

TS
ucln
E R I K A

Quote:
Juni 2013
Dengan sisa nafas yang masih memburu gw beranjak dari tempat tidur, lalu memungut celana panjang yang berserakan dilantai dan segera memakainya. Dengan masih bertelanjang dada gw melangkah kearah pintu bermaksud untuk keluar, sebelum pintu terbuka gw sempatkan menoleh kearah ranjang sambil melemparkan senyuman.
“Aku duduk di beranda bentar ya, mau ngerokok”
Dia Cuma tersenyum dan mengangguk sambil perlahan memejamkan mata berusaha menggapai alam mimpi. Gw tidak langsung keluar, gw diam sejenak sambil memandangi wajah cantiknya yang malam ini seperti menyiratkan akan kebahagiaan.
Ah…. Seandainya saja dulu gw tidak ceroboh.
Seandainya dulu gw punya tekad yang kuat untuk tetap berada disampingnya….
Puas memandangi wajahnya gw kemudian keluar dari kamar cottage yang gw sewa, lalu menghempaskan tubuh disebuah kursi kayu yang memang disediakan disetiap beranda penginapan. Dinginnya udara kota Padang Panjang menjelang dini hari ini seperti tidak gw hiraukan.
Dengan ditemani sebatang rokok gw pun mulai merenung, bukan, tepatnya gw dipaksa menggali kembali memori dari kisah yang terjadi beberapa tahun silam, memori yang sudah gw simpan rapat-rapat di salah satu pojok ingatan gw. Sekelumit memori indah yang kami ciptakan bersama di negeri seberang.
Sore hari, beberapa jam sebelumnya
Dengan langkah terburu-buru gw keluar dari Bandara Internasional Minangkabau menuju parkiran, bermaksud untuk segera mencari taksi. Setelah menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam dari Jakarta badan gw terasa capek sekali. Biasanya naik mobil sehari-semalam juga gw enggak masalah, entah kenapa kali berbeda.
“Mas.. Mas Andi..!!”
Kaget gw mendegar panggilan barusan, teriakan sih tepatnya. Secara otomatis gw berpaling, kira-kira 15 meter dibelakang gw melihat seorang perempuan sedang berlari kecil sambil menarik sebuah koper yang cukup besar. Dengan beban koper yang gw rasa lumayan berat, si perempuan kelihatan agak kesusahan dalam upayanya untuk berlari.
Cantik.. Itu penilaian pertama gw ketika dia sudah makin dekat, rambutnya yang panjang meliuk indah saat dia berlari, butiran keringat dan kulit wajahnya yang memerah karena cuaca diluar bandara ini memang panas seakan menambah nilai kecantikannya dimata gw.
Brukk…!!
Tiba-tiba gw ditubruk oleh si cantik, kedua tangannya memeluk tubuh gw dengan erat seperti orang yang takut kehilangan. Tapi anehnya dia Cuma diam tanpa mengeluarkan kata sepatah pun. Gw Cuma bisa kaget dan terbengong, orang-orang disekitar pun juga ikutan bengong, petugas bandara juga bengong, lalu mereka kompak menggelengkan kepala secara berbarengan.
Setelah sigap mengendalikan kekagetan dan hendak melayangkan protes kepada si perempuan, tiba-tiba indra penciuman gw menangkap aroma parfum yang dulunya gw sukai dan pernah selalu gw rindukan.
“Erika…?” diantara kaget dan tidak percaya gw menyebut nama tersebut.
Tidak ada sahutan, yang gw dengar Cuma isak tangis, dan getaran tubuhnya yang gw rasakan di badan gw.
Pasti ini Erika, gw membatin. Karena gw hafal betul sifatnya kalau sedang dalam keadaan emosi seperti ini, Dia pasti akan Cuma diam sambil meneteskan air mata.
Akhirnya setelah setelah gw rasa tangisannya mulai mereda segera gw ambil kopernya dan mengajaknya menuju kesebuah kedai minuman.
“Kamu kemana aja mas?” tanya Erika saat kami sudah duduk berhadapan disebuah kedai minuman yang terletak disalah satu sisi luar Bandara Internasional Minangkabau.
Kedua tangan gw yang berada diatas meja digenggamnya dengan kuat, dua bola mata indah yang basah oleh air mata menatap nanar kepada gw, seakan memaksa gw untuk segera memberi jawaban.
Gw tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Gw terbius memandangi wajah cantik yang beberapa tahun lalu sempat gw puja-puja. Gw akui Erika sekarang terlihat semakin cantik, dewasa dan matang. Penampilannya pun terlihat modis dan kekinian.
“Mas.. kamu denger aku ngomong nggak sih?” ucapnya membuyarkan lamunan gw serta mendapati wajahnya lagi memasang tampang cemberut, yang dulu selalu bikin gw gemes.
“Aku ada kok Ka, ini aku 2 hari habis dari Jakarta ngurusin barang belanjaan” gw menjawab sambil cengengesan
“Kamu memangnya sering ke Jakarta? Padahal Jakarta-Bandung deket lho mas.” Katanya antusias.
“Lah, memangnya kamu sekarang tinggal di Bandung?” gw coba memancing kekesalannya.
“Duhh.. Kamu ini mas.. Kan dulu aku sudah sering cerita kalau aku tuh tinggal di Bandung, orang tua aku dua-duanya juga asli Bandung” katanya uring-uringan sambil mencubit tangan gw.
Sudah tidak ada lagi jejak air air mata dipipinya saat kami sepakat mengakhiri obrolan nostalgia di kedai minuman sore itu.
Dan kalian tau kebodohan apa yang sudah gw perbuat sore itu?
Entah setan apa yang datang menggoda, kami akhirnya sepakat untuk menghabiskan malam ini demi mengenang masa lalu. Gw yang tadinya buru-buru untuk segera sampai dirumah akhirnya Cuma bisa mengirimkan sebuah pesan bahwa malam ini gw akan bermalam dirumah salah seorang teman dikota Padang. Sedangkan Erika yang harusnya berangkat ke Bandung selepas maghrib akhirnya membatalkan penerbangannya dan menggantinya dengan penerbangan untuk besok siang.
Untuk malam ini akhirnya gw memilih sebuah tempat wahana permainan air yang juga menyewakan penginapan di kota Padang Panjang yang berhawa sejuk, kira-kira satu jam perjalanan dari bandara. Erika yang asalnya dari Bandung yang berhawa dingin, serta gw sendiri yang berasal dari daerah yang tidak terlalu jauh dari penginapan menjadi pertimbangan sendiri memilih lokasi tersebut, bukannya disekitaran kota Padang yang panas.
Dengan sisa nafas yang masih memburu gw beranjak dari tempat tidur, lalu memungut celana panjang yang berserakan dilantai dan segera memakainya. Dengan masih bertelanjang dada gw melangkah kearah pintu bermaksud untuk keluar, sebelum pintu terbuka gw sempatkan menoleh kearah ranjang sambil melemparkan senyuman.
“Aku duduk di beranda bentar ya, mau ngerokok”
Dia Cuma tersenyum dan mengangguk sambil perlahan memejamkan mata berusaha menggapai alam mimpi. Gw tidak langsung keluar, gw diam sejenak sambil memandangi wajah cantiknya yang malam ini seperti menyiratkan akan kebahagiaan.
Ah…. Seandainya saja dulu gw tidak ceroboh.
Seandainya dulu gw punya tekad yang kuat untuk tetap berada disampingnya….
Puas memandangi wajahnya gw kemudian keluar dari kamar cottage yang gw sewa, lalu menghempaskan tubuh disebuah kursi kayu yang memang disediakan disetiap beranda penginapan. Dinginnya udara kota Padang Panjang menjelang dini hari ini seperti tidak gw hiraukan.
Dengan ditemani sebatang rokok gw pun mulai merenung, bukan, tepatnya gw dipaksa menggali kembali memori dari kisah yang terjadi beberapa tahun silam, memori yang sudah gw simpan rapat-rapat di salah satu pojok ingatan gw. Sekelumit memori indah yang kami ciptakan bersama di negeri seberang.
Sore hari, beberapa jam sebelumnya
Dengan langkah terburu-buru gw keluar dari Bandara Internasional Minangkabau menuju parkiran, bermaksud untuk segera mencari taksi. Setelah menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam dari Jakarta badan gw terasa capek sekali. Biasanya naik mobil sehari-semalam juga gw enggak masalah, entah kenapa kali berbeda.
“Mas.. Mas Andi..!!”
Kaget gw mendegar panggilan barusan, teriakan sih tepatnya. Secara otomatis gw berpaling, kira-kira 15 meter dibelakang gw melihat seorang perempuan sedang berlari kecil sambil menarik sebuah koper yang cukup besar. Dengan beban koper yang gw rasa lumayan berat, si perempuan kelihatan agak kesusahan dalam upayanya untuk berlari.
Cantik.. Itu penilaian pertama gw ketika dia sudah makin dekat, rambutnya yang panjang meliuk indah saat dia berlari, butiran keringat dan kulit wajahnya yang memerah karena cuaca diluar bandara ini memang panas seakan menambah nilai kecantikannya dimata gw.
Brukk…!!
Tiba-tiba gw ditubruk oleh si cantik, kedua tangannya memeluk tubuh gw dengan erat seperti orang yang takut kehilangan. Tapi anehnya dia Cuma diam tanpa mengeluarkan kata sepatah pun. Gw Cuma bisa kaget dan terbengong, orang-orang disekitar pun juga ikutan bengong, petugas bandara juga bengong, lalu mereka kompak menggelengkan kepala secara berbarengan.
Setelah sigap mengendalikan kekagetan dan hendak melayangkan protes kepada si perempuan, tiba-tiba indra penciuman gw menangkap aroma parfum yang dulunya gw sukai dan pernah selalu gw rindukan.
“Erika…?” diantara kaget dan tidak percaya gw menyebut nama tersebut.
Tidak ada sahutan, yang gw dengar Cuma isak tangis, dan getaran tubuhnya yang gw rasakan di badan gw.
Pasti ini Erika, gw membatin. Karena gw hafal betul sifatnya kalau sedang dalam keadaan emosi seperti ini, Dia pasti akan Cuma diam sambil meneteskan air mata.
Akhirnya setelah setelah gw rasa tangisannya mulai mereda segera gw ambil kopernya dan mengajaknya menuju kesebuah kedai minuman.
“Kamu kemana aja mas?” tanya Erika saat kami sudah duduk berhadapan disebuah kedai minuman yang terletak disalah satu sisi luar Bandara Internasional Minangkabau.
Kedua tangan gw yang berada diatas meja digenggamnya dengan kuat, dua bola mata indah yang basah oleh air mata menatap nanar kepada gw, seakan memaksa gw untuk segera memberi jawaban.
Gw tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Gw terbius memandangi wajah cantik yang beberapa tahun lalu sempat gw puja-puja. Gw akui Erika sekarang terlihat semakin cantik, dewasa dan matang. Penampilannya pun terlihat modis dan kekinian.
“Mas.. kamu denger aku ngomong nggak sih?” ucapnya membuyarkan lamunan gw serta mendapati wajahnya lagi memasang tampang cemberut, yang dulu selalu bikin gw gemes.
“Aku ada kok Ka, ini aku 2 hari habis dari Jakarta ngurusin barang belanjaan” gw menjawab sambil cengengesan
“Kamu memangnya sering ke Jakarta? Padahal Jakarta-Bandung deket lho mas.” Katanya antusias.
“Lah, memangnya kamu sekarang tinggal di Bandung?” gw coba memancing kekesalannya.
“Duhh.. Kamu ini mas.. Kan dulu aku sudah sering cerita kalau aku tuh tinggal di Bandung, orang tua aku dua-duanya juga asli Bandung” katanya uring-uringan sambil mencubit tangan gw.
Sudah tidak ada lagi jejak air air mata dipipinya saat kami sepakat mengakhiri obrolan nostalgia di kedai minuman sore itu.
Dan kalian tau kebodohan apa yang sudah gw perbuat sore itu?
Entah setan apa yang datang menggoda, kami akhirnya sepakat untuk menghabiskan malam ini demi mengenang masa lalu. Gw yang tadinya buru-buru untuk segera sampai dirumah akhirnya Cuma bisa mengirimkan sebuah pesan bahwa malam ini gw akan bermalam dirumah salah seorang teman dikota Padang. Sedangkan Erika yang harusnya berangkat ke Bandung selepas maghrib akhirnya membatalkan penerbangannya dan menggantinya dengan penerbangan untuk besok siang.
Untuk malam ini akhirnya gw memilih sebuah tempat wahana permainan air yang juga menyewakan penginapan di kota Padang Panjang yang berhawa sejuk, kira-kira satu jam perjalanan dari bandara. Erika yang asalnya dari Bandung yang berhawa dingin, serta gw sendiri yang berasal dari daerah yang tidak terlalu jauh dari penginapan menjadi pertimbangan sendiri memilih lokasi tersebut, bukannya disekitaran kota Padang yang panas.

Penampakan Cottage Minang Fantasi
Quote:
“Mas Andi, ayo bangun mas”
Perlahan gw membuka mata dan mendapati wajah cantik Erika Cuma berjarak beberapa senti dihadapan gw. Sambil tersenyum gw mengecup ringan bibirnya, lalu perlahan kembali mencoba memejamkan mata.
“Mass.. Bangun dong, masak mahal-mahal nyewa penginapan disini cuman buat numpang tidur. Buruan bangunnn.. Nanti temenin aku main air”
Kalau Erika sudah merengek seperti itu gw pasti tidak bisa menolak.
“Yaudah, tapi aku cuci muka aja ya gak pake mandi, dingin soalnya. Habis itu kita sarapan lalu main air sepuasnya”
“Yeayy..!!” Soraknya kegirangan sambil melompat keluar dari balik selimut.
Dan kalian tau apa yang gw lihat? Ternyata dibalik selimut itu Erika masih dalam keadaan polos seperti terakhir kali gw lihat sehabis bekerja keras tadi malam. Daripada birahi gw kembali naik dan jatah sarapan keburu habis, akhirnya Gw memilih segera berlalu kekamar mandi untuk cuci muka tanpa berlama-lama menatap pemandangan yang menakjubkan tersebut.
Selesai bersih-bersih seminimalis mungkin kami bergegas menuju sebuah restoran yang masih terletak didalam kawasan wahana. Menu nasi goreng dan secangkir kopi hitam menjadi pilihan gw dan Erika. Ternyata dia masih seperti yang dulu, lebih memilih kopi daripada teh.
Sambil sarapan kami bertukar cerita tentang kehidupan yang kami jalani sekarang, karena tadi malam kami memang belum sempat bercerita banyak, keburu nafsu yang memuncak mengalahkan alam sadar masing masing.
Selesai sarapan dan puas berbagi cerita kami memutuskan untuk balik ke penginapan guna berganti pakaian.
Erika berhasil memaksa gw untuk menemaninya bermain air, walaupun gw sudah ngasih alasan kalau udaranya masih terlalu dingin untuk basah-basahan. Tapi Erika tetaplah Erika, baik dulu maupun sekarang. Segala tingkah dan kata-katanya berhasil membuat gw tidak kuasa untuk menolak permintaannya.
Selesai berganti pakaian gw ajak Erika untuk berjalan disekeliling wahana terlebih dahulu sambil menikmati pemandangan hijau yang mengelilingi lokasi tersebut. Walaupun masih pagi tapi sudah mulai banyak pengunjung yang berdatangan berhubung hari ini adalah akhir pekan.
Tapi ketika sampai ditepian kolam ombak Erika dengan antusias langsung menyeburkan diri, dan dengan terpaksa gw pun ikut menemaninya. Mau tidak mau gw ikuti semua kegiatan yang dilakukannya di wahana air ini, daripada dia gw lepas sendirian dan membiarkan tubuhnya yang Cuma berbalut kaos tipis serta celana pendek yang sangat minim menjadi santapan dari banyak mata liar yang sedari tadi mulai memperhatikan kami.
Siang itu kami sedang berada di pintu masuk wahana air, Erika masih dalam posisi memeluk badan gw semenjak kedatangan dua taksi yang sengaja gw pesan untuk mengantarkannya ke bandara dan tentu saja satu lagi sebagai tumpangan gw untuk pulang.
“Kamu hati-hati dijalan ya Ka. Tetaplah bahagia dengan apa yang kamu miliki sekarang. Apa yang terjadi disini biarkanlah untuk tetap tinggal disini. Dan asal kamu tau, kamu tetap menjadi orang yang aku sayang, baik dulu, sekarang dan selamanya. Tentu saja kali ini aku akan menyayangimu dengan cara yang berbeda.”
Dengan berlinang air mata dia kemudian melepaskan pelukannya, lantas berjinjit dan memberikan ciuman lembut dibibir gw sebagai tanda perpisahan.
“Kamu tetap akan menjadi yang nomer satu dihati aku mas” bisiknya sesaat setelah melepaskan kecupan.
Dengan berat hati, siang itu gw kembali harus merelakan kepergian seseorang yang pernah menjadi orang yang sangat berarti dalam hidup gw.
Ahh.. Tapi Erika Cuma secuil kisah dari masa lalu gw. Sekarang tujuan gw bukan Erika lagi, ada yang jauh lebih berharga daripada Erika. Dia.!!
Sesaat setelah setelah taksi yang ditumpangi Erika hilang dari pandangan, gw pun bergegas manaiki taksi satunya lagi.
Bukittinggi, ya, kesanalah seharusnya gw pulang.
Perlahan gw membuka mata dan mendapati wajah cantik Erika Cuma berjarak beberapa senti dihadapan gw. Sambil tersenyum gw mengecup ringan bibirnya, lalu perlahan kembali mencoba memejamkan mata.
“Mass.. Bangun dong, masak mahal-mahal nyewa penginapan disini cuman buat numpang tidur. Buruan bangunnn.. Nanti temenin aku main air”
Kalau Erika sudah merengek seperti itu gw pasti tidak bisa menolak.
“Yaudah, tapi aku cuci muka aja ya gak pake mandi, dingin soalnya. Habis itu kita sarapan lalu main air sepuasnya”
“Yeayy..!!” Soraknya kegirangan sambil melompat keluar dari balik selimut.
Dan kalian tau apa yang gw lihat? Ternyata dibalik selimut itu Erika masih dalam keadaan polos seperti terakhir kali gw lihat sehabis bekerja keras tadi malam. Daripada birahi gw kembali naik dan jatah sarapan keburu habis, akhirnya Gw memilih segera berlalu kekamar mandi untuk cuci muka tanpa berlama-lama menatap pemandangan yang menakjubkan tersebut.
Selesai bersih-bersih seminimalis mungkin kami bergegas menuju sebuah restoran yang masih terletak didalam kawasan wahana. Menu nasi goreng dan secangkir kopi hitam menjadi pilihan gw dan Erika. Ternyata dia masih seperti yang dulu, lebih memilih kopi daripada teh.
Sambil sarapan kami bertukar cerita tentang kehidupan yang kami jalani sekarang, karena tadi malam kami memang belum sempat bercerita banyak, keburu nafsu yang memuncak mengalahkan alam sadar masing masing.
Selesai sarapan dan puas berbagi cerita kami memutuskan untuk balik ke penginapan guna berganti pakaian.
Erika berhasil memaksa gw untuk menemaninya bermain air, walaupun gw sudah ngasih alasan kalau udaranya masih terlalu dingin untuk basah-basahan. Tapi Erika tetaplah Erika, baik dulu maupun sekarang. Segala tingkah dan kata-katanya berhasil membuat gw tidak kuasa untuk menolak permintaannya.
Selesai berganti pakaian gw ajak Erika untuk berjalan disekeliling wahana terlebih dahulu sambil menikmati pemandangan hijau yang mengelilingi lokasi tersebut. Walaupun masih pagi tapi sudah mulai banyak pengunjung yang berdatangan berhubung hari ini adalah akhir pekan.
Tapi ketika sampai ditepian kolam ombak Erika dengan antusias langsung menyeburkan diri, dan dengan terpaksa gw pun ikut menemaninya. Mau tidak mau gw ikuti semua kegiatan yang dilakukannya di wahana air ini, daripada dia gw lepas sendirian dan membiarkan tubuhnya yang Cuma berbalut kaos tipis serta celana pendek yang sangat minim menjadi santapan dari banyak mata liar yang sedari tadi mulai memperhatikan kami.
*****
Siang itu kami sedang berada di pintu masuk wahana air, Erika masih dalam posisi memeluk badan gw semenjak kedatangan dua taksi yang sengaja gw pesan untuk mengantarkannya ke bandara dan tentu saja satu lagi sebagai tumpangan gw untuk pulang.
“Kamu hati-hati dijalan ya Ka. Tetaplah bahagia dengan apa yang kamu miliki sekarang. Apa yang terjadi disini biarkanlah untuk tetap tinggal disini. Dan asal kamu tau, kamu tetap menjadi orang yang aku sayang, baik dulu, sekarang dan selamanya. Tentu saja kali ini aku akan menyayangimu dengan cara yang berbeda.”
Dengan berlinang air mata dia kemudian melepaskan pelukannya, lantas berjinjit dan memberikan ciuman lembut dibibir gw sebagai tanda perpisahan.
“Kamu tetap akan menjadi yang nomer satu dihati aku mas” bisiknya sesaat setelah melepaskan kecupan.
Dengan berat hati, siang itu gw kembali harus merelakan kepergian seseorang yang pernah menjadi orang yang sangat berarti dalam hidup gw.
Ahh.. Tapi Erika Cuma secuil kisah dari masa lalu gw. Sekarang tujuan gw bukan Erika lagi, ada yang jauh lebih berharga daripada Erika. Dia.!!
Sesaat setelah setelah taksi yang ditumpangi Erika hilang dari pandangan, gw pun bergegas manaiki taksi satunya lagi.
Bukittinggi, ya, kesanalah seharusnya gw pulang.
Diubah oleh ucln 16-02-2018 06:17


anasabila memberi reputasi
0
29.1K
Kutip
185
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan