- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pembawa Acara Kemayu Dambaan Pemirsa


TS
azizm795
Pembawa Acara Kemayu Dambaan Pemirsa
Jejak kaum lesbi, gay, transgender, dan biseksual di layar televisi Indonesia dapat dilacak sejak akhir 1970-an. Pelopornya adalah grup Srimulat. Ketika itu kelompok lawak ini memperkenalkan sosok wanita pria (waria), bernama Tessy yang diperankan oleh Kabul Basuki.
Sempat menjadi anggota marinir pada 1961-1963 dalam operasi pembebasan Irian Barat, Kabul aktif di panggung hiburan rakyat di Surabaya, sebelum akhirnya bergabung ke Srimulat pada 1979. Sejak saat itu ia selalu tampil konsisten dengan pakaian wanita, sanggul, ucapan, dan bahasa tubuh yang feminim.
Tessy tidak sendirian memerankan sosok wanita di Srimulat. Ada juga Sukarjo yang juga kerap menggenakan kebaya sehingga kerap dipanggil Karjo AC-DC. Sementara di Jayakarta grup, muncul pula sosok serupa, yaitu Joyce yang diperankan Djoni. Belakangan hadir sosok Esther yang diperankan Suprapto, untuk menggantikan Djoni (Joyce) yang meninggal pada 1983.
Pembawa Acara
Pada era 1990-an, sosok waria mulai merambah berbagai segmen acara di layar kaca. Dunia lawak memang masih menjadi pilihan utama. Di grup Lenong Rumpi, misalnya, terdapat sosok transgender Tata Dado dan Ade Juwita. Sementara di ranah filem dan sinema elektronik (sinetron) muncul karakter Karina dalam kisah Si Manis Jembatan Ancol yang diperankan oleh Ozy Syahputra.
Indra Safera (tengah, foto: Bintang)
Beberapa sosok transgender pun dikenal sebagai seniman serba bisa. Sebelum dekade 1990-an, publik telah akrab dengan sosok Dorce Gamalama yang merupakan penyanyi dan pembawa acara. Ozy Syahputra juga tidak hanya tampil sebagai pemain filem dan sinetron, tetapi juga penyanyi. Hal serupa juga ditunjukkan komedian Tata Dado yang piawai sebagai pembawa acara.
Sampai akhir dekade 1990-an, presenter waria masih sangat minim. Pasalnya, kala itu citra pembawa acara pria dan wanita masih kental dengan citra maskulin dan feminim. Sebut saja, Bob Tutupoly, Koes Hendratmo, Hakim Tobing, Sonny Tulung, Nico Siahaan, Becky Tumewu, Alya Rohali, Ulfa Dwiyanti, dan Jeffy Waworuntu.
Namun memasuki milenium baru, batasan itu kian samar saja. Selera penonton mulai beralih. Kini para presenter pria tidak harus bercitra maskulin. Indra Safera menjadi sosok yang merepresentasikan peralihan itu. Dikenal sebagai pelawak dalam acara ‘Hari-Harimau’ yang tayang di Anteve, pria asal Bandung ini mulai dikenal sebagai presenter ‘Kisah Seputar Selebritis’ (Kiss) pada 1996.
Tahun 2000, ia dipercaya untuk memandu acara ‘Korek Si Indra’ dan ‘Ngobrol Bareng Indra Safera’ (Ngobras). Sejak saat itulah kariernya menanjak. Sebagai presenter pria Indra memang tak tampil dengan baju wanita. Namun busana yang modis dan perangai yang menyerupai wanita membuatnya tampil beda dibanding para pemandu acara laki-laki pada masa itu.
Selain tampilan, dalam acara Ngobrass, Indra juga pandai memainkan suasana. Ia kerap membuat tetamu yang datang ke acaranya itu terharu, tertawa lebar, bahkan hingga menangis tersedu-sedu. Kemampuan itu membuatnya tampil sebagai pembawa acara papan atas di negeri ini. Sayang pada masa jayanya, pada 31 Agustus 2003, dia mendadak berpulang karena penyakit liver. Jenazahnya dikebumikan di pemakaman Pondok Rangon, Jakarta Timur.
Olga saputra (foto: Netralnews)
Sosok Indra Safera harus diakui memengaruhi corak karakter presenter pria yang disukai penonton Indonesia di masa berikutnya. Beberapa sosok populer bersinar, seperti Indra Bekti, Aming, Ivan Gunawan, Dave Hendrik, Ruben Onsu, dan tentu saja Olga. Serupa dengan Indra Safera, Olga pun sempat menjadi salah satu presenter papan atas yang meninggal saat berkibar. Ia berpulang pada 27 Maret 2015 karena penyakit meningitis.
Larangan KPI
Maraknya, pembawa acara yang bergaya wanita membuat Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bertindak. Meningkatnya komplain masyarakat menjadi salah satu alasan diterbitkannya surat edaran nomor 203/K/KPI/02/16 pada 23 Februari 2016 yang ditujukan kepada seluruh direktur utama lembaga penyiaran. Dalam surat itu terdapat 7 poin yang pada intinya melarang pembawa acara, talent, dan pengisi acara pria untuk berpenampilan layaknya wanita.
Surat edaran itu pun segera menuai kecaman publik. Ketua Pemantau dan Regulator Media (PR2Media), Amir Effendi Siregar (dia baru saja meninggal), misalnya, menyebut surat edaran itu tidak sesuai dengan Undang-Undang Penyiaran dan Pedoman Perilaku Penyiaran. Selain itu, aturan semacam ini juga dapat mematikan karier seniman tradisi, seperti Didi Ninik Towok.
Ivan Gunawan (foto: Tokohpenemu)
Betul saja, beberapa artis senior, seperti Tessy dan Dorce Gamalama pun kehilangan panggung sesudah aturan ini. Selain karena umur yang kian menua, mereka pun tak dapat lagi bersaing dengan para pendatang baru. Ironisnya ketika keduanya terpuruk di masa senjanya, justru para pembawa acara pria kemayu justru kian membanjiri tayangan-tayangan televisi berdurasi panjang setiap hari. Tentu kenyataan ini tidak konsisten dengan aturan yang telah dibuat KPI pada 2016.
https://law-justice.co/investigasi
Sempat menjadi anggota marinir pada 1961-1963 dalam operasi pembebasan Irian Barat, Kabul aktif di panggung hiburan rakyat di Surabaya, sebelum akhirnya bergabung ke Srimulat pada 1979. Sejak saat itu ia selalu tampil konsisten dengan pakaian wanita, sanggul, ucapan, dan bahasa tubuh yang feminim.
Tessy tidak sendirian memerankan sosok wanita di Srimulat. Ada juga Sukarjo yang juga kerap menggenakan kebaya sehingga kerap dipanggil Karjo AC-DC. Sementara di Jayakarta grup, muncul pula sosok serupa, yaitu Joyce yang diperankan Djoni. Belakangan hadir sosok Esther yang diperankan Suprapto, untuk menggantikan Djoni (Joyce) yang meninggal pada 1983.
Pembawa Acara
Pada era 1990-an, sosok waria mulai merambah berbagai segmen acara di layar kaca. Dunia lawak memang masih menjadi pilihan utama. Di grup Lenong Rumpi, misalnya, terdapat sosok transgender Tata Dado dan Ade Juwita. Sementara di ranah filem dan sinema elektronik (sinetron) muncul karakter Karina dalam kisah Si Manis Jembatan Ancol yang diperankan oleh Ozy Syahputra.
Indra Safera (tengah, foto: Bintang)
Beberapa sosok transgender pun dikenal sebagai seniman serba bisa. Sebelum dekade 1990-an, publik telah akrab dengan sosok Dorce Gamalama yang merupakan penyanyi dan pembawa acara. Ozy Syahputra juga tidak hanya tampil sebagai pemain filem dan sinetron, tetapi juga penyanyi. Hal serupa juga ditunjukkan komedian Tata Dado yang piawai sebagai pembawa acara.
Sampai akhir dekade 1990-an, presenter waria masih sangat minim. Pasalnya, kala itu citra pembawa acara pria dan wanita masih kental dengan citra maskulin dan feminim. Sebut saja, Bob Tutupoly, Koes Hendratmo, Hakim Tobing, Sonny Tulung, Nico Siahaan, Becky Tumewu, Alya Rohali, Ulfa Dwiyanti, dan Jeffy Waworuntu.
Namun memasuki milenium baru, batasan itu kian samar saja. Selera penonton mulai beralih. Kini para presenter pria tidak harus bercitra maskulin. Indra Safera menjadi sosok yang merepresentasikan peralihan itu. Dikenal sebagai pelawak dalam acara ‘Hari-Harimau’ yang tayang di Anteve, pria asal Bandung ini mulai dikenal sebagai presenter ‘Kisah Seputar Selebritis’ (Kiss) pada 1996.
Tahun 2000, ia dipercaya untuk memandu acara ‘Korek Si Indra’ dan ‘Ngobrol Bareng Indra Safera’ (Ngobras). Sejak saat itulah kariernya menanjak. Sebagai presenter pria Indra memang tak tampil dengan baju wanita. Namun busana yang modis dan perangai yang menyerupai wanita membuatnya tampil beda dibanding para pemandu acara laki-laki pada masa itu.
Selain tampilan, dalam acara Ngobrass, Indra juga pandai memainkan suasana. Ia kerap membuat tetamu yang datang ke acaranya itu terharu, tertawa lebar, bahkan hingga menangis tersedu-sedu. Kemampuan itu membuatnya tampil sebagai pembawa acara papan atas di negeri ini. Sayang pada masa jayanya, pada 31 Agustus 2003, dia mendadak berpulang karena penyakit liver. Jenazahnya dikebumikan di pemakaman Pondok Rangon, Jakarta Timur.
Olga saputra (foto: Netralnews)
Sosok Indra Safera harus diakui memengaruhi corak karakter presenter pria yang disukai penonton Indonesia di masa berikutnya. Beberapa sosok populer bersinar, seperti Indra Bekti, Aming, Ivan Gunawan, Dave Hendrik, Ruben Onsu, dan tentu saja Olga. Serupa dengan Indra Safera, Olga pun sempat menjadi salah satu presenter papan atas yang meninggal saat berkibar. Ia berpulang pada 27 Maret 2015 karena penyakit meningitis.
Larangan KPI
Maraknya, pembawa acara yang bergaya wanita membuat Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bertindak. Meningkatnya komplain masyarakat menjadi salah satu alasan diterbitkannya surat edaran nomor 203/K/KPI/02/16 pada 23 Februari 2016 yang ditujukan kepada seluruh direktur utama lembaga penyiaran. Dalam surat itu terdapat 7 poin yang pada intinya melarang pembawa acara, talent, dan pengisi acara pria untuk berpenampilan layaknya wanita.
Surat edaran itu pun segera menuai kecaman publik. Ketua Pemantau dan Regulator Media (PR2Media), Amir Effendi Siregar (dia baru saja meninggal), misalnya, menyebut surat edaran itu tidak sesuai dengan Undang-Undang Penyiaran dan Pedoman Perilaku Penyiaran. Selain itu, aturan semacam ini juga dapat mematikan karier seniman tradisi, seperti Didi Ninik Towok.
Ivan Gunawan (foto: Tokohpenemu)
Betul saja, beberapa artis senior, seperti Tessy dan Dorce Gamalama pun kehilangan panggung sesudah aturan ini. Selain karena umur yang kian menua, mereka pun tak dapat lagi bersaing dengan para pendatang baru. Ironisnya ketika keduanya terpuruk di masa senjanya, justru para pembawa acara pria kemayu justru kian membanjiri tayangan-tayangan televisi berdurasi panjang setiap hari. Tentu kenyataan ini tidak konsisten dengan aturan yang telah dibuat KPI pada 2016.
https://law-justice.co/investigasi
0
3.8K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan