Bencana mengawali 2018 nampak terus berdatangan silih berganti. Bencana alam, bencana kemanusiaan dan bencana teknologi seakan itulah yang di sinyalkan dari beberapa gejala alam yang baru baru ini terjadi di dunia. Dari sudut pandang TS, sejenak coba kita renungkan sebetulnya bencana demi bencana ini bermula dari kita.

Oleh karena itu ada kalanya kita patut untuk merenung, berdiam diri sejenak dan merenungkan apa saja yang sudah kita lakukan, sehingga alam memperlihatkan emosinya. Kita mesti telanjang, dan benar benar bersih, suci lahir di dalam bathin. Mungkin cuplikan awal lagu Ebiet g Ade ini, patut kita simak lebih dalam.

Di Jabodetabek khususnya ada beberapa bencana yang kita rasakan pada awal tahun 2018 ini. Beberapa kejadian tersebut dilihat dari sudut lain mari kita simak saja, dengan ulasan cara berpikir yang sedikit berbeda:

1. Gempa bumi

Gempa bumi adalah akibat getaran lapisan bumi. Penyebabnya adalah bumi sudah bosan memendam dan menimbun rasa dengki penghuninya. Penghuni bumi dan sesamanya saling membenci, menebar amarah dan angkara murka maka goncangan dari bumi ini sebetulnya menegur kita untuk sadar. Sudahlah hai manusia, mengapa kau tebar rasa benci antara sesamamu sedang kan kalian masih berpijak padaku. Begitulah mungkin bumi bicara dalam bentuk getaran nya yang kita namakan gempa bumi. Ini cuma bahan renungan kita karena menurut ilmu geofisika, penyebab gempa bukan itu adanya.

2. Tanah longsor

Tanah longsor seakan menyadarkan kita, bahwa di rimbunnya belantara hutan, di cantik dan hijaunya alam, di tempat beton nan kokoh tersimpan potensi bencana. Tanah longsor mengingatkan kita tiada tempat yang aman bagi kita jika sudah tiba waktunya kita untuk bertemu bencana. Dibalik hijaunya gunung dan bebukitan ada tersimpan bahaya mematikan seakan menggambarkan di balik keindahan tampilan jubah manusia mungkin ada potensi jahat luar biasa dalam dirinya. Jubah ibarat sebuah topeng keindahan, seperti beton buatan yang meredam gerak tanah hanya untuk sementara.

3. Banjir

Ulah manusia untuk merambah alam, mengurangi jatah resapan air dan siklusnya, membuang sampah menghalau alirannya, bisa jadi membuat air berhimpun untuk tiba tiba menerjang itu semua. Kebiasaan kita merambah dan menghasilkan limbah dengan pola terserahlah akan membuat alam marah. Waspadalah.

4. Angin ribut

Angin kencang di kota Jakarta, diikuti dengan hujan deras melanda setidaknya sudah menimbulkan korban dan kedukaan. Beberapa waktu lalu di beritakan tentang jatuhnya crane di Mekah akibat angin kencang. Tak cuma Mekah dalam waktu yang belum lama ini juga di Jakarta beberapa kejadian serupa akibat angin kencang pun terjadi. Kejadian ini seakan seakan memberikan kita agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Angin terkadang diam dan berhembus sepoi-sepoi memberikan kesegaran. Namun bisa saja mereka ribut dan menimbulkan bencana secara tiba tiba.

Empat contoh bencana yang kita coba lihat dari sudut berbeda tersebut, bisa datang dari arah mana saja. Dari arah empat penjuru mata angin sekaligus pun bisa terjadi. Sebagai manusia pada akhirnya kita hanyalah mampu berserah diri dan mari mencoba sebisa mungkin kita agar kita tak melakukan tindakan merugikan, yang bisa memicu murka alam dan Sang Maha Pencipta.

Bagi kita yang tinggal di Jakarta, apalagi di musim hujan saat ini. Hujan deras melanda, Banjir jakarta, tanah longsor, angin ribut, gempa bumi dan lainnya mengintai kita. Dan kesemua ini sebetulnya mungkin saja teguran kepada kita yang mudah memberikan kartu kuning atau kartu merah untuk yang lain nya, tanpa perlu mempertimbangkan apa guna dan maknanya. Dan semua yang kita lewati sudah seharusnya membuat kita bisa bercermin lebih lama dan berdoa memohon ampunan kepada NYA, karena kita manusia penuh salah dan dosa.