BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Korut sebut musuh utamanya adalah AS, bukan Korsel

Delegasi Korea Utara yang diketuai Ri Son Gwon, Ketua Komite untuk Reunifikasi Damai Negara (CPRC) DPRK, melewati perbatasan untuk menghadiri pertemuan di desa Panmunjom di zona demiliterisasi yang memisahkan Korea Selatan dan Utara, Korea Selatan, Selasa (9/1/2018).
Setelah delapan tahun membeku, Korea Utara akhirnya mengirimkan delegasinya ke perhelatan Olimpiade Musim Dingin 2018 yang akan digelar di Pyeongchang, Korea Selatan, Februari 2018.

Keputusan itu disepakati saat negosiator kedua negara bertemu untuk pertama kalinya sejak 2015 di "Rumah Perdamaian" atau dikenal dengan sebutan "Panmunjom" di zona demiliterisasi (DMZ) perbatasan kedua negara, Selasa (9/1/2018).

Korea Utara mengirim lima delegasinya dalam pertemuan itu. Kelima delegasi yang kompak mengenakan setelan hitam tiba dengan iring-iringan kendaraan kenegaraan tepat pada pukul 09.30 pagi waktu perbatasan Korea.

"Semua sungai dan gunung sedang membeku. Tak salah jika menyebut bahwa hubungan Korea Utara dan Selatan lebih membeku dibandingkan cuaca saat ini," ujar salah satu negosiator saat memulai pertemuan.

Belum jelas berapa banyak delegasi yang akan dikirim oleh Korea Utara pada Olimpiade Musim Dingin 2018 nanti. Namun, lansiran BBC menyebut delegasi akan terdiri dari para atlet, pejabat, pendukung, serta pemandu soraknya.

Keputusan ini menjadi fenomenal mengingat beberapa tahun terakhir hubungan keduanya memanas lantaran serangkaian peluncuran misil balistik yang dilakukan Korea Utara.

Sejak Perang Korea berakhir pada 1953, kedua negara sempat melakukan berbagai upaya untuk bernegosiasi perihal perdamaian. Sebuah negosiasi yang pernah dilakukan pada tahun 2000 sempat menyepakati adanya sebuah saluran komunikasi semacam radio yang khusus digunakan untuk menukar informasi antarmiliter kedua negara.

Namun, dua tahun lalu Korea Utara menutup saluran komunikasi itu. Sementara, Korea Selatan tetap mengaktifkannya meski hanya berjalan satu arah saja.

Pada pertemuan kemarin, Korea Utara sepakat untuk mengaktifkan saluran komunikasi itu lagi, sebagai upaya mengurangi ketegangan di antara keduanya. Meski begitu, Korea Utara disebut belum sepakat untuk menghentikan atau pun mengurangi aktivitas pengujian senjata nuklirnya.

Selain dua hal tadi, sebuah proposal yang berisi tiga permohonan dari Korea Selatan juga diajukan dalam pertemuan itu. Pertama, Korea Selatan meminta atlet dari kedua negara itu untuk berpawai bersama dalam upacara pembukaan di Pyeongchang, persis seperti yang pernah mereka lakukan pada Olimpiade Musim Dingin 2006.

Kedua, Korea Selatan mengajukan diadakannya sebuah reuni bagi anggota keluarga yang terpisah akibat Perang Korea dahulu. Reuni dijadwalkan berlangsung saat libur Tahun Baru Cina yang jatuh pada saat pertengahan Februari 2018 (bersamaan dengan penyelenggaraan olimpiade).

Dan ketiga, Korea Selatan sepakat untuk mengajukan pengurangan sanksi yang dijatuhkan untuk Korea Utara kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai kompensasi keterlibatan Korea Utara pada perhelatan olah raga itu.

Sayang, menurut lansiran kantor berita Korea Selatan, Yonhap, Korea Utara tidak langsung memberikan respons atas proposal tersebut.

Meski pemimpin kedua negara tidak hadir dalam pertemuan kemarin, namun baik Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pun Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un disebut tetap bisa menyaksikan jalannya pertemuan secara langsung, dan bahkan bisa juga langsung mengintervensi jika ada hal yang dianggap tak sesuai.

Hal itu bisa dilakukan karena keduanya diberi akses siaran langsung dari "Rumah Perdamaian" menuju kantor mereka masing-masing.

Namun, menurut Kementerian Penyatuan Korea Selatan--kementerian yang khusus dibentuk untuk menangani konflik dengan Korea Utara--, hanya Moon yang dapat menyaksikan langsung siaran pertemuan itu.

"Pihak Korea Utara hanya bisa mendengar jalannya pertemuan, karena siaran langsung dari CCTV tidak diizinkan di sana," ujar juru bicara kementerian yang dikutip CNN.

Ada satu alasan mengapa Korea Utara menolak adanya pertemuan dengan Korea Selatan, setidaknya dalam dua tahun belakangan.

Di sisi lain, jauh dari Korea Utara dan Selatan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim pertemuan kedua Korea itu bisa terjadi berkat serangkaian kebijakannya menekan Korea Utara.

"Semua "ahli" gagal menyatukan mereka. Dialog antara Korea Utara dan Selatan tidak mungkin terjadi jika aku tidak tegas, kuat, dan benar-benar berkomitmen terhadap Korea Utara," ucap Trump dalam akun Twitternya, 4 Januari 2018.
With all of the failed “experts” weighing in, does anybody really believe that talks and dialogue would be going on between North and South Korea right now if I wasn’t firm, strong and willing to commit our total “might” against the North. Fools, but talks are a good thing!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) January 4, 2018
Namun, klaim Trump itu langsung dibantah dengan sindiran oleh negosiator Korea Utara, Ri Son Gwon, yang hadir pada pertemuan kemarin.

"Berbicara tentang nuklir, semua strategi persenjataan, termasuk bom atom dan hidrogen, ICBM (intercontinental ballistic missiles/roket balistik lintas benua), roket...semuanya ditujukan untuk Amerika Serikat. Itu tidak ditargetkan untuk "orang-orang kita", bahkan tidak juga kepada Tiongkok dan Rusia," sebut Ri melalui lansiran Newsweek.

Untuk urusan ini, kedua belah pihak sudah mengeluarkan retorikanya tersendiri dengan mengatakan nuklir mereka adalah yang paling berbahaya.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...s-bukan-korsel

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Warga siap adopsi bayi telantar dalam koper di Batam

- Larangan dan sanksi bagi PNS dalam Pilkada 2018

- Menanti satgas perangi politik uang selama pilkada

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
13.6K
116
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan