Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ucrat.ucritAvatar border
TS
ucrat.ucrit
Indonesia Ekspor 100.000 Ton Beras ke Vietnam



JAKARTA – ERA reformasi yang digadang-gadang dapat mengubah keadaan Indonesia menjadi lebih baik tampaknya justru sebaliknya menjadi kian memprihatinkan. Terutama dalam kedaulatan pangan.

Belum lama, pemerintah Indonesia menyatakan surplus beras, tapi kemudian berbalik justru akan impor beras. Kenyataan ini membuat masyarakat bertanya-tanya, sebenarnya apa yang terjadi? Katanya surplus beras tapi mengapa harus impor beras? Negara kita sebagai negara agraris tampaknya kini semakin terkikis kepercayaan dirinya untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Impor menjadi momok yang mengkhawatirkan. Ke depan Indonesia akan menjadi negara yang mempunyai ketergantungan pangan dari negara asing.

Pada zaman Orde Baru, Indonesia masih berdaulat pangan, mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, hingga berlebih, sampai Indonesia mampu mengekspor 100.000 ton beras kepada Vietnam.

Kenyataan ini sebagaimana dilansir Soeharto.co dalam buku “Jejak Langkah Pak Harto 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988” yang ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003. Disebutkan dalam buku itu pula, pada hari Rabu, 22 Januari 1986 di Bina Graha, Duta Besar RI untuk Vietnam, Pudjo Prasetyo, menghadap Presiden Soeharto. Ia baru saja mengakhiri masa jabatan pengabdian di negeri itu.

Setelah bertemu Presiden Soeharto, Pudjo mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia akan menjual 100.000 ton beras kepada Vietnam. Beras tersebut akan segera dikapalkan dalam waktu dekat. Dikatakannya, bahwa penjualan tersebut merupakan realisasi hasil kunjungan Wakil Menteri Pertanian Vietnam ke Jakarta.

Kemudian, lima delegasi Badan Urusan Logistik (Bulog) berada di Hanoi, Vietnam untuk kunjungan satu minggu guna meningkatkan kerja sama ekonomi bilateral.

Kepala Humas Bulog, Suharjono mengatakan, delegasi tersebut terdiri atas Wakil Kepala Bulog, Sukriya Atmaja, sebagai ketua delegasi, dengan anggota Kepala Biro Pemeliharaan Bulog, Layuk Allo, Direktur Utama Bank Duta, Drs. Abdulgani dan dua pengusaha Indonesia.

Pengiriman delegasi yang merupakan tindak lanjut dari kunjungan Wakil Ketua Dewan Menteri/Ketua Komisi Perencanaan Negara, Vietnam, Yo Van Kiet beserta 11 delegasi Vietnam ke Indonesia pada 15-21 November 1987.

Selama di Indonesia, para pejabat tinggi Vietnam itu melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto serta mengadakan pertemuan dengan para menteri dan pejabat tinggi lainnya.

Melalui kunjungan itu, Vietnam mendapat pengalaman dari Indonesia dalam melaksanakan pembangunan yang berguna bagi negara tersebut. Hasil lain dari kunjungan itu, Indonesia dan Vietnam sepakat meningkatkan hubungan ekonomi yang telah berlangsung baik.

Untuk itu, kedua negara berpendapat mengenai perlunya pertemuan lanjutan antara para pejabat dan pihak swasta. Yo Van Kiet juga menyampaikan undangan kepada Menteri Negara/Ketua Bappenas, J.B. Sumarlin untuk mengunjungi Vietnam dan undangan itu mendapat sambutan baik dari Menteri Sumarlin.

Sementara itu, waktu itu. Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja mengatakan, hubungan Indonesia-Vietnam semakin erat. Ini ditandai dengan kunjungan delegasi kebudayaan dan pejabat tingginya.

Vietnam, kata Mochtar, telah memberikan perhatian. Vietnam juga mengagumi keberhasilan Indonesia dalam mengatasi masalah pangan, yang mengubah statusnya dari negara pengimpor beras terbesar menjadi negara swasembada beras pada 1985.

Tahun 1987, Vietnam mengalami kekurangan panen padi hingga 1,7 juta ton karena bencana alam, khususnya karena musim kering yang berkepanjangan. Kurangnya panen padi akibat bencana alam tersebut biasa terjadi setiap tahun, tetapi volumenya antara 150 hingga 500 ribu ton. Pada 1990, negara itu memproyeksikan produksi beras 22-23 juta ton. Sedang produksi beras Indonesia 1987 sebanyak 27,2 juta ton.

Hubungan Antar Bangsa

Setelah itu, 27 Agustus 1988, Presiden Vietnam Yo Chi Cong menyatakan terima kasih yang tulus khusus kepada Presiden Soeharto dan bangsa Indonesia atas saling pengertian dan bantuan. Ia juga menyampaikan rasa haru atas bantuan yang telah diterima Vietnam dari Indonesia, ketika menerima kunjungan kehormatan Menteri Penerangan Harmoko di Istana Presiden, Hanoi.

Di samping mendoakan kesehatan Presiden RI dan kejayaan negara dan Bangsa Indonesia, Presiden Vo Chi Cong menyatakan pula menghargai politik bebas aktif Indonesia dalam gerakan non-blok yang selalu mengusahakan perdamaian.

Presiden yang menjadi Ketua Dewan Negara Vietnam juga menyatakan gembira dan kagum atas keberhasilan pembangunan Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, terutama yang tergambar pada kemakmuran dan ketahanan nasional Bangsa Indonesia.

Dikatakannya, keberhasilan Indonesia patut menjadi contoh bagi negara lain.

“Vietnam sendiri akan berusaha dan belajar dari keberhasilan Indonesia,” katanya dengan mengingatkan bahwa kedua negara mempunyai kesamaan dalam memperjuangkan kemerdekaannya masing-masing.


Presiden Soeharto memberikan penghargaan pada Petani Teladan Tingkat Nasional di Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, 1982. (Foto Istimewa/Soeharto.co)



Source
0
3.1K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan