- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Perubahan Perang Zaman Old dan Modern


TS
bangabeh
Perubahan Perang Zaman Old dan Modern

Quote:
GARDANASIONAL - Dunia modern ini memasuki babak baru dalam peperangan. Peperangan yang dapat dikatakan tidak lazim, karena tidak lagi face to face antara dua kekuatan militer, tapi menggunakan pihak ketiga atau istilah sekarang dikenal dengan proxy war (perang proksi), perang non militer (asimetris), bahkan perang hibrida yang merupakan campuran model antara asimetris, proksi, perang informasi, dan perang konvensional.
Model perang seperti ini tidak muncul begitu saja, melainkan sudah dilakukan dengan berbagai eksperimen. Bentuk berbeda, namun intinya sama menghancurkan kekuatan lainnya atau minimal tunduk dalam cara main yang dibuat si pemain "Agressor". Jika merujuk pendapat Pruitt & Gahagan (1974), model konflik dapat diklasifikasikan menjadi tiga yakni gresor-defender, spiral-konflik, dan model perubahan struktural.
Dalam catatan sejarah Islam misalnya, kita bisa menengok awal-awal menguatnya Islam di Madinah. Kekaisaran Romawi yang saat itu besar dan kuat menyalib Farwah bin ‘Umar Al Judzami, seorang yang baru masuk Islam, dengan maksud agar penduduk Arab utara tidak mendukung pemerintahan Madinah yang didirikan Nabi Muhammad SAW.
Model perang seperti ini tidak muncul begitu saja, melainkan sudah dilakukan dengan berbagai eksperimen. Bentuk berbeda, namun intinya sama menghancurkan kekuatan lainnya atau minimal tunduk dalam cara main yang dibuat si pemain "Agressor". Jika merujuk pendapat Pruitt & Gahagan (1974), model konflik dapat diklasifikasikan menjadi tiga yakni gresor-defender, spiral-konflik, dan model perubahan struktural.
Dalam catatan sejarah Islam misalnya, kita bisa menengok awal-awal menguatnya Islam di Madinah. Kekaisaran Romawi yang saat itu besar dan kuat menyalib Farwah bin ‘Umar Al Judzami, seorang yang baru masuk Islam, dengan maksud agar penduduk Arab utara tidak mendukung pemerintahan Madinah yang didirikan Nabi Muhammad SAW.

Quote:
Kekaisaran Romawi tidak dapat menerima perubahan adat ataupun peradaban yang berbeda. Maka Romawi bergerak aktif dan menyatakan sikap dengan menghalau perubahan masyarakt arab di utara. Romawi sebagai kekuatan besar memiliki tujuan untuk mengubah hal-hal yang searah dengan kepentingannya. Inilah yang menyebabkan meluasnya gesekan antara Kekaisaran Romawi melawan kaum Muslimin yang dipimpin Rasulullah dan memaksa beliau mengirim pasukan yang dipimpin Usãmah.
Bentuk semisal bukan kali ini saja terjadi, biasanya memang dahulu melakukan dengan cara seperti itu. Namun tampaknya, generasi penerus Romawi mempelajari bentuk ataupun pola perang agar dapat menghancurkan musuh, diantaranya dengan menggunakan penduduk asli pribumi sebagai "boneka". Ini terjadi ketika meruntuhkan Khilafafah Utsmaniyah (Turki Ustmani).
Saat itu, Mustafa Kemal Attatruk, seorang pemuda dari Tesalonika, sebuah kota di Turki, disiapkan oleh Inggris untuk disusupkan ke dalam militer Turki. Langkah ini berhasil, ia kemudian menjadi seorang jenderal dan beranjak naik jadi penguasa. Hingga Kekhalifahan Turki Utsmaniyah akhirnya hancur pada tanggal 3 Maret 1924 dan diganti menjadi pemerintahan sekuler.
Bentuk semisal bukan kali ini saja terjadi, biasanya memang dahulu melakukan dengan cara seperti itu. Namun tampaknya, generasi penerus Romawi mempelajari bentuk ataupun pola perang agar dapat menghancurkan musuh, diantaranya dengan menggunakan penduduk asli pribumi sebagai "boneka". Ini terjadi ketika meruntuhkan Khilafafah Utsmaniyah (Turki Ustmani).
Saat itu, Mustafa Kemal Attatruk, seorang pemuda dari Tesalonika, sebuah kota di Turki, disiapkan oleh Inggris untuk disusupkan ke dalam militer Turki. Langkah ini berhasil, ia kemudian menjadi seorang jenderal dan beranjak naik jadi penguasa. Hingga Kekhalifahan Turki Utsmaniyah akhirnya hancur pada tanggal 3 Maret 1924 dan diganti menjadi pemerintahan sekuler.
Persaingan Negara-negara Besar

Quote:
Saat ini pun demikian, tidak langsung fisik militer yang datang. Cuma bedanya, yang ikut bermain dalam satu negara sasaran misalkan saja Indonesia tidak hanya satu negara besar seperti Amerika Serikat saja, tetapi juga Cina. Tujuan mereka sederhana menguras sumber daya alam. Namun karena kultur barat dan timur berbeda, maka dimainkan sesuatu fenomena yang awalnya tabu seperti lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
Isu ini diledakkan melalui media, diskusi-diskusi, untuk meihat pro-kontra yang intinya ingin merusak hingga akhirnya menguasai Indonesia. Menurut Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu fenomena kemunculan LGBT di Indonesia sebagai bagian dari perang proksi untuk menguasai suatu bangsa, tanpa perlu mengirim pasukan militer.
Baik perang proksi ataupun asimetris merupakan perang murah meriah tapi kehancurannya lebih dahsyat dari bom atom. Saking dahsyatnya, kata Ryamizard, jika Jakarta di bom atom, daerah-daerah lain tidak terkena tetapi bila dihancurkan menggunakan asymmetric warfare maka seperti penghancuran sistem di negara ini, hancur berpuluh-puluh tahun dan menyeluruh.
Isu ini diledakkan melalui media, diskusi-diskusi, untuk meihat pro-kontra yang intinya ingin merusak hingga akhirnya menguasai Indonesia. Menurut Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu fenomena kemunculan LGBT di Indonesia sebagai bagian dari perang proksi untuk menguasai suatu bangsa, tanpa perlu mengirim pasukan militer.
Baik perang proksi ataupun asimetris merupakan perang murah meriah tapi kehancurannya lebih dahsyat dari bom atom. Saking dahsyatnya, kata Ryamizard, jika Jakarta di bom atom, daerah-daerah lain tidak terkena tetapi bila dihancurkan menggunakan asymmetric warfare maka seperti penghancuran sistem di negara ini, hancur berpuluh-puluh tahun dan menyeluruh.
Spoiler for Sumber:
https://gardanasional.id/post/7308/perubahan-perang-zaman-old-dan-modern
0
3.7K
Kutip
9
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan