Intro

Beruntunglah saya hidup di negeri yang dinamakan Indonesia. Ragam warna kebudayaan dan kekayaan alam yang memancarkan keindahan menjadi primadona bagi siapa saja yang melihatnya. Dengan mudahnya kita dapat melihat hamparan hijaunya gunung, gemercik air yang jatuh dari ketinggian, kicauan burung bernyanyi semua tersedia di Tanah Bumi Pertiwi.
Saya sendiri tinggal di Kota Bandung yang dikelilingi gunung, membuat saya cukup akrab dengan alam Priangan. Terlebih Bandung berada di ketinggian sekitar 600 Mdpl, membuat Bandung termasuk dataran tinggi yang menyejukan. Tapi saya terlalu bosan, membutuhkan suasana baru.
Ngobrol-ngobrollah saya dengan teman. Siapa tahu dapat inspirasi untuk pergi ke suatu tempat baru yang indah. Obrolan cukup panjang dan melebar, hingga obrolan tersebut menghasilkan sebuah destinasi yang saya dan teman saya akan kunjungi, yakni Curug Citambur.

Curug Citambur berada di Desa Karangjaya, Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Cianjur bagian selatan, provinsi Jawa Barat. Ketinggian Curug Citambur sekitar 130 meter, yang mempunyai tiga tinggkatan air terjun dimana tingkatan pertama berketinggian 12 meter sedangkan tingkatan kedua berketinggian 116 meter dan tingkatan tiga berketinggian 2 meter. Air curug berada di ketinggian kurang lebih 1400 Mdpl.

Setelah saya setuju dan mencari tahu mengenai kondisi Curug Citambur. Akhirnya saya memutuskan untuk pergi kesana bersama beberapa teman-teman memakai sepeda motor. Dan saya akan berangkat di akhir pekan. Sekitar lima motor pagi itu berangkat dari Bandung menuju arah Soreang yang akan dteruskan ke daerah Pasir Jambu. Kemudian ke Ciwidey dan masuk ke arah Perkebunan The Sinumbra, lalu melaju menuju Desa Karangjaya. Dari Bandung menuju Citambur kurang lebih menghabiskann waktu sekitar tiga jam. Tentunya waktu yang cukup laam ini kelaka akan terbayar dengan keindahan Curug Citambur.

Tiket masuk ke Curug Citambur, terbilang cukup murah hanya dengan mengeluarkan kocek Rp.5.000-Rp.7.000 yang sudah termasuk parkir, kamu bisa menikmati keindahan curug. Namun tenang saja meskipun tiketnya murah, fasilitras di sini cukup lengkap, ada warung kecil, mushola, toilet dan tempat parkir yang luas.

Sesampainya di lokasi kami sangat takjub dengan keindahan Curug Citambur. Pemandangan di sini bagaikan sebuah karya agung yang dituangkan dalam kanvas. Jatuhan air dari air terjun yang terbawa angin dan terterpa sinar matahari membuat pelangi. Kesegeran selalu hadir di sini. Namun kami harus tetap berhati-hati kondisi sekitar curug yang basah membuah medan menjadi licin ditambah lagi banyaknya bebatuan disekitarnya yang ditumbuhi lumut.

Sambil melihat keindahan saya membayangkan seperti sedang berada di lokasi syuting film King Kong. Air terjun yang debit airnya begitu besar yang dikelilingi bebatuan dan tumbuhan membuat mata tak ingin berkedip sedikitpun. Suasana di sini pun belum terlalu ramai seperti objek wisata lainnya. Lokasi yang cukup jauh dari keramaian, diduga membuat lokasi ini masi sepinya pengunjung. Tapi saya bersyukur sebab bisa merasakan curug serasa milik pribadi. Seketika rasanya saya pengen melakukan foto prawedding di lokasi ini kelak.

Menikmati keindahan alam ternyata perlu energi. Beruntunglah ibu warung dengan sigap membuat saya mie dalam wadah yang cukup untuk menunda rasa lapar. Harga diwarung ini pun cukup bersahat di kantong. Setelah menyelesaikan makan mie, kami memutuskan untu kembali ke Bandung. Mengingat rerjalanan yang akan kami tempuh cukup panjang dan berkelok. Sehingga sebelum malam tiba kami sudah harus berada di Bandung.

Perjalanan ke Curug Citambur memberikan pengalaman berbeda dan tak terlupakan. Tentunya saya akan kembali lagi ke Citambur dan semoga kelak masih tetap indah seperti saat kami kunjungi pertama kali.