#SFTH Challenge : OBSESI

dharezt

08-02-2018 13:56

Spoiler for song:

"ada yang ingin ditanyakan..?" ucapku pelan, wajahku yang mengadah ke langit. Bukan karena ingin melihat indahnya sirus. Hanya saja, terlalu takut untuk menatap wajahnya.

"apa alasanmu melakukan hal bodoh ini..?" tanyanya lirih.

Sedikit kulirik wajahnya, memelas penuh harap. Ahh aku memang bodoh sampai membuat wanita ini memohon kepadaku.

"semua udah direncanain. Bahkan sejak 3 tahun yang lalu. Saat aku menjejakkan kaki di sekolah ini.." ujarku. Masih tanpa memandangi wajah ayunya.

***

Quote:

Tahun Pertama

Harapku di sekolah yang luar biasa ini.. Perjanjian pertama. "tuhan.. Jika berkenan, ajarkan kami sebuah kontrak yang melebihi ikatan darah. Jika tidak, kami berjanji akan membuang semuanya"

aku memang tidak percaya sesuatu seperti cinta, dan menikah karena cinta..? Bukankah hanya kontrak untuk berhubungan setiap malam.? Yang kupercaya hanya ego, nafsu, pemanfaatan, imej, kewajiban, dan hal hal bodoh lainnya..

Sampai akhirnya aku merasakan suatu hal, yap.. Sebuah obsesi. Hal yang bertentangan dengan prinsip hidupku, tapi sejalan dengan pola pikirku. Pola pikir yang menciptakan penyakit ini. Ironis memang, sebuah penyakit yang bukan dari sebuah takdir,keturunan, trauma atau hal lainnya. Tapi sebuah keputusan dari pola pikir. So, tahun pertama itu saya hanya menahan obsesi.

Sentuhan..? Mustahil. Dalam radius 5 meter saja otakku sudah memberi sinyal untuk menjauh. Tapi sial baginya. dia merelakan salah satu benda pentingnya untuk diberikan ke mahkluk rendahan ini. Dan dengan bodohnya, aku menghilangkan benda sepenting itu. Sampai sekarang bahkan aku masih menyesalinya. Dan balasan dariku untuk menggantinya takkan pernah pantas. Tak kan pernah.

Quote:

Tahun kedua

Gotcha.. aku dapat spot yang bagus untuk memandangmu. mulai hari itu juga, tempat itu menjadi basecamp ku saat waktu istirahat.

Quote:

Awal tahun, aku membuat beberapa kontrak kecil dengannya. Sedikit interaksi mungkin bisa memperbaik keadaan. Dan hasilnya, lebih dari yang diharapkan. Responnya sangat menyenangkan, sangat mengasyikkan.

Mungkin ini salah satu penyebab banyak orang tanpa ikatan, tapi punya ribuan umpan. Untuk orang lain mungkin itu menjadi kewajaran, tapi tidak untuk mahluk bodoh ini. Serakah, dengan bodohnya aku menanyakan hal yang bahkan tidak pantas keluar dari mulut seorang pecundang. Kebodohan keduaku.

Suasananya memburuk, sedikit menjauh mungkin bisa memperbaiki. Kembali ke titik yang sudah kuinjak beberapa bulan yang lalu. Terlalu takut untuk menyapa. Bahkan di dalam dunia maya tidak ada bedanya. Seperempat sisa dihabiskan untuk mengevaluasi diri. Aku berpikir bahkan hal itu tidak perlu dilakukan, karena semua sudah jelas. Yang baik, yang buruk. Yang benar, yang selalu salah. Yang tinggi, dan yang rendah. Aku berharap tahun terakhirku pelajaran akan hal sederhana ini bisa selesai.

Quote:

Tahun ketiga

Responnya memburuk. Sepertinya aku mendapat sesuatu yang sesuai dengan sikap bodoh ini. Dan hasilnya, nihil. Tanpa ikatan dan loyalitas. Ini adalah hasil yang tidak terlalu buruk. Setidaknya, mahluk bodoh ini masih bisa hidup sampai saat itu. Walaupun sikap layaknya pecundang. Tapi sedikit lebih baik dari orang bego yang memotong arteri hanya karena alasan manusiawi. Setidaknya, nilaiku tidak null dalam mempelajari arti sebuah kehidupan.

Tahun terakhir, saya mengambil jarak yang agak lumayan. Bukan untuknya seorang, untuk semua dalam komunitas besar itu. Kembali ke posisi awal, status quo tidak berubah. Semua yang melangkah kedepan, dan aku yang masih bermain puzzle dibelakang.

Separuh sisa. Aku menyelesaikan beberapa kontrak yang masih tersisa. Dan untuknya, Hari ini. terima kasih atas waktunya selama tiga tahun ini. Dia yang memberi sedikit motivasi, mungkin juga dia yang menjadi pemicunya. Sesuatu yang tidak akan pernah bisa di balas, meskipun dengan mengriminya hadiah setiap hari. Dan maaf. Sial untuknya yang menjadi obsesi makhluk bodoh ini. Terdengar seperti psychopath..? Ya. Kau boleh memanggilku seperti mahluk yang menjijikan.

Sangat menjijikan. Sampai-sampai tidak pantas hanya untuk dipandang. Sekali lagi terima kasih.. Terima kasih.. Dan maaf..

***

"jadi.. Ini tentang penyakit..?" tanyanya heran.
"bisa jadi.. Gangguan keribadian mungkin.." jawabku ragu.
"dan kamu menyerah untuk hal ini..?"
"eemm.. Entahlah" sahutku, yang saat ini menunduk memandang lantai keramik
"oii.. Kalau bicara itu jangan nunduk mulu" ucapnya keras.
"sorry.. Sorry.."
"emm.. Gimana caranya aku bisa buat kontrak abadi denganmu..?"

END

anasabila memberi reputasi

1.4K

Kutip

Balasan

Komentar yang asik ya

Urutan

Terbaru

Terlama

Komentar yang asik ya

Komunitas Pilihan