Hallo Agan dan Sista, Mimin dan Momod serta para Reader yang saya Hormati.
Disini ane mau Share Story singkat dari seorang Akhwat di Gorontalo, Sebenernya ane dapet nemu dibranda sosmed, tapi berhubung ane lupa copy URL sumbernya jadi ane gak minta ijin dulu sama yg punya cerita.. tapi ane pikir gak ada salahnya di share disini, toh isinya juga bertujuan untuk kebaikan(kalo ane gak salah artikan)
Spoiler for Simple Question:
1.Story nya dapet darimana Gan?... Udah ane jawab di atas, kalo ane dapet di branda sosmed. 2.Real Story apa bukan gan?.. Kurang tau gan, Tapi kalo menurut ane ini Real Story(Kalo gak salah artikan). 3.Minta sosmed yang punya story dong gan. Ane gak tau gan, ane lupa liat profile nya, yang ane pikir waktu itu cuma baca dan setelah ane rasa menarik, ane salin ke notepad. 4.Ente udah kopi lengkap kan story nya gan?. Udah lengkap gan, tinggal ane post doang, palingan ane edit dikit kalo ada typo
Oke ane rasa cukup pertanyaannya, Kalo pun ada pertannyaan lainnya ane bakal jawab Gak tau karna ane cuma asal comot di branda sosmed.
Untuk Peraturan mengacu pada peraturan SFTH.
Oke gak usah bertele-tele lagi.. here we go.
Quote:
PROLOGUE.
Introduction
Kisah Akhwat Gorontalo Namaku Mariani orang-orang biasa memangilku Aryani.
Quote:
ini adalah kisah perjalanan hidupku yang hingga hari ini masih belum lekang dalam benakku, sebuah kisah yang nyaris membuatku menyesal seumur hidup bila aku sendiri saat itu tidak berani mengambil sikap.
Yah, sebuah perjalanan kisah yang sungguh aku sendiri takjub dibuatnya, sebab aku sendiri menyangka bahwa didunia ini mungkin tak ada lagi orang seperti dia.
Tahun 2007 Silam, aku dipaksa orang tuaku menikah dengan seorang pria, Kak Arfan namanya, Kak Arfan adalah seorang lelaki yang tinggal sekampung denganku, tapi dia seleting dengan kakakku saat sekolah dulu, usia kami terpaut 4 Tahun, yang aku tahu, bahwa sejak kecilnya Kak Arfan adalah anak yang taat kepada orang tuanya, dan juga Rajin ibadahnya, dan tabiatnya seperti itu terbawa-bawa sampai ia dewasa, aku merasa risih sendiri dengan Kak Arfan apabila berpapasan dijalan, sebab sopan santunya sepertinya terlalu berlebihan pada orang-orang, geli aku menyaksikannya, yah, kampungan banget gelagatnya…, setiap ada acara-acara ramai dikampungpun Kak Arfan tak pernah kelihatan bergabung sama teman-teman seusianya, yaah, pasti kalau dicek kerumahnyapun gak ada, orang tuanya pasti menjawab “Kak Arfan dimesjid nak, menghadiri taklim”, dan memang mudah sekali mencari Kak Arfan, sejak lulus dari Pesantren Al-Khairat Kota Gorontalo, Kak Arfan sering menghabiskan waktunya membantu orang tuanya jualan, kadang terlihat bersama bapaknya dikebun atau disawah, meskipun kadang sebagian teman sebayanya menyayangkan potensi dan kelebihan kelebihannya yang tidak tersalurkan.
Secara fisik memang Kak Arfan hampir tidak sepadan dengan ukuran ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sebab kadang gadis-gadis kampung suka menggodanya kalau Kak Arfan dalam keadaan rapi menghadiri acara-acara di desa, tapi bagiku sendiri itu adalah hal yang biasa²saja.
Sebab aku sendiri merasa bahwa sosok Kak Arfan adalah sosok yang tidak istimewa, apa istimewanya menghadiri taklim, kuper dan kampunga banget, kadang hatiku sendiri bertanya, koq bisa yah, ada orang yg sekolah dikota begitu kembali tak ada sedikitpun ciri-ciri kekotaan melekat pada dirinya, HP gak ada, Selain bantu orang tua, pasti kerjanya ngaji, sholat, taklim dan kembali kekerja lagi.