- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Yakin Ingin Kerja Sesuai Passion? Passion itu Artinya Sengsara
TS
arkianwidi
Yakin Ingin Kerja Sesuai Passion? Passion itu Artinya Sengsara
sumur foto: medium.com
Kita kerap mendengar istilah “follow your passion, “find your passion” dalam konteks memilih pekerjaan idaman. Apa sih makna passion? ‘Passion’ sering bersanding dengan mereka yang berprofesi di industri kreatif. Dunia freelance yang tidak terikat jam kerja kantoran. Bersenang-senang sekaligus bekerja. Bertemu banyak orang terkenal, melancong ke berbagai tempat, mereguk hal-hal baru. Pendeknya, kita dibayar untuk menggeluti sesuatu yang disenangi. Keren ya. Ingin tahu lebih jauh tentang passion? Yuk simak bincang bertajuk Industri Kreatif Untuk Generasi Muda, Festival Cerita Jakarta 2017 “Dream a Little Dream of You, Perpusnas RI, Medan Merdeka, Jakarta (17/12/17).
Karena Cinta, Jadi Kerja Ekstra
Para pengasah kata memadankan ‘passion’ dengan ‘renjana’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, renjana (n) berarti rasa hati yang kuat (rindu, cinta kasih, berahi, dan sebagainya).
Nah, narasumber kita kali ini memiliki definisi beragam soal renjana dalam konteks bekerja sesuai kecintaan dan impian. Mereka antara lain; Rendy Haruman dari Touchten Games, Primo Rizky dari Studio Geometry, Nike Prima dari livingloving.net, dan David Irianto dari Simpul Group.
Menurut Rendy, passion berangkat dari rasa keingintahuan. Kesukaan untuk menggali sesuatu lebih dalam.
“Sebenarnya saya passion ke curiousity. Dulu kan lama kerja, standarnya kerja saja. Sekarang ada sesuatu yang dicari, yang ingin dikejar. Curiousity muncul terus. Begitu mengerjakan dengan passion, sambil jalan, menemukan hal-hal baru. Maju melangkah saja terus,” imbuhnya.
Penasaran seperti apa dapur meramu games, Rendy mencari tahu jauh dari sekadar pemain, tapi juga pencipta. Ada kolaborasi berbagai ide dari ragam bidang keahlian dalam proses kreatifnya.
“Prosesnya beda jauh. Kalau main games tinggal pencet sudah jadi. Tapi waktu desain games, itu benar-benar proses. Dari awal kita mau bikin game apa. Kita mau orang yang main game ini ngerasain apa. Proses creative thinking itu sangat menarik. Karena itu kolaborasi dari artis gambar, masukin suara, programming dan coding. Akhirnya membentuk suatu proses sampai jadi sebuah game,” bebernya.
Sedang Primo mengingatkan, ada konsekuensi mengiringi kata passion.
“Passion lebih ke mengerjakan apa yang kita cintai. Tapi ada konsekuensinya. Kita harus menjalankan dengan benar-benar niat. Kalau memang itu passion, semua harus dijalankan betul-betul serius. Seratus satu persen harus dicurahkan semua. Konsentrasi ke passion itu sendiri,” jelasnya.
Sementara Nike menyampaikan, passion membuat kita terus berjalan dan bertumbuh.
“Passion itu sesuatu yang membuat kita terus berjalan, membuat kita tumbuh dan kaya. Ada fire di tubuh kita untuk terus berjalan. Passion tidak harus satu kok. Manusia kan kompleks,” tuturnya.
Nike melanjutkan, bekerja sesuai kecintaan kita ini bukan serta merta nyaman, hanya karena sudah sesuai minat dan kesukaan. Tapi tetap harus ada kerja keras. Bahkan lebih ekstra.
“Orang suka komen, aduh enak ya bisa kerja sesuai passion. Aku menangkap terkesan kerjanya santai. Semua menyenangkan, Padahal itu hard work. Ada hari-hari di mana kita jam 2-3 pagi belum tidur,” imbuhnya.
Jika pekerja kantoran bisa meletakkan beban begitu lepas jam kerja, para freelancer ini bisa masih memikirkan pekerjaan menjelang tidur.
“Kalau kerja kantoran jam 6 sore sudah switch off, bisa memisahkan kantor dengan kehidupan pribadi. Biasanya orang born with passion sampai sebelum tidur masih mikirin,” tambahnya.
Meski Tanda-tanda Hasil Belum Tampak
Menurut David, tidak segampang yang diucapkan, bekerja sesuai passion adalah terus bertahan melakukan yang kita sukai meski hasil belum kelihatan.
“Tidak seringan yang dibayangkan. Passion itu ketika kita suka sesuatu, kita kerjakan. Tapi kan susah. Bagaimana caranya kita tetap bertahan mengerjakan itu, walau hasilnya belum keliatan,” katanya.
Karena punya latar belakang ilmu psikologi dan tesisnya meneliti soal passion, David punya pandangan agak berbeda dengan yang lain. Jika ingin bekerja sesuai passion artinya kita harus siap menderita.
“Karena saya punya background psikologi dan tesisnya meneliti tentang passion. Kata passion itu sendiri artinya sengsara. Jadi kalau kerja sesuai passion berarti dia bisa melalui kesengsaraan, tapi tetap melakukan. Itu passion,” ungkapnya.
Bekerja sesuai kecintaan contohnya pelukis saat mengerjakan suatu karya. Ia bisa lupa makan di tengah proses melukisnya.
“Teman-teman sering lihat pelukis yang mengerjakan lukisan lalu lupa makan. Itu passion in action. Ketika dia action, bahkan tidak makan pun tidak terasa. Kalau orang biasa mungkin lapar banget. Tidak makan, sengsara. Pasti akan cari makan,” sebutnya.
Belum lagi kita bicara wirausahawan yang menganggap beban, aral melintang, sebagai tantangan.
“Kalau kita bicara enterpreneur, atau bikin usaha, kita menghadapi tantangan. Mungkin menjadi beban yang berat, tapi tetap melakukannya. Itu passion,” imbuhnya.
Kehabisan Ide, Bagaimana? Hajar Saja!
Ide bisa datang dari mana-mana. Tapi ketika para kreator mengalami kebuntuan ide, apa yang harus dilakukan? David membagi tips: Hajar Saja!
“Ide bisa dari mana-mana. Walau klise, memang begitu. Suruh nulis artikel di majalah, tidak ada inspirasi. Mentok. Tapi saya tipe yang hajar dulu. Kerjakan sebisanya. Karena on first try pasti jelek. Namanya juga baru coba sekali,” sarannya.
Di sinilah fungsi ada tenggat waktu dalam bekerja. Ada jatuh tempo di mana pekerjaan harus sudah selesai, seberapa pun kualitas hasilnya.
“Mungkin ini pelajaran kalau kerja di publikasi ada deadline rutin. Mau tidak mau harus selesai. Tidak ada istilah tidak ada inspirasi, lalu saya tidak mau nulis. Saya harus nulis,” tandasnya.
Jadi jangan kuatir hasilnya akan jelek. Memang pasti belum memenuhi kualitas. Yang penting harus jadi lebih dulu.
“Walau dibaca lagi ternyata paragraf satu dan dua tidak nyambung. Atau jelek banget tulisannya. Tidak masalah. Yang penting jadi dulu. Jadikan dulu kerangkanya. Paksa dirimu untuk bikin. Walau hasilnya pasti jelek, karena lagi tidak mood. Nanti bisa direvisi, ada proses editing,” terangnya.
Di tahap inilah editor atau art director ambil peran. Sebagian kreator mungkin defensif soal campur gagas unsur lain. Padahal proses ini akan mengayakan suatu karya atau konten.
“Kita orang kreatif sering kali defensif kalau ketemu namanya edit, revisi. Padahal justru proses itu yang bikin karya kreatifnya jadi lebih baik. Kalau di desain grafis ada art director. Kalau penulis ada editor yang membantu membuat lebih baik,” ujarnya.
Jadi ketika kebuntuan melanda, jadikan saja dulu itu barang, paksa diri untuk berkarya meski sedang moody. Selanjutnya lengkapi kualitasnya dengan umpan balik.
Mau (hasilnya) ancur, kerjakan saja dulu. Nanti dikasih feedback. Tapi next try kita akan lebih baik. Go with the process. Jangan defensif sama revisi dan edit. Karena at the end of the day , produknya akan baik. Kita pun akan belajar dari situ,” pungkasnya.
Diubah oleh arkianwidi 20-01-2022 05:56
0
4.3K
34
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan