


Pagi itu, segelas kopi berada di kursi yang bagi ane merupakan tempat paling favorit ketika berada di depan rumah nan sederhana. Surat kabar pagi sudah menyambutku di kala tanggal merah tepatnya hari Minggu. Surat kabar nasional inilah, ane buka perlahan lahan setiap halaman, dan ada rubrik tentang Hiburan Musik, Berjudul : Remaja ,Musik , dan Isu Pangan. Kita selalu setiap hari melihat berita, membaca selalu melulu tentang Isu A-Z, namun ketika Isu pangan paling ya harga naik, pedagang mengeluh, sampai lombokpun menjadi permasalahan hehehe. Kali ini ane mau membuat thread tentang Ketika Isu Pangan terlupakan , dan beberapa Band Indie di Indonesiapun menjadikan isu tersebut menjadikan sebuah lagu kompilasi yang dirilis tanggal 10 Desember 2017 di Yogyakarta dengan judul 2500 Kalori. Dan ane ketika membaca surat kabar tersebut, sontak kalau Pangan memang sangat penting untuk kita pahamin. Sudah banyak Isu tentang yang lain, coba simple saja kita liat di Media sosial, pasti gak pernah terlepas dari Sebuah updatetan tentang Foto Makan di daerah X dengan konten foto makanan enak. Tak bisa dipungkirin memang gan sis sekalian perihal seperti itu. Ditambah lagi sekarang banyak remaja menjadi objek pelaku bisnis pangan.Pemahaman mereka tentang bahan dari pangan , pola konsumsi, sampai dengan gizi yang dikonsumsi mungkin belum mereka pahami seluruhnya.
.
Berikut beberapa hal tentang Isu Pangan menurut ane dan beberapa dari artikel yang bisa membuat kita, memahami tentang Kaitan Isu Pangan dengan Keberlangsunganhidup kita gan sis.
Quote:
1. Ketika Lahan Pertanian menjadi Bangunan Beton
Negara yang kaya akan hayati di Indonesia sangatlah indah , namun sekarang kita sendiri terlena dengan kehidupan yang serba enak dan instant. Apakah agan sis pernah berfikir 20 tahun lagi, negara yang asri yang diebut sebagai negara Swasembada Pangan, akan tergerus dengan sumber bahan pangan yang melulu di Impor dari luar negeri. Itulah kenapa kita anak muda memahami ketika sawah-sawah penghasil beras ataupun sayur mayur terhampas oleh bangunan beton, seperti Villa di pegunungan, rumah tempat tinggal yang berlebihan. Semua pasti akan berpengaruh kepada pangan kita secara tidak langsung, jika kita menelusuri secara mendalam. Berakibat sekarang profesi sebagai petanipun sudah tidak begitu banyak, dikarenakan regenerasinya pun sudah jarang terlihat.
Quote:
2. Semua Serba Instant & Cepat
Apakah agan sis pernah berfikir dan selalu membuat plan harian tentang menu harian untuk menunjang kesehatan. Isu Pangan bagi anak muda sekarang menurut opini ane lebih banyak dan tak terkontrol, coba sekarang pernah gak terpikirkan ketika waktu nongkrong mesan ini itu dengan menu yang acap kali aneh-aneh kandungan gizinya seperti apa hehehe. Ane sendiripun kalau ketika nongkrong dengan kawan, sekiranya makanan aneh , saya paling cuma minum saja dan hanya sekedar mencicip. Memang segala jenis makanan di era sekarang, dengan kemajuan teknologi menjadikan kita ingin tau nya besar, benar gak gan sis ?? Cari yang cepat saji ( contohnya, wah Kemarin makan dimana bray ??, Kok update fotonya di IG kayaknya enak banget makanannya," tanyanya seorang kepada temannya" )
Quote:
3. Ketika sumber pangan sudah teracuni pestisida/Zat Kimia

Semua tanaman pasti membutuhkan pupuk sama pemeliharaan yang baik agar tumbuh subur dan menghasilkan. Namun terkadang masih ada juga penggunaan pestisida yang terlalu berlebihan , itu yang terkadang kita harus memahami hal tersebut. Misalnya seperti Buah, sayuran, ataupun daging mentah, jangan sampai lupa kita waktu membeli Fresh apa tidak. Jangan lupa mencuci terlebih dahulu gan sis sebelum mengolahnya. Bisa juga terkadang kita tidak teliti, dan banyak terjadi di Indonesia membeli daging yang sudah kadarluwarsa di Mini market.Memang disini peran Pemerintah, Stakeholder, LSM, dan kita sebagai masyarakat perlu adanya kontrol hal tersebut gan sis.
Quote:
4. Kebutuhan Kalori tubuh harus seimbang

Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari , asupan kaloripun harus berimbang gan sis. Kalori adalah suatu pengukuran untuk menyatakan jumlah energi dalam makanan. Dan ane pernah membaca di artiket bahwasanya untuk anak muda produktiv yang sekitar 2500 kalori sehari untuk menjalankan aktivitas gan sis.Prinsip dalam mencukupi kebutuhan energi sederhana saja yaitu seimbang, karena jika Anda mengonsumsi kalori lebih dari kebutuhan, ini dapat mengakibatkan peningkatan berat badan di kemudian hari sekaligus meningkatkan risiko Anda mengidap berbagai macam penyakit, khususnya penyakit degeneratif. Tetapi jika Anda mengonsumsi kalori kurang dari kebutuhan Anda, maka akan terjadi penurunan berat badan sekaligus penurunan fungsi organ-organ dalam tubuh karena tidak mendapat asupan yang seharusnya.
Quote:
5. Memanfaatkan lahan sekitar rumah untuk menanam

Pemanfaatan lahan rumah, bisa juga gan sis untuk menunjang sumber gizi pangan kita. Mungkin yang lahannya luas, bisa untuk menanam buah, seperti Mangga, rambutan, sirsak, matoa, blimbing,pepaya, dll. Bisa juga menanam seperti lombok, tomat, terong,Tanaman Toga ataupun yang lainnya. Hal sederhana ini merupakan langkah yang sangat preventif untuk menanggulangi isu pangan, ketika harga mahal dan sumber gizi tersebut susah dicari bisalah kita menanam sendiri. Semua bisa dipelajari gan sis, sekarang banyak cara menanam dengan beberapa media yang susah lahan juga.
Quote:
6. Edukasi Remaja melalui Musik tentang Isu Pangan

Menyambung bacaan di atas, inilah yang ane bisa ambil garis merah ketika sekarang banyak anak muda dengan Band Indie berkampanye tentang isu Pangan melalui Musik. Melalui website Berisik.id merupakan bagian dari Kegiatan yang digelar Yayasan Kampung Halaman (YKH) untuk memberikan edukasi tentang masalah pangan di kalangan anak muda sekarang.Dan Sampai dibuatkan tentang Album Kompilasi tentang Isu Pangan dengan Judul 2500 Kalori. Acara seperti ini menurut ane, sangat bagus sebagai bentuk kampanye tentang Isu Pangan di era sekarang gan sis. Melalui Musik, apalagi yang suka genre Indie pastinya akan terbuka dengan wawasan seperti ini.
Quote:
7. Stop Budaya Konsumtif untuk perihal Menu Makanan

Budaya konsumtif pastinya tidak asing bagi kita semua gan sis, setiap habis gajian ataupun bonusan hehehe, pasti selalu makan enak yang selalu tidak memahami sumber gizi yang terkandung. Kembali lagi gan sis, budaya konsumtif boleh saja, namun adanya batasan yang mungkin saja banyak orang beranggapan menjadi terlalu over. Misalnya, kalau mau cari makanan ya, mbok yang sesuai lidah dan yang pasti mengandung gizi untuk tubuh kita, maaf sebelumnya terkadang kita kalau nongkrong selalu cari tempat yang makanannya pedas-pedas, atau yang serba bakar dll, namun semua harus kita pikirkan juga hal tersebut. Jangan hanya karena gengsi, semua dimakan dan tak peduli kesehatan kita.
Quote:
8. Perbanyak membaca tentang Pengetahuan Sumber Gizi
Sekarang media mah canggih, cari A-Z pasti ada, ataupun membeli buku yang terjual di Toko buku tentang pola makan dan hidup sehat gan sis. Dengan kemajuan Teknologi kita bisa melihat resep-resep makanan yang kaya gizi yang relevan, seperti membuat sayur, membuat jus, ataupun sebagainya sebagai bahan referensi kita menentukan menu harian. Isu Pangan sekarang nurut ane setelah membaca surat kabar itu akan menjadikan kita untuk selalu hati-hatii dalam mengkonsumsi makanan. Jangan sampai dengan maraknya bisnis makanan yang semakin aneh-aneh juga namanya kita menjadi orang yang kecanduan makanan tersebut.

Demikian Thread yang ane tuliskan, semoga ada manfaatnya buat pembaca dengan beberapa ide dari ane dan menyunting dari beberapa referensi. Jadilah kita anak muda yang selalu memahami tentang Isu Pangan lebih jeli dalam kehidupan kita. Karena Isu Pangan merupakan hal pokok dalam hidup terlebih kepada hal yang besar ketika lahan sawah sudah berkurang, semua serba import dari Luar negeri yang kita tidak paham tentang pokok kandungan gizinya, sampai menu yang kita makan dan minum tiap harinya. Semuanya kembali kepada untuk kesehatan kita, sebagai bentuk preventif menjauhkan dari segala penyakit seperti diabetes, dllnya.
:monggo :monggo
Sumber :
https://berisik.id/2500-kalori/, Surat kabar kompas, google pict, tulisan ane sendiri
Testimonial Pembaca yang bagus untuk disimak
Quote:
Original Posted By cocacola►Kalo dibilang engga ada yang minat ya engga juga, cuma sangat sangat sedikit aja. Ini salah satu dari yang sangat sedikit itu:
Petani Milenial dari Tarengge
Mungkin di Indonesia menjadi petani itu dianggap takdir, padahal, bertani bisa dijadikan pilihan pekerjaan, sama seperti menjadi animator, desain grafis, programmer, atau technopreneur lain yang kekinian, dll. Menjadi petani engga berarti harus berkotor kotor dan berpanas panas di sawah, teknologi udah semakin maju, alat alat pertanian juga udah modern..
Di saat kita terlalu sibuk berusaha mengejar prestasi di bidang Teknologi Informasi dan ingin terlihat unggul di kancah dunia, kita lupa bahwa kita masih harus impor beras, sementara negara tetangga di dalam negerinya terus berlomba lomba menghasilkan bibit bibit unggulan dan hasilnya diekspor ke negara lain.
Bangsa Eropa datang ke Kepulauan Banda dan Maluku 300 tahun lalu karena hasil bumi, bukan karena hal lain. sekarang, justru hasil bumi yang membuat tanah kita dijajah asing malah dilupakan. Kurangnya pembinaan, regenerasi, sistem pertanian yang masih cara cara tradisional membuat kualitas dan kuantitas produksi cengkeh dan pala dari daerah itu terus turun.
Tapi sekarang juga mulai banyak petani yang manfaatin Teknologi Informasi buat memasarkan langsung hasil taninya ke konsumen, contohnya Petani petani sayuran organik yang mulai banyak menjual hasil taninya secara online. Cara ini sangat bagus buat kesejahteraan petani karena memotong rantai distribusi yang biasanya cukup panjang. Semoga pemerintah juga peka untuk hal ini dengan memberikan pembinaan dan dukungan finansial, bukan cuma untuk kesejahteraan petani existing, tapi juga memacu semangat generasi milenial bahwa bertani juga bisa dengan cara kekinian. Dan tentunya ini akan mengsukseskan visi Kedaulatan pangan pemerintah...
Betul, masih banyak yang kurang berminat menjadi petani. Menjadi petani itu menjadi produsen, sebagai produsen, segmentasi pasarnya lebih luas, bisa B2B atau B2C. Persoalannya, meskipun berperan sebagai produsen, petani engga mampu mengendalikan harga karena adanya tengkulak.
Semoga kedepannya dengan kemajuan tenologi dan pengetahuan, petani bisa langsung terjun ke pasar tanpa harus lewat rantai distribusi yang panjang.