Hei, kau kira sewa-menyewa rahim kayak rental mobil, habis pake' dikembalikan dalam keadaan kotor berdebu atau bahkan berlumpur

Enak saja mau sewa-sewa, kau kira urusan cinta kami beda jenis macam cinta sesama jenis yang hanya berkutat di selangkangan?

Hah, kau pasti tak tahu suami yang istrinya hamil melakukan apa demi menjaga istri (calon ibu anak-anaknya)

Kami rela cuci piring, cuci pakaian, masak di dapur, bahkan rela makan sampai mau muntah kekenyangan makan jatah istri karena ngidam hanya makan sesuap, tak bisa ngapa-ngapain.

ah kau sungguh terlalu, bahkan kami orang Bugis Makassar, harus berjuang mengumpulkan puluhan hingga ratusan juta panaik guna meminang perempuan dinikahi

Kau pikir cinta kami memilih menikah, yang rela berkorban hanya sekadar mencari selangkangan, maaf, kalau sekadar selangkangan banyaklah lalu lalang menawarkan, termasuk jamaahmu yang mengemis lawan pedang-pedangan, tapi kami sungguh jijik untuk itu.

Ini tentang kehormatan cinta, kami perjuangkan karena kami bertuhan, sadar fitrah kami, apa mungkin Tuhan ciptakan Adam dengan Hawa jika manusia bisa berkembang biak tanpa reproduksi seksual.

Sebaiknya kau kembali saja belajar IPA kelas 6 SD, dan protes sang guru yang mengajarkan perkembangbiakan makhluk dengan membelah diri, vegetatif, ataupun aseksual.

Atau berubahlah jadi amuba, agar amuba sejenismu bisa lahir tanpa menyakiti hati perempuan yang kau anggap sebagai alat sewa menyewa, dan tak pula menyakiti laki-laki normal seperti kami sebagai suami yang mencintai tanpa syarat.

Tapi tahu apa kau tentang cinta tanpa syarat, jika perempuan kau anggap tebu, kau peras habis, kau ambil manisnya lalu sepahnya kau buang di jalanan.

Jangan kau doktrin anak-anak kami, mengikuti sesat pikir dan sesat iman yang kau lakoni.

Dan, kalau kau masih laki-laki, kembalilah ke rumah ibumu, cium kakinya dan minta maaflah, kau telah menyakiti hati banyak ibu, seolah pengorbanannya hamil dan melahirkan kelak bisa ia tukar dengan segepok uang dari jamaahmu yang terlaknat itu.

Juga pada ayahmu, mungkin tak pernah terbayang di benaknya, pengorbanannya dahulu merawat cintanya bakal berbuah busuk, bahkan tak ada binatang yang sudi memakannya.

Jangan lagi seenak jidat mau sewa rahim, karena rahim adalah tempat suci buah cinta penuh kasih sayang ditempatkan, gunakanlah jidatmu bersujud, semoga sujudmu masih bisa meraih ampunan-Nya.
#cerminhidup
*sumber: catatan pribadi Ridho Al Tundungkury