

TS
noxiii
Dimulai dari Hobi MEMBACA hingga SEPERTI INI

Quote:
Tidak disangka-sangka ternyata dari hobi yg sederhana ini membuka peluang saya untuk bisa mencoba dan mengalami banyak hal. Ya, cuma dari sekedar hobi membaca buku. Kata orang buku adalah jendela dunia, itu betul banget, tapi percuma kalo cuma liat dari jendela, saya memutuskan untuk melompat keluar dari jendela itu dan membuka banyak sekali peluang bagi saya. Peluang seperti apa sih yg saya dapat?

Lewat membaca bertemu dengan komunitas yang positif, pertama-tama saya bergabung dengan Jakarta Book Club dan dipertemukan banyak orang-orang yg lebih tua dari saya tapi tetap tidak menganggap remeh saya. Tidak seperti komunitas lainnnya, dari sini saya belajar banyak perspektif dari member-member di sana seperti saya belajar mengenai dunia startup, business, dan life skills.
Selain itu, saya juga bergabung di komunitas-komunitas lain yang komunitas pembaca buku tapi setidaknya kami dipertemukan oleh hobi yg sama, yaitu suka baca buku. Bahkan saya sudah dua kali datang ke acara buku internasional, yaitu UWRF (Ubud Writer Reader Festiva).
Instagram : Jakarta Book Club
Website: Jakarta Book Club

Karena membaca tidak afdol kalo gak mencoba menulis. Selanjutnya, saya mencoba menulis sebuah buku dua tahun lalu, walau pada akhirnya tidak selesai-selesai juga sampai sekarang, tapi setidaknya itu membuahkan hasil hingga saya akhirnya membuat blog dan sedikit rutin menulis blog. Dulu saya tidak suka menulis blog karena bagi saya buat apa menulis sebuah diary yg diceritakan ke org lain, kalau public figure mending tapi kalo saya kan bukan siapa-siapa? Tapi teman-teman yg punya hobi sama dengan saya meng-encourage saya untuk tetap menulis blog dgn dasar untuk mengenalkan kamu dari yg bukan siapa-siapa menjadi siapa kamu.
Walaupun blog sudah old school, saya tidak stop sampai situ, akhirnya saya mencoba untuk emmbuat channel youtube dan membuat vlog. Kalau tidak dimulai dari blog, saya tidak akan memulai vlog.
My Blog
My Channel

Karena membaca akhirnya saya decided untuk mencoba travelling. Dulu saya mana mau pergi ke luar kota, saya tipe yg tidak suka membuang-buang uang untuk traveling jika tidak ada alasan yg cukup baik. Sejak banyak membaca buku dari para traveler, jiwa petualang saya muncul secara tiba-tiba dan voila, dalam dua tahun, saya berhasil pergi ke berbagai tempat di Indonesia dan Luar Negeri. Semua berawal dari keinginan yg kuat yg berasal dari buku yg saya baca. Berkat keinginan yg kuat tersebut, saya melakukan berbagai macam cara (yg halal pastinya) untuk mempersiapkan waktu, tenaga, dan materi untuk bisa pergi traveling.
Itulah yang saya dapat dari hobi membaca buku.
Akan tetapi sedih sekali, kalau Indonesia memiliki tingkat literasi yang sangat amat rendah, sehingga budaya membaca masih amat jarang bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Beberapa bulan lalu, saya diundang untuk menghadiri acara hari buku nasional yg diadakan oleh kompas. Field report-nya sudah saya tulis di blog saya, berikut saya tuliskan di thread ini:
#AkuBaca merupakan hashtag dari sebuah tagline di acara Workshop & Sharing Inspirasi dalam rangka merayakan Hari Buku Nasional 2017 yang diadakan oleh Kompas Gramedia di Bentara Budaya Jakarta pada 17 Mei 2017. Filosofi dari #AkuBaca itu sendiri adalah mengingatkan kita untuk membaca sebelum kita dapat membagikan semangat baca ke orang lain. Daripada kita memaksa orang lain untuk membaca, lebih baik membuat diri sendiri mulai membaca, maka dengan otomatis semangat membaca akan menular dengan sendirinya.
Gue diundang ke acara ini mewakili Jakarta Book Club. Dan jujur gue baru tau kalau harinya bertepatan dengan Hari Buku Nasional. Gue pikir deket juga dari kampus gue dan memang tujuan awal gue mau ketemu sama Najwa Shihab (siapa tau bisa foto bareng doi), tapi sepertinya topiknya menarik karena sekarang Indonesia sudah mulai concern sama literasi.
Opening Ceremony dimulai dengan kata-kata sambutan dari Bapak Widi Krastawan (Director Corporate Communication). Selain kata-kata syukur dan basa-basi lainnya, beliau juga memaparkan data-data mengenai literasi Indonesia dari UNESCO yg gue rasa kalian sudah tau betapa mirisnya data tersebut. Ada beberapa data yg cukup menarik bahwa ternyata yang menulari kebiasaan membaca kita, 58% berasal dari diri kita sendiri dan 27% dari orang tua. Dari sini gue baru sadar bahwa peran keluarga dan motivasi dari diri kita sendiri amat sangat berpengaruh dibandingkan faktor eksternal. Selain itu ada data yg gue sendiri gak kaget juga, yaitu 71% orang yg berumur 17-25 tahun lebih memilih untuk membaca buku fisik daripada digital. Well, couldn't agree more. Ada satu kalimat yang saya setuju dan masih terngiang-ngiang di kepala gue:
"Saya ingin kita tidak hanya sekadar mendonasikan buku saja, tapi saya ingin kita mantain. Banyak sekali setelah donasi buku lalu foto-foto dokumentasi, setelahnya buku-buku itu tidak terbaca atau rusak"- Widi Krastawan
Setelah itu, acara resmi dimulai dengan simbolisasi membuka buku besar dengan neon light bertulisan #AkuBaca. Langsung menuju sesi pertama, yaitu Talkshow Membaca Minat dan Budaya Baca Masyarakat Indonesia dengan narasumber yg keren-keren, Ninok Laksono (Rektor UMN), Najwa Shihab (Duta Baca Indonesia), Nirwan Ahmad Arsuka (Penggerak Jaringan Pustaka Bergerak) dan dimoderatori oleh Cindy Sistyarini (Presenter Kompas TV).
Topik pembicaraan seputar literasi Indonesia dan masalahnya serta solusi yg sudah mereka lakukan. "Saat usia dini dari kelas 1-2 SD, kemampuan membaca mereka bisa bersaing dengan kita yang orang dewasa, akan tetapi semakin bertumbuhnya mereka, kemampuan mereka semakin hilang", papar Najwa Shihab, gue setuju sekali karena sejak kecil gue suka banget baca, tapi begitu beranjak remaja, gue mulai sedikit membaca, apakah ini berarti sekolah berperan penting? Di mana di US membaca buku literatur menjadi sebuah kewajiban atau bahkan di Malaysia, pemerintahnya malah memberikan voucher untuk membeli buku.
"Membaca harus dipaksa karena kebiasaan harus dibiasakan" - Najwa Shihab
"Membaca adalah Survival Kit, dengan membaca kita bisa mendapatkan informasi dan meresponinya dengan tepat. Leluhur kita neanderthal dan orang mesir salah membaca dan salah meresponinya sehingga mereka punah", kata Nirwan Ahmad Arsuka. Ditambah lagi beliau mengatakan bahwa buku-buku itu sulit diakses bagi orang-orang yang di pelosok. Donatur buku banyak sekali tapi biaya kirim amat sangat mahal, maka dari itu ia memberikan usul kepada Presiden Jokowi untuk menjadikan Free Cargo day, agar pengiriman buku ke seluruh Indonesia menjadi gratis.
Masalah buku yg terlalu mahal juga sempat disinggung karena pihak publisher sendiri juga terpaksa menetapkan harga demikian karena banyak sekali administrasi seperti pajak ini-itu. "Saya yakin kalau kita sudah mampu berbahasa inggris, kita lebih memilih membaca buku berbahasa inggris dibandingkan dengan buku Indonesia karena buku kita kebanyakan jelek-jelek.", ungkap Nirwan Ahmad Arsuka. Selain itu, ia menganjurkan bahwa apa yg sudah kita baca harus menjadi diskusi, maka dari itu ini membuktikan bahwa komunitas baca atau teman baca itu penting. Pilihan gue untuk ikut masuk ke Jakarta Book Club merupakan pilihan yg tepat, karena sejak gue masuk ke sini, pembendaharaan buku yang gue baca semakin banyak, bahkan gue bisa membahas buku yg sudah gue baca ke banyak orang. Kalau di lingkungan kerja atau kampus, boro-boro ngebahas ginian.
Di tengah pembicaraan sayang sekali Ibu Najwa Shihab harus pamit untuk menghadiri acara lain (yahhhh, gak bisa ngajak foto bareng deh). Lalu, masuk ke sesi tanya jawab. Gue akan merekap sesi tanya jawab dengan beberapa kutipan dari kata-kata mereka yang menurut gue keren banget dan gue setuju banget.
"Kebanyakan kita jadi pembaca yang reaktif (ikut-ikutan bacaan orang) daripada proaktif (mencari sendiri bacaannya)" - Nirwan Ahmad Arsuka
"Orang suka baca adalah orang yang terbuka terhadap keanekaragaman" - Ninok Laksono
"Tidak semua buku dibutuhkan orang lain" - Nirwan Ahmad Arsuka
"Membaca buku itu proses, awalnya chick lit baru bisa ke shakespeare" - Nirwan Ahmad Arsuka
Sesi pertama selesai, istirahat, makan enak, dengerin live music dan menunggu sesi selanjutnya dengan tidur siang sebentar supaya gak ngantuk nanti. Lalu, sesi selanjutnya membicarakan bagaimana menjadi Volunteer bagi orang rimba dalam mengajarkan literasi. Ini topik yg gue gak pernah pikirkan sama sekali bahwa orang pedalaman perlu diajari baca dan tulis. Butet Manurung, pembicara di sesi ini, bahkan mengatakan bahwa beberapa orang pedalaman itu sendiri mengatakan bahwa mereka tidak butuh baca dan tulis karena yang mereka butuhkan lebih kepada kemampuan untuk bertahan hidup daripada baca dan tulis.
Lalu untuk apa selama ini memperjuangkan mereka bisa baca dan tulis? Ternyata mereka care kalau mereka akan ditipu oleh penguasa yang memanfaatkan ketidakbisaan mereka dalam baca dan tulis untuk menandatangani kontrak supaya hutannya bisa ditebang untuk lahan bagi mereka. Selanjutnya, beliau menjelaskan secara praktek bagaimana untuk bisa menjadi volunteer bagi orang rimba.
Sebelum melanjutkan ke sesi selanjutnya, ada penampilan dari stand up comedian dari SUCI season 7 di Kompas TV hari Jumat jam 10 malam (iklan dulu). Sesi selanjutnya adalah sharing dari dua orang yang masing-masing penggerak Taman Baca di danau Toba dan Halmahera. Dari cerita mereka, bagaimana mereka memperjuangkan agar orang-orang di daerah mereka dapat tertarik untuk membaca buku, gue cukup kesal ketika mereka mengatakan bahwa ada orang tua yang melarang anaknya untuk membaca buku dan ada beberapa tempat yg orang-orangnya tidak butuh baca dan mengusir mereka.
Sesi terakhir workshop mengenai menghidupkan taman bacaan dari Gol A Gong (iya namanya aneh banget). Sesi ini dikhususkan untuk orang-orang yang sedang menjadi penggerak taman baca. Seperti hal esensi yg diperlukan adalah tempat, SDM, kegiatan yg menarik, donatur, dan regenerasi. Walaupun gue bukan target dari sesi ini, tapi sangat menarik bisa melihat orang yang datang jauh-jauh dari berbagai pelosok di Indonesia untuk mengikuti workshop ini.
Yakkk, selesai sudah acara #AkuBaca. Sebelum pulang, mengambil sertifikat, lalu merenungkan bahwa ternyata Indonesia masih ada harapan dalam memulihkan peringkat literasi kita. Gue yakin sebenernya orang Indonesia sudah mulai banyak yg membaca. Semoga Hari Buku Nasional 2017 merupakan titik balik bahwa kita bisa melawan UNESCO dengan membuktikan kembali bahwa persentase minat baca kita bisa meningkat.
SALAM BACA
Sumber: blog saya sendiri, silahkan dilihat untuk lebih detail dan foto di dalamnya.
Semoga dengan thread ini, setidaknya saya bisa membagikan hobi positif saya dan menularkannya ke orang-orang yang membaca thread saya. Saya percaya apapun buku yg kalian baca, akan memberikan dampak positif selama kita menyikapinya dengan benar.
Spoiler for 1:

Lewat membaca bertemu dengan komunitas yang positif, pertama-tama saya bergabung dengan Jakarta Book Club dan dipertemukan banyak orang-orang yg lebih tua dari saya tapi tetap tidak menganggap remeh saya. Tidak seperti komunitas lainnnya, dari sini saya belajar banyak perspektif dari member-member di sana seperti saya belajar mengenai dunia startup, business, dan life skills.
Selain itu, saya juga bergabung di komunitas-komunitas lain yang komunitas pembaca buku tapi setidaknya kami dipertemukan oleh hobi yg sama, yaitu suka baca buku. Bahkan saya sudah dua kali datang ke acara buku internasional, yaitu UWRF (Ubud Writer Reader Festiva).
Instagram : Jakarta Book Club
Website: Jakarta Book Club
Spoiler for 2:

Karena membaca tidak afdol kalo gak mencoba menulis. Selanjutnya, saya mencoba menulis sebuah buku dua tahun lalu, walau pada akhirnya tidak selesai-selesai juga sampai sekarang, tapi setidaknya itu membuahkan hasil hingga saya akhirnya membuat blog dan sedikit rutin menulis blog. Dulu saya tidak suka menulis blog karena bagi saya buat apa menulis sebuah diary yg diceritakan ke org lain, kalau public figure mending tapi kalo saya kan bukan siapa-siapa? Tapi teman-teman yg punya hobi sama dengan saya meng-encourage saya untuk tetap menulis blog dgn dasar untuk mengenalkan kamu dari yg bukan siapa-siapa menjadi siapa kamu.
Walaupun blog sudah old school, saya tidak stop sampai situ, akhirnya saya mencoba untuk emmbuat channel youtube dan membuat vlog. Kalau tidak dimulai dari blog, saya tidak akan memulai vlog.
My Blog
My Channel
Spoiler for 3:
Karena membaca akhirnya saya decided untuk mencoba travelling. Dulu saya mana mau pergi ke luar kota, saya tipe yg tidak suka membuang-buang uang untuk traveling jika tidak ada alasan yg cukup baik. Sejak banyak membaca buku dari para traveler, jiwa petualang saya muncul secara tiba-tiba dan voila, dalam dua tahun, saya berhasil pergi ke berbagai tempat di Indonesia dan Luar Negeri. Semua berawal dari keinginan yg kuat yg berasal dari buku yg saya baca. Berkat keinginan yg kuat tersebut, saya melakukan berbagai macam cara (yg halal pastinya) untuk mempersiapkan waktu, tenaga, dan materi untuk bisa pergi traveling.
Itulah yang saya dapat dari hobi membaca buku.
Akan tetapi sedih sekali, kalau Indonesia memiliki tingkat literasi yang sangat amat rendah, sehingga budaya membaca masih amat jarang bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Beberapa bulan lalu, saya diundang untuk menghadiri acara hari buku nasional yg diadakan oleh kompas. Field report-nya sudah saya tulis di blog saya, berikut saya tuliskan di thread ini:
Spoiler for FR:
#AkuBaca merupakan hashtag dari sebuah tagline di acara Workshop & Sharing Inspirasi dalam rangka merayakan Hari Buku Nasional 2017 yang diadakan oleh Kompas Gramedia di Bentara Budaya Jakarta pada 17 Mei 2017. Filosofi dari #AkuBaca itu sendiri adalah mengingatkan kita untuk membaca sebelum kita dapat membagikan semangat baca ke orang lain. Daripada kita memaksa orang lain untuk membaca, lebih baik membuat diri sendiri mulai membaca, maka dengan otomatis semangat membaca akan menular dengan sendirinya.
Gue diundang ke acara ini mewakili Jakarta Book Club. Dan jujur gue baru tau kalau harinya bertepatan dengan Hari Buku Nasional. Gue pikir deket juga dari kampus gue dan memang tujuan awal gue mau ketemu sama Najwa Shihab (siapa tau bisa foto bareng doi), tapi sepertinya topiknya menarik karena sekarang Indonesia sudah mulai concern sama literasi.
Opening Ceremony dimulai dengan kata-kata sambutan dari Bapak Widi Krastawan (Director Corporate Communication). Selain kata-kata syukur dan basa-basi lainnya, beliau juga memaparkan data-data mengenai literasi Indonesia dari UNESCO yg gue rasa kalian sudah tau betapa mirisnya data tersebut. Ada beberapa data yg cukup menarik bahwa ternyata yang menulari kebiasaan membaca kita, 58% berasal dari diri kita sendiri dan 27% dari orang tua. Dari sini gue baru sadar bahwa peran keluarga dan motivasi dari diri kita sendiri amat sangat berpengaruh dibandingkan faktor eksternal. Selain itu ada data yg gue sendiri gak kaget juga, yaitu 71% orang yg berumur 17-25 tahun lebih memilih untuk membaca buku fisik daripada digital. Well, couldn't agree more. Ada satu kalimat yang saya setuju dan masih terngiang-ngiang di kepala gue:
"Saya ingin kita tidak hanya sekadar mendonasikan buku saja, tapi saya ingin kita mantain. Banyak sekali setelah donasi buku lalu foto-foto dokumentasi, setelahnya buku-buku itu tidak terbaca atau rusak"- Widi Krastawan
Setelah itu, acara resmi dimulai dengan simbolisasi membuka buku besar dengan neon light bertulisan #AkuBaca. Langsung menuju sesi pertama, yaitu Talkshow Membaca Minat dan Budaya Baca Masyarakat Indonesia dengan narasumber yg keren-keren, Ninok Laksono (Rektor UMN), Najwa Shihab (Duta Baca Indonesia), Nirwan Ahmad Arsuka (Penggerak Jaringan Pustaka Bergerak) dan dimoderatori oleh Cindy Sistyarini (Presenter Kompas TV).
Topik pembicaraan seputar literasi Indonesia dan masalahnya serta solusi yg sudah mereka lakukan. "Saat usia dini dari kelas 1-2 SD, kemampuan membaca mereka bisa bersaing dengan kita yang orang dewasa, akan tetapi semakin bertumbuhnya mereka, kemampuan mereka semakin hilang", papar Najwa Shihab, gue setuju sekali karena sejak kecil gue suka banget baca, tapi begitu beranjak remaja, gue mulai sedikit membaca, apakah ini berarti sekolah berperan penting? Di mana di US membaca buku literatur menjadi sebuah kewajiban atau bahkan di Malaysia, pemerintahnya malah memberikan voucher untuk membeli buku.
"Membaca harus dipaksa karena kebiasaan harus dibiasakan" - Najwa Shihab
"Membaca adalah Survival Kit, dengan membaca kita bisa mendapatkan informasi dan meresponinya dengan tepat. Leluhur kita neanderthal dan orang mesir salah membaca dan salah meresponinya sehingga mereka punah", kata Nirwan Ahmad Arsuka. Ditambah lagi beliau mengatakan bahwa buku-buku itu sulit diakses bagi orang-orang yang di pelosok. Donatur buku banyak sekali tapi biaya kirim amat sangat mahal, maka dari itu ia memberikan usul kepada Presiden Jokowi untuk menjadikan Free Cargo day, agar pengiriman buku ke seluruh Indonesia menjadi gratis.
Masalah buku yg terlalu mahal juga sempat disinggung karena pihak publisher sendiri juga terpaksa menetapkan harga demikian karena banyak sekali administrasi seperti pajak ini-itu. "Saya yakin kalau kita sudah mampu berbahasa inggris, kita lebih memilih membaca buku berbahasa inggris dibandingkan dengan buku Indonesia karena buku kita kebanyakan jelek-jelek.", ungkap Nirwan Ahmad Arsuka. Selain itu, ia menganjurkan bahwa apa yg sudah kita baca harus menjadi diskusi, maka dari itu ini membuktikan bahwa komunitas baca atau teman baca itu penting. Pilihan gue untuk ikut masuk ke Jakarta Book Club merupakan pilihan yg tepat, karena sejak gue masuk ke sini, pembendaharaan buku yang gue baca semakin banyak, bahkan gue bisa membahas buku yg sudah gue baca ke banyak orang. Kalau di lingkungan kerja atau kampus, boro-boro ngebahas ginian.
Di tengah pembicaraan sayang sekali Ibu Najwa Shihab harus pamit untuk menghadiri acara lain (yahhhh, gak bisa ngajak foto bareng deh). Lalu, masuk ke sesi tanya jawab. Gue akan merekap sesi tanya jawab dengan beberapa kutipan dari kata-kata mereka yang menurut gue keren banget dan gue setuju banget.
"Kebanyakan kita jadi pembaca yang reaktif (ikut-ikutan bacaan orang) daripada proaktif (mencari sendiri bacaannya)" - Nirwan Ahmad Arsuka
"Orang suka baca adalah orang yang terbuka terhadap keanekaragaman" - Ninok Laksono
"Tidak semua buku dibutuhkan orang lain" - Nirwan Ahmad Arsuka
"Membaca buku itu proses, awalnya chick lit baru bisa ke shakespeare" - Nirwan Ahmad Arsuka
Sesi pertama selesai, istirahat, makan enak, dengerin live music dan menunggu sesi selanjutnya dengan tidur siang sebentar supaya gak ngantuk nanti. Lalu, sesi selanjutnya membicarakan bagaimana menjadi Volunteer bagi orang rimba dalam mengajarkan literasi. Ini topik yg gue gak pernah pikirkan sama sekali bahwa orang pedalaman perlu diajari baca dan tulis. Butet Manurung, pembicara di sesi ini, bahkan mengatakan bahwa beberapa orang pedalaman itu sendiri mengatakan bahwa mereka tidak butuh baca dan tulis karena yang mereka butuhkan lebih kepada kemampuan untuk bertahan hidup daripada baca dan tulis.
Lalu untuk apa selama ini memperjuangkan mereka bisa baca dan tulis? Ternyata mereka care kalau mereka akan ditipu oleh penguasa yang memanfaatkan ketidakbisaan mereka dalam baca dan tulis untuk menandatangani kontrak supaya hutannya bisa ditebang untuk lahan bagi mereka. Selanjutnya, beliau menjelaskan secara praktek bagaimana untuk bisa menjadi volunteer bagi orang rimba.
Sebelum melanjutkan ke sesi selanjutnya, ada penampilan dari stand up comedian dari SUCI season 7 di Kompas TV hari Jumat jam 10 malam (iklan dulu). Sesi selanjutnya adalah sharing dari dua orang yang masing-masing penggerak Taman Baca di danau Toba dan Halmahera. Dari cerita mereka, bagaimana mereka memperjuangkan agar orang-orang di daerah mereka dapat tertarik untuk membaca buku, gue cukup kesal ketika mereka mengatakan bahwa ada orang tua yang melarang anaknya untuk membaca buku dan ada beberapa tempat yg orang-orangnya tidak butuh baca dan mengusir mereka.
Sesi terakhir workshop mengenai menghidupkan taman bacaan dari Gol A Gong (iya namanya aneh banget). Sesi ini dikhususkan untuk orang-orang yang sedang menjadi penggerak taman baca. Seperti hal esensi yg diperlukan adalah tempat, SDM, kegiatan yg menarik, donatur, dan regenerasi. Walaupun gue bukan target dari sesi ini, tapi sangat menarik bisa melihat orang yang datang jauh-jauh dari berbagai pelosok di Indonesia untuk mengikuti workshop ini.
Yakkk, selesai sudah acara #AkuBaca. Sebelum pulang, mengambil sertifikat, lalu merenungkan bahwa ternyata Indonesia masih ada harapan dalam memulihkan peringkat literasi kita. Gue yakin sebenernya orang Indonesia sudah mulai banyak yg membaca. Semoga Hari Buku Nasional 2017 merupakan titik balik bahwa kita bisa melawan UNESCO dengan membuktikan kembali bahwa persentase minat baca kita bisa meningkat.
SALAM BACA
Sumber: blog saya sendiri, silahkan dilihat untuk lebih detail dan foto di dalamnya.
Semoga dengan thread ini, setidaknya saya bisa membagikan hobi positif saya dan menularkannya ke orang-orang yang membaca thread saya. Saya percaya apapun buku yg kalian baca, akan memberikan dampak positif selama kita menyikapinya dengan benar.
2
1.9K
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan