- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
#SFTHChallenge | Topeng Palsu


TS
naorbis
#SFTHChallenge | Topeng Palsu

Bisa jadi orang yang selalu berusaha melucu, hanya ingin membuat orang lain tak menangis seperti dirinya dan orang yang tertawa begitu keras sedang menangis keras juga didalam hatinya.
"Kita Semua Mempunyai Topeng Yang Menutupi Wajah Kita"
"Kita Semua Mempunyai Topeng Yang Menutupi Wajah Kita"
Ruang Tunggu

Quote:
Laki-laki itu sedang duduk di sebuah ruang tunggu yang ada di salah satu stasiun televisi yang berada di Jakarta. Ia beberapa kali mengambil catatan dari sakunya, melihatnya dan memasukkannya lagi ke sakunya, hal itu terjadi beberapa kali, dia tampak cemas. Catatan-catatan yang dari tadi dilihatnya adalah kumpulan lelucon yang dikumpulkannya dan buat, hasil kerja kerasnya dari begadang semalaman. Raksa, kali ini dia akan tampil ke sekian kalinya di acara TV.
MC: “Kita sambut Raksa.”
Seorang kru memberi tanda kalau dia sudah boleh masuk ke panggung. Dengan segenap perasaan cemas dan gelisah dia melangkah menuju ke arah yang ditunjukkan oleh kru tv itu. Sekali lagi dia melihat catatan tadi dengan seksama selagi berjalan.
MC: “Kita sambut Raksa.”
Seorang kru memberi tanda kalau dia sudah boleh masuk ke panggung. Dengan segenap perasaan cemas dan gelisah dia melangkah menuju ke arah yang ditunjukkan oleh kru tv itu. Sekali lagi dia melihat catatan tadi dengan seksama selagi berjalan.
On Stage
Spoiler for :

Quote:
MC: “Selamat datang Raksa”, Menyambut Raksa yang muncul dari belakang panggung, sambil berjabat tangan dengannya.
Raksa:“hahaha terima kasih saya udah di undang ke sini.”
MC: “Ngomong-ngomong ini sudah berapa kali kamu di undang ke stasiun TV hari ini?”
Raksa: “Ini sudah ke 3 kalinya pada hari ini”, Jawabnya dengan di akhiri senyuman hangat darinya.
MC: “Bukan urusan yang gampang untuk membawa seorang Comic terkenal sepertimu kesini, kami dengar para kru berusaha keras untuk mendatangkanmu?”, kata-kata dari MC membuat semua orang yang berada di studio tertawa karena si MC membuat ekspresi yang sangat lucu.
Raksa: “Tidak juga ahh”, sambil melemparkan senyum ke kamera dan kru.
MC: “Oke hari ini Raksa akan menampilkan stand up komedinya disini, jadi kami akan ke belakang dulu”, secara perlahan menuju ke belakang.
Raksa menunjukkan kemampuannya sebagai Comic, dengan lelucon-lelucon yang membuat semua orang yang berada di studio tertawa terpingkal-pingkal, bahkan ada orang yang sampai menangis karena tertawa berlebihan.
Sekitar 30 menit dia bicara tanpa henti, ia pun mengakhirinya dengan salam khasnya. “Salam Pisang”, yang diakhiri dengan tawa penonton yang melihatnya mengeluarkan sebuah pisang dari ketiaknya.
Raksa:“hahaha terima kasih saya udah di undang ke sini.”
MC: “Ngomong-ngomong ini sudah berapa kali kamu di undang ke stasiun TV hari ini?”
Raksa: “Ini sudah ke 3 kalinya pada hari ini”, Jawabnya dengan di akhiri senyuman hangat darinya.
MC: “Bukan urusan yang gampang untuk membawa seorang Comic terkenal sepertimu kesini, kami dengar para kru berusaha keras untuk mendatangkanmu?”, kata-kata dari MC membuat semua orang yang berada di studio tertawa karena si MC membuat ekspresi yang sangat lucu.
Raksa: “Tidak juga ahh”, sambil melemparkan senyum ke kamera dan kru.
MC: “Oke hari ini Raksa akan menampilkan stand up komedinya disini, jadi kami akan ke belakang dulu”, secara perlahan menuju ke belakang.
Raksa menunjukkan kemampuannya sebagai Comic, dengan lelucon-lelucon yang membuat semua orang yang berada di studio tertawa terpingkal-pingkal, bahkan ada orang yang sampai menangis karena tertawa berlebihan.
Sekitar 30 menit dia bicara tanpa henti, ia pun mengakhirinya dengan salam khasnya. “Salam Pisang”, yang diakhiri dengan tawa penonton yang melihatnya mengeluarkan sebuah pisang dari ketiaknya.
Rumah
Spoiler for :

Quote:
Raksa mungkin adalah orang yang sangat lucu dan ramah bagi sebagian orang, lelucon dan sikapnya selalu membuat orang tertawa, setidaknya itulah yang terlihat dari luar. Tapi ketika dia dirumah dia sangat berbeda, dia kecanduan minuman keras, dia adalah anak tunggal yang kedua orang tuanya berpisah semenjak dia SMA kelas 3, tak ada yang bisa mendengarkan keluh kesahnya. Terlebih sekarang ketika dia sudah terkenal, tekanan dari pekerjaannya untuk membuat orang lain tertawa menekannya semakin dalam ke dasar jurang yang gelap. Pernah sekali dia mencoba untuk bunuh diri untuk menghilang dari dunia, tapi urung dia lakukan, dia belum siap. Sekarang dia hanya bisa merenungi nasibnya sambil menenggak minuman keras dan sebatang rokok di kamarnya.
Berulang kali dia membolak-balik kartu nama yang sedang dia pegang, terlihat di dalam matanya bahwa dia sedang ragu, bingung untuk memutuskan menelpon nomor yang tertera atau tidak. Setelah 15 menit berkutat dengan pertanyaan telpon atau tidak, dia memberanikan diri untuk melakukannya.
Raksa: “Halo, apa benar ini dengan Bu Marri?” katanya pelan untuk memastikan.
Marri: “Iya ini saya sendiri.”
Raksa: “Begini bu, Saya Raksa misalnya saya ingin buat janji temu hari jumat, dalam minggu ini bisa atau tidak?”
Marri: “Bisa mas sekitar jam 2 siang.”
Raksa: “Misalnya jam 8 malam?”
Marri: “Bisa mas, jam 8 malam di tempat praktek saya ya.”
Raksa: “Oke, terima kasih bu.”
Berulang kali dia membolak-balik kartu nama yang sedang dia pegang, terlihat di dalam matanya bahwa dia sedang ragu, bingung untuk memutuskan menelpon nomor yang tertera atau tidak. Setelah 15 menit berkutat dengan pertanyaan telpon atau tidak, dia memberanikan diri untuk melakukannya.
Raksa: “Halo, apa benar ini dengan Bu Marri?” katanya pelan untuk memastikan.
Marri: “Iya ini saya sendiri.”
Raksa: “Begini bu, Saya Raksa misalnya saya ingin buat janji temu hari jumat, dalam minggu ini bisa atau tidak?”
Marri: “Bisa mas sekitar jam 2 siang.”
Raksa: “Misalnya jam 8 malam?”
Marri: “Bisa mas, jam 8 malam di tempat praktek saya ya.”
Raksa: “Oke, terima kasih bu.”
Tempat Itu
Spoiler for :

Quote:
Raksa masuk ke ruangan praktek bu Marri. Buku-buku, alat tulis dan benda-benda semuanya tertata dengan rapi di ruangan itu. Ada sebuah penunjuk nama yang terbuat dari kayu dan disitu tertulis Prof. Marri Nova M.Psi, Psikolog.
Marri: “Silahkan duduk mas” Ucap Psikolog itu sambil menunjuk sebuah kursi yang tepat berada di depan mejanya. “saya Marri mungkin ada yang bisa saya bantu?”
Raksa hanya terdiam.
Marri: “Hmm… mungkin kita bisa pindah ke sofa yang ada disana? Kopi atau teh?
Raksa: “Kopi.”
Selagi Psikolog itu sedang membuat kopi di sudut ruangan, Raksa berjalan ke arah sofa. Setelah selesai membuat kopi, Psikolog itu berjalan ke arah sofa, memberikan kopi ke raksa dan duduk disebelahnya.
Marri: “Oke mas Raksa mungkin anda bisa bercerita tentang apa yang terjadi.”
Beberapa kali Raksa berusaha untuk bercerita, tapi dia terus kesulitan, sampai akhirnya si Psikolog menenangkannya dengan mengelus punggungnya dengan lembut. Barulah setelah itu dia bisa bercerita dengan bebas. Panjang lebar dia bercerita tentang permasalahannya pada Psikolog itu, beberapa kali dia menangis dan tak terasa dua jam sesi itu berakhir dengan cepat.
Marri: “Apakah kamu menonton Festival Gag minggu ini?” Psikolog itu bertanya kepada Raksa
Raksa hanya diam tanpa mengatakan satu kata pun.
Marri: “Semua orang yang menjadi client saya menyukainya dan mengatakan bahwa lelucon yang dibawakan diacara minggu ini adalah yang terbaik yang bisa membuat mereka bahagia dan tertawa, jadi saya sarankan kamu menontonnya”, melanjutkan apa yang dibicarakannya.
Raksa: “Sebenarnya saya yang tampil di acara itu.”
Dirinya yang selalu tampil di TV adalah orang yang selama ini dikenal oleh orang lain. Raksa yang sebenarnya, selalu bersembunyi dibalik itu semua, dia memakai topeng untuk menutupi kenyataan
Marri: “Silahkan duduk mas” Ucap Psikolog itu sambil menunjuk sebuah kursi yang tepat berada di depan mejanya. “saya Marri mungkin ada yang bisa saya bantu?”
Raksa hanya terdiam.
Marri: “Hmm… mungkin kita bisa pindah ke sofa yang ada disana? Kopi atau teh?
Raksa: “Kopi.”
Selagi Psikolog itu sedang membuat kopi di sudut ruangan, Raksa berjalan ke arah sofa. Setelah selesai membuat kopi, Psikolog itu berjalan ke arah sofa, memberikan kopi ke raksa dan duduk disebelahnya.
Marri: “Oke mas Raksa mungkin anda bisa bercerita tentang apa yang terjadi.”
Beberapa kali Raksa berusaha untuk bercerita, tapi dia terus kesulitan, sampai akhirnya si Psikolog menenangkannya dengan mengelus punggungnya dengan lembut. Barulah setelah itu dia bisa bercerita dengan bebas. Panjang lebar dia bercerita tentang permasalahannya pada Psikolog itu, beberapa kali dia menangis dan tak terasa dua jam sesi itu berakhir dengan cepat.
Marri: “Apakah kamu menonton Festival Gag minggu ini?” Psikolog itu bertanya kepada Raksa
Raksa hanya diam tanpa mengatakan satu kata pun.
Marri: “Semua orang yang menjadi client saya menyukainya dan mengatakan bahwa lelucon yang dibawakan diacara minggu ini adalah yang terbaik yang bisa membuat mereka bahagia dan tertawa, jadi saya sarankan kamu menontonnya”, melanjutkan apa yang dibicarakannya.
Raksa: “Sebenarnya saya yang tampil di acara itu.”
Dirinya yang selalu tampil di TV adalah orang yang selama ini dikenal oleh orang lain. Raksa yang sebenarnya, selalu bersembunyi dibalik itu semua, dia memakai topeng untuk menutupi kenyataan
"Dunia tidak akan indah kalau kita tertidur, dia hanya akan indah ketika kita terbangun"
Terima Kasih
Diubah oleh naorbis 11-02-2018 20:13


anasabila memberi reputasi
1
2K
Kutip
1
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan