Kaskus

News

idhesevenAvatar border
TS
idheseven
Dalam Sehari, Sirine di Desa Jelok Purworejo Bisa Meraung-meraung Hingga 6 Kali
Dalam Sehari, Sirine di Desa Jelok Purworejo Bisa Meraung-meraung Hingga 6 Kali

Kaligesing,(purworejo.sorot.co)--Sirine pada alat Early Warning System (EWS) yang terletak di Padukuhan Sibatur RT 01/RW 06, Desa Jelok, Kecamatan Kaligesing dalam beberapa hari terakhir ini, sering meraung-meraung keras akibat tanah bergerak. Bahkan, dalam sehari, sirine bisa berbunyi 2 hingga 6 kali.

Imam Prayodi, ketua Jegana (Jelok Siaga Bencana) mengatakan, hari ini saja Jumat (12/01), sirine berbunyi keras sudah dua kali. Warga pun langsung menuju pos-pos pengungsian yang sudah disediakan.

"Sirine berbunyi hingga 2 kali hari ini. Tadi pagi sekitar jam 5 berbunyi dan kembali berbunyi pada jam 2 lebih sore ini," katanya.
Kondisinya masih sama seperti hari-hari kemarin. Dimana setiap kali sirine berbunyi, warga langsung bergegas menyelamatkan diri. Hingga kini, warga yang terdampak tanah bergerak ada sekitar 11 KK atau kurang lebih 32 jiwa.

"Sirine sering berbunyi bahkan sehari bisa enam kali. Panjang tanah bergerak sekitar 130 meter, lebar masih bervariasi dari 15 hingga 20 Cm," pungkasnya.

Tak hanya itu, longsor juga terjadi di wilayah lain di Kabupaten Purworejo.

Lagi, Tanah Bergerak Rusak Tiga Rumah di Kalijambe


Dalam Sehari, Sirine di Desa Jelok Purworejo Bisa Meraung-meraung Hingga 6 Kali

Bener,(purworejo.sorot.co)--Hujan yang menguyur sejumlah wilayah di Kabupaten Purworejo beberapa hari terakhir mengakibatkan kejadian tanah bergerak semakin meluas. Kali ini, pergeseran tanah terjadi di Desa Kalijambe, Kecamatan Bener.

Peristiwa itu terjadi pada Rabu, (10/01/2018) kemarin.Setidaknya ada tiga rumah warga yang terdampak peristiwa tersebut. Kerusakan sebagian besar terjadi pada lantai dan dinding yang retak. Hal itu tidak hanya menimbulkan kekhawatiran tapi juga kerugian yang ditaksir mencapai puluhan juta rupiah.

Kepala Desa Kalijambe, Yanto Singgih Prasetyo menjelaskan, tiga rumah tersebut ialah milik Pujiono (54) Rt 01 Rw 03, Paidin (50) Rt 01 Rw 04 dan milik Warjono di Rt 03 Rw 04.

"Semua mengalami kerusakan, namun Pak Pujiono yang paling parah dimana rumahnya sama sekali tak bisa ditempati, sehingga keluarganya harus mengungsi ke tempat saudaranya", jelasnya, Jumat, (12/1/2018)
Yanto menambahkan, terkait bencana tersebut, pihak Polsek, Kecamatan dan BPBD sudah melakukan pengecekan di lokasi. Ia menghimbau kepada seluruh warga Kalijambe untuk selalu waspada. Karena memang tanah daerah setempat tergolong labil bila musim penghujan.

Muncul Suara Pletak-Pletak Saat Hujan Deras, Satu Keluarga Tak Berani Tinggal di Rumah

Dalam Sehari, Sirine di Desa Jelok Purworejo Bisa Meraung-meraung Hingga 6 Kali

Purworejo,(purworejo.sorot.co)--Hujan deras yang mengguyur wilayah Purworejo beberapa waktu lalu mengakibat dampak cukup serius bagi keluarga Rian Egi, warga RT 2 RW 3 Desa Kalijambe, Kecamatan Bener. Pasalnya kondisi tanah yang cukup labil ditambah derasnya hujan saat itu, mengakibatkan munculnya rekahan memicu kerusakan beberapa bagian rumah yang ditempati.

Rian yang hidup dengan orangtuanya terancam tidak dapat menempati rumahnya lagi akibat kerusakan yang cukup parak. Menurut Rian, retakan itu menyebabkan kondisi rumahnya tidak layak ditempati karena bagian tempok pecah sementara lantainya mengembung.

"Saya tidak berani lagi tinggal disini. Lihat sendiri kondisinya seperti itu," kata Jumat (12/01/2017).
Rian menjelaskan, musibah yang menimpa kediamannya itu terjadi kemarin lusa. Usai hujan, tiba-tiba tembok rumahnya retak tanpa diketahui sebab yang pasti.

"Kejadiannya selepas magrib dimana tiba-tiba muncul suara pletak-pletak dari tembok dan lantai. Kami sekeluarga langsung keluar rumah," jelas Rian.
Selama ini, dia tinggal bersama kedua orang tuanya, Pujiyono (54) dan Titik (45). Dari kejadian itu, malam itu juga mereka langsung mengungsi ke tempat saudara di seberang jalan.

"Kami sudah mengosongkan rumah dibantu oleh tetangga. Sementara masih menetap di tempat saudara, tapi kami memilih membangun rumah lagi di tempat yang aman," jelas Rian.
Pantauan di lapangan, tanah di lokasi itu cukup labil. Berada di bawah tebing setinggi kurang dari 3 meter. Di samping rumah juga terdapat jurang yang cukup dalam dan ada aliran sungai.

"Itu Sungai Sorongodo, tapi menurut kami itu bukan pemicunya. Tapi kondisi alam di bagian atas rumah yang sudah jauh berkurang keberadaan kayu-kayunya," ungkap Rian.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purworejo, Boedi Hardjono mengungkapkan, pihaknya belum bisa memastikan apakah kejadian di Kalijambe merupakan kasus tanah gerak atau bukan. Pihaknya masih menurunkan tim untuk melakukan assesment.

"Kita pastikan dulu, jenis bencananya. Jadi belum bisa memutuskan, karena tim kami sedang turun ke lapangan," kata Boedi.

Apa dampak nya?

Kerugian Akibat Musibah Tanah Bergerak Capai Miliaran Rupiah


Dalam Sehari, Sirine di Desa Jelok Purworejo Bisa Meraung-meraung Hingga 6 Kali

Purworejo, (purworejo.sorot.co)--Musibah tanah gerak menjadi salah satu musibah yang masih menghantui Kabupaten Purworejo di tahun 2017. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purworejo mencatat, nilai kerusakan dan kerugian akibat tanah bergerak di Kabupaten Purworejo mencapai miliaran rupiah.

Tercatat selama kurun waktu 2017, setidaknya ada tujuh titik tanah gerak yang tersebar di beberapa wilayah. Hal itu tidak hanya mengancam korban jiwa melainkan memakan kerugian cukup banyak.

Ada nilai kerusakan dan nilai kerugian dalam setiap bencana. Dan untuk kasus tanah bergerak, nominalnya cukup besar,” kata Kepala Pelaksana BPBD Purworejo, Boedi Hardjono, Jumat (12/1/2017).
Pihaknya mencatat selama tahun 2017 tercatat ada 7 desa yang mengalami tanah gerak yakni Desa Donorejo Kecamatan Kaligesing, Sidomulyo Kecamatan Purworejo, Sukowuwuh Kecamatan Bener, Jetis Kecamatan Loano, Wonotopo, Gintungan, Pakem Kecamatan Gebang. Dari kesemuanya, Desa Wonotopo menjadi desa yang paling parah dimana hampir sebagian besar wilayahnya terdampak tanah bergerak.

Nilai kerusakan yang ditimbulkan berdasarkan perhitungan BPBD baik ringan, sedang maupun berat mencapai Rp Rp 2.892.600.000 dan nilai kerugian sebesar Rp 4.533.300.000.
Jadi total kerusakan dan kerugian akibat tanah bergerak mencapai Rp Rp 7.425.900.000,” imbuh Boedi.
Diungkapkannya, nilai kerugian cukup besar karena diperlukan proses panjang selama masyarakat belum mendapatkan tempat tinggal tetap. Beberapa aspek dimasukkan dalam nilai kerugian karena warga tidak bisa melakukan aktivitas secara normal.

Nilai kerugian itu, kita hitung berdasarkan banyak variabel. Misalnya penghitungannya mulai kapan mereka berada di pengungsian, biaya hidup, sekolah dan sebagainya selama belum memiliki rumah permanen,” tambahnya.
Hingga saat ini pihaknya masih mengajukan usulan bantuan terhadap korban bencana tanah gerak ke BNPB. Harapannya, nanti jika usulan itu teralisir akan dimanfaatkan untuk perbaikan sejumlah rumah yang mengalami kerusakan.

Sebagai informasi lebih lanjut, data dari peta longsor daerah tersebut memang perbukitan dan rawan longsor.

Semoga keluarga yang ditimpa musibah menjadi tabah

dan semoga tidak berkelanjutan hingga menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materil.


sumber : purworejo.sorot.co
0
2.9K
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan