditanya kenapa rayuannya gagal total, si gadis cuma menjawab, "Sama sekali tidak mempan. Dia ini pendeta, bukan lelaki."
Si gadis tentu saja bercanda. Hatta tidak anti wanita. Dia hanya ingin fokus berjuang untuk negeri yang dicintainya.

Hatta bahkan sangat peduli dan menjunjung tinggi harkat perempuan. Makanya Hatta sempat marah besar kepada Sukarno saat menikahi Hartini. Dia tidak menerima sikap sahabatnya menduakan Fatmawati dan membuatnya "digantung tidak bertali."
Begitu marahnya Hatta, seperti ditulis di buku Mohammad Hatta: Biografi Politik, karya Deliar Noer, dia tak mau menemui Hartini untuk beberapa lama. Meski begitu, persahabatan Hatta-Sukarno tidak pudar. Urusan politik dan pribadi diberi batas tegas.
Bahkan Sukarno-lah yang menjadi comblang Hatta dalam urusan asmara. Kisahnya berawal pada 1943 ketika pengacara Mr. Sartono mengadakan perjamuan untuk merayakan kepulangan Sukarno dari pembuangan di Bengkulu. Sejumlah tokoh hadir termasuk keluarga Ny. S.S.A Rachim beserta dua anak gadisnya Rahmi (17) dan Raharti (14).
Saat itu Hatta datang sendirian dan dia juga belum berkeluarga meski umurnya sudah 41. Dia memang pernah bersumpah, tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Hal ini menarik perhatian Sukarno, sahabat karibnya. Dia ingin mencarikan pendamping untuk Hatta.
Hingga pada suatu kesempatan menjelang kemerdekaan Sukarno singgah ke rumah Ny. Rachim di Bandung. "Gadis mana yang tercantik di Bandung?" tanya Sukarno. Ny. Rachim tampak bingung dan menjawab sekenanya. Kemudian dia tanya balik kenapa Sukarno tanya seperti itu. "Ah, tidak apa-apa. Tanya-tanya kan tidak masalah," jawab Bung Karno.

Setelah Proklamasi, Sukarno akhirnya minta Hatta untuk menentukan pilihannya.
"Waktu saya bertanya kepada Hatta, gadis mana yang dia pilih, jawabnya: 'Gadis yang kita jumpai waktu berkunjung ke Institut Pasteur, yang duduk di kamar sana, yang begini, yang begitu, tapi saya belum tahu namanya'," ujar Sukarno.
Sukarno kemudian menyelidiki. Ternyata gadis yang dimaksud Hatta adalah Rahmi, putri keluarga Rachim. Akhirnya, sekitar dua bulan setelah Proklamasi, Bung Karno mendatangi keluarga Rachim, melamar Rahmi untuk Hatta. Pada 18 November 1945 Hatta menikahi Rahmi di sebuah vila di Megamendung, Bogor.
Pria sederhana ini benar-benar menepati janjinya, hanya akan menikah setelah Indonesia merdeka.
Quote:
Kalau berkenan boleh dong dikasih Rate 5 & lemparan BATAnya
Quote:
Diubah oleh ucln 10-02-2018 17:50
0
14.6K
Kutip
112
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan