Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Siapa sih yang tidak kenal dengan pianika? Baik kids zaman old hingga kids zaman now hampir semuanya tahu alat musik legendaris ini. Meskipun alat musik ini sudah lama ditemukan sejak abad ke-19, popularitas alat musik pianika tidak pernah surut seiring berjalannya waktu. Mungkin juga karena setiap Sekolah Dasar di Indonesia masih menyelenggarakan mata pelajaran kesenian, maka alat musik ini terus digunakan. Belum lagi untuk event-event meriah, hampir selalu ditampilkan sekelompok marching band yang beberapa anggotanya bermain pianika.
Pianika sendiri punya cerita suka maupun duka sama halnya dengan kita, tergantung siapa yang memainkannya. Belum lagi ada orang tak diundang untuk memainkan alat musik ini, mungkin ada kisah tersendiri juga

. Berbekal pianika YAMAHMUD yang legendaris itu, ane kembali mengingat masa-masa lalu ketika masih SD, tepatnya 10 tahun yang lalu. Jikalau pianika bisa berbicara, mungkin inilah yang ingin ia curhatkan :
Quote:
1. Tolong dong, gosok gigi sebelum ditiup
Barangkali di kalangan siswa SD (termasuk ane yang dulu) masih malas untuk menggosok gigi di pagi hari, kecuali kalau diingatkan (itu pun harus dimarahi dulu). Padahal, menggosok gigi dapat menghilangkan plak a.k.a. jigong yang selalu menumpuk di sela-sela gigi agar bau mulut tidak ketara. Mungkin, inilah salah satu faktor banyaknya timbul penyakit gigi berlubang di kalangan siswa SD. Selain itu, peniup pianika pun jadi berbau jigong karena air liur yang mengandung plak gigi terendap di peniup tersebut.
Quote:
2. Sekali-sekali selangku dibersihin kek!
Masih berkaitan dengan peniup pianika. Saat pianika ditiup, tanpa sadar air liur agan juga ikut terbawa masuk ke dalam selang. Begitu selang dilepas, timbullah cairan bening yang mengeluarkan bau tidak sedap

. Jika air liur tersebut mengendap terlalu lama, maka timbullah noda kekuningan di sepanjang selang .
Quote:
3. Pliss... jangan tukeran jigong!
Beginilah akibatnya jika salah satu anak tidak membawa pianika, entah lupa bawa atau belum beli. Memang banyak larangan dari orangtua untuk meminjamkan pianika anaknya kepada orang lain karena banyak orangtua khawatir anaknya bakal tertular penyakit. Yang pasti, demi menjaga pertemanan, kita harus rela berbagi air liur dengan teman sebangku kita. Banyak cara dilakukan demi mengakali rasa jijik tersebut, yaitu dengan membungkus ujungnya dengan kain atau tisu. Namun apa boleh buat, akhirnya tetap terjadilah yang namanya barter air liur a.k.a. jigong
Quote:
4. Ganti ah lagunya, ga asik!
Nah, siapa tahu di zaman agan-agan masih SD terkenang beberapa lagu yang berhasil agan hafalkan. Berbekal tuts pianika yang diberi angka seadanya dan buku lagu-lagu wajib nasional, agan mulai mencoba mengikuti sang guru bermain pianikanya atau membaca not angka di buku tersebut. Rupanya, tanpa pengetahuan dasar tetang musik dan mendengar lagu aslinya, kita kesulitan dalam menentukan irama, tempo, harmoni, dan ritme. Hasilnya, timbullah nada yang putus-putus dan sama sekali tidak sesuai dengan ekspektasi. Apabila salah satu lagu sudah dikuasai, terkadang kita lebih senang untuk mengulang kembali lagu tersebut.
do.... re mi fa sol... mi do (coba tebak ini lagu apa

)
Quote:
5. Pliss... Sayangi aku!
Ketika usia beranjak dewasa, mungkin agan sedikit demi sedikit mulai melupakan alat musik legendaris ini dan beralih ke alat musik khas remaja, seperti gitar dan drum. Tanpa kalian sadari, kalian juga melupakan keberadaannya yang masih tampak awet dan kokoh. Dibuang sayang, ada baiknya dikasih ke saudara atau tetangga, tapi jangan sama selangnya juga (You know lah

). Lumayan dapat pahala, apalagi sekalian diajarin juga.
Sekian dari trit yang ane sampaikan. Semoga menjadi inspirasi bagi agan dan aganwati semua untuk selalu produktif dalam hal positif.
Wassalam
Sumber tulisan : Pengalaman pribadi
Sumber gambar : Mbah google