Mungkin beberapa dari kita pernah membaca atau mendengar kalimat tersebut. Kalimat diatas merupakan salah satu kutipan yang terkenal diambil dari sebuah kitab bejudul Babad Tanah Jawi. Dari kalimat dan buku itu akhirnya para ahli sejarawan dapat mengetahui kapan kerajaan Majapahit runtuh. Sirna Ilang Kertaning Bhumi sering diartikan dengan tahun 1400 Saka. Bagaimana mereka bisa menyimpulkannnya? Cek dibawah gan!
Apa Itu Candrasengkala? Apa itu Kronogram
Spoiler for Apa itu:
Kronogram merupakan sebuah tulisan atau inskripsi yang dapat diinterpretasi menjadi sebuah angka. Kebudayaan seperti ini dapat kita temukan di Roma, German, bahkan di Indonesia.
Sengkala merupakan salah satu bentuk kronogram. Kalimat yang ada di awal trit itu salah satu contoh sengkala. Menurut Hadisoeprapta, Candrasengkala sendiri berasal dari dua kata yaitu candra dan sengkala. Sengkala atau Sengkalan merupakan sebuah perhitungan tahun yang dinyatakan dalam sebuah kalimat, bukan angka. Sementara Candra berarti bulan yang mana perhitungan tahun ini didasarkan pada pertanggalan bulan.
Nah selain dengan tulisan, sengkalan ternyata juga bisa disimbolkan dengan gambar, patung, ukiran dan sebagainya. Sengkalan ini disebut sengkalan memet. Semntara sengkalan yang dinyatakan dengan kalimat disebut sengkalan lamba.
Bagaimana Asal Mulanya
Spoiler for asal mula:
Menurut cerita Jawa, Candrasengkala merupakan sebuah pertanggalan yang diciptakan oleh Jaka Sengkala atau Aji Sala. Ia merupakan seorang anak dari Raja Negara Surati di India. Setelah ia naik tahta, ternyata dia kalah kemudian dia melarikan diri ke tanah Jawa untuk bertapa. Di tanah Jawa ia memnyebarkan pengetahuan yang ia punya termasuk pengetahuannya mengenai pertanggalan.
Pengetahuan ini kemudian terbagi menjadi dua yaitu suryasengkala dan candrasengkala. Suryasengkala didasari oleh perhitungan matahari. Sengkalan ini digunakan pada masa awal jawa hingga majapahit akhir. Semntara Suryasengkala mulai digunakan ketika kerjaan demak mulai muncul. Disaat itu banyak orang mengunakan kalender hijriyah sebagai pertanggalannya yang mana didasarkan pada perhitungan bulan.
Tidak ada yang tau pasti siapa yang pertama kali membuat candrasengkala. Namun, yang pasti candrasengkala sudah berumur tua.
Sudah pasti masyarakat yang buat sistem ini pasti sudah berpengetahuan tinggi. Selain itu kebanyakan candrasengkala menggunakan kata kata dari bahsa sanskerta yang mana sudah banyak yang lupa sama artinya. Kemungkinan antara tahun 700 sama 1400 Saka.
Bagaimana cara "bacanya"?
Spoiler for how to read:
Untuk membacanya maka kita perlu memperhatikan setiap kata atau sengkalan yang ada pada suatu kalimat. Setiap kata atau sengkalan ini merujuk pada satu angka. Dengan kata lain, sengkalan menjadi simbol sebuah angka.
Misalkan kalimat "Sirna Ilang Kertaning Bhumi"
Sirna yang merupakan i dari angka 0
Ilang atau hilang juga merupakan simbol dari angka 0
Kertaning yang berarti membuat/dilakukan/diberbuat merupakan simbol angka 4
Bumi merupakan simbol dari angka 1
Sehingga kita dapat angka 0-0-4-1
Nah untuk membaca candrasengkala, kita membaca dari kanan ke kiri. Dan Voilaa! kita mendapat angka tahun 1400
Untuk membaca sengkalan yang berbentuk gambar atau ornamen. maka snegkalan tersebut harus diterjemahkan ke dalam bentuk kalimat. Setelah itu baru digunakan proses yang dijelaskan diatas.
Seiring perkembangan zaman, terkadang sulit untuk membaca sengkalan sengkalan yang ada. Karena terakadang suatu sengkalan memiliki makna ganda atau terkadang satu sengkalan dipecah menjadi beberapa sengkalan lagi.
Sumber
Quote:
Sekian trit dari ane. Semoga bermanfaat dan mendorong kita semua untuk menjaga kelestarian kebudayaan Jawa dan Indonesia