- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Antara Mitos atau Depresi di Gunung Kidul


TS
linoleum123
Antara Mitos atau Depresi di Gunung Kidul

Angka bunuh diri warga Kabupaten Gunungkidul cukup tinggi. Sebagian menyebut depresi jadi penyebab. Namun, ada juga yang percaya pada mitos.
Quote:
Mitos

Kabupaten Gunungkidul menjadi fenomena tersendiri dalam kasus bunuh diri di Indonesia. Setiap tahun, rata-rata 30 warganya mengakhiri hidup dengan cara ini. Data menunjukkan, sejak 2015 sampai November 2017 ini, sudah 90 warga bunuh diri, 88 orang dengan cara menggantung dan dua orang menceburkan diri ke sumur.
Mitos pulung gantung... Pulung artinya wahyu. Di waktu malam hari masyarakat sering melihat sinar merah yang bergerak di atas bukit yang kemudian akan turun di salah satu rumah penduduk.
Banyak anggota masyarakat yang masih percaya bahwa penghuni rumah yang kejatuhan pulung gantung, dia ditakdirkan untuk meninggal dengan cara menggantung diri. Jika salah satu penghuni rumah tadi percaya akan mitos ini atau jiwanya dalam keadaan tidak stabil, maka dengan serta merta dia akan melakukan bunuh diri oleh karena percaya bahwa ini sudah menjadi takdirnya.
Sementara, ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul, CB Supriyanto mengakui, hampir sebagian masyarakat Gunungkidul, masih mempercayai tentang mitos pulung gantung tersebut. Sebab, masyarakat melihat, fenomena ini sebagai kenyataan dan bukan sekedar mitos.
Mitos mengenai pulung gantung itu hingga kini masih terpelihara. Padahal tidak pernah ada yang bisa menerangkan lebih rinci tentang pulung gantung itu.

Kabupaten Gunungkidul menjadi fenomena tersendiri dalam kasus bunuh diri di Indonesia. Setiap tahun, rata-rata 30 warganya mengakhiri hidup dengan cara ini. Data menunjukkan, sejak 2015 sampai November 2017 ini, sudah 90 warga bunuh diri, 88 orang dengan cara menggantung dan dua orang menceburkan diri ke sumur.
Mitos pulung gantung... Pulung artinya wahyu. Di waktu malam hari masyarakat sering melihat sinar merah yang bergerak di atas bukit yang kemudian akan turun di salah satu rumah penduduk.
Banyak anggota masyarakat yang masih percaya bahwa penghuni rumah yang kejatuhan pulung gantung, dia ditakdirkan untuk meninggal dengan cara menggantung diri. Jika salah satu penghuni rumah tadi percaya akan mitos ini atau jiwanya dalam keadaan tidak stabil, maka dengan serta merta dia akan melakukan bunuh diri oleh karena percaya bahwa ini sudah menjadi takdirnya.
Sementara, ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul, CB Supriyanto mengakui, hampir sebagian masyarakat Gunungkidul, masih mempercayai tentang mitos pulung gantung tersebut. Sebab, masyarakat melihat, fenomena ini sebagai kenyataan dan bukan sekedar mitos.
Mitos mengenai pulung gantung itu hingga kini masih terpelihara. Padahal tidak pernah ada yang bisa menerangkan lebih rinci tentang pulung gantung itu.
Quote:
Depresi

Hingga hari ini, mitos itu masih ada. Memang terkikis oleh pemahaman yang lebih baik, tetapi tidak sepenuhnya hilang. Wage Dhaksinarga, aktivis LSM Inti Mata Jiwa (Imaji) di Gunungkidul menyebut mitos pulung gantung ada di benak setiap warga Gunungkidul saat ini. Pada sisi yang lain, mitos ini secara tidak sadar menjauhkan masyarakat dari fakta bahwa kesehatan jiwa sebenarnya cukup dominan dalam kasus bunuh diri.
"Di Setiap peristiwa bunuh diri, orang mengatakan pulung gantung setelah kejadian, tidak pernah ada yang bilang sebelum peristiwa itu. Karena ada mitos ini, semua orang tidak mau melihat faktor kesehatan jiwa. Seolah-olah semua ini karena pulung gantung,"ujar Wage yang beberapa tahun terakhir berkampanye soal pencegahan bunuh diri di Gunungkidul.
Kepolisian Resor Gunungkidul mencatat, hingga bulan ini, ada 31 upaya bunuh diri dengan dua kasus percobaan yang tidak berhasil. Mayoritas bunuh diri dengan menggantung di pohon atau kandang sapi. Kepolisian menyebut, setidaknya ada 3 faktor utama yang menjadi penyebab, yaitu gangguan kejiwaan, sakit lama yang tidak sembuh dan menjani hidup sendiri.
Wage menambahkan, pemerintah dan masyarakat harus mulai menyadari, bahwa faktor kesehatan jiwa selalu dominan sebagai penyebab. Karena itu, langkah penanggulangannya harus dimulai dari sektor itu.
"Saya hitung dari 29 kasus, ada 16 kasus terkait depresi. Walau ada keterangan sakit menahun, tetapi itu kan faktor penyebab depresi. Depresi itu lebih dari 50 persen, tetapi sampai hari ini pendekatan terkait kesehatan jiwa belum begitu maksimal," katanya.

Hingga hari ini, mitos itu masih ada. Memang terkikis oleh pemahaman yang lebih baik, tetapi tidak sepenuhnya hilang. Wage Dhaksinarga, aktivis LSM Inti Mata Jiwa (Imaji) di Gunungkidul menyebut mitos pulung gantung ada di benak setiap warga Gunungkidul saat ini. Pada sisi yang lain, mitos ini secara tidak sadar menjauhkan masyarakat dari fakta bahwa kesehatan jiwa sebenarnya cukup dominan dalam kasus bunuh diri.
"Di Setiap peristiwa bunuh diri, orang mengatakan pulung gantung setelah kejadian, tidak pernah ada yang bilang sebelum peristiwa itu. Karena ada mitos ini, semua orang tidak mau melihat faktor kesehatan jiwa. Seolah-olah semua ini karena pulung gantung,"ujar Wage yang beberapa tahun terakhir berkampanye soal pencegahan bunuh diri di Gunungkidul.
Kepolisian Resor Gunungkidul mencatat, hingga bulan ini, ada 31 upaya bunuh diri dengan dua kasus percobaan yang tidak berhasil. Mayoritas bunuh diri dengan menggantung di pohon atau kandang sapi. Kepolisian menyebut, setidaknya ada 3 faktor utama yang menjadi penyebab, yaitu gangguan kejiwaan, sakit lama yang tidak sembuh dan menjani hidup sendiri.
Wage menambahkan, pemerintah dan masyarakat harus mulai menyadari, bahwa faktor kesehatan jiwa selalu dominan sebagai penyebab. Karena itu, langkah penanggulangannya harus dimulai dari sektor itu.
"Saya hitung dari 29 kasus, ada 16 kasus terkait depresi. Walau ada keterangan sakit menahun, tetapi itu kan faktor penyebab depresi. Depresi itu lebih dari 50 persen, tetapi sampai hari ini pendekatan terkait kesehatan jiwa belum begitu maksimal," katanya.
Quote:
Upaya menurunkan angka bunuh diri

Banyak pihak menduga kemiskinan menjadi faktor utama. Namun penelitian menunjukkan, kasus bunuh diri justru lebih banyak terjadi di kawasan perkotaan, dan bukan di desa-desa terpencil. Salah satu penyebab dominan, adalah warga berusia lanjut yang hidup kesepian dan memiliki keterbatasan untuk aktivitas sosial.
Selain menempatkan psikolog di tiap Puskesmas, pemerintah setempat juga membuat Satuan Tugas Berani Hidup. Immawan Wahyudi adalah ketua satgas yang bertugas merumuskan upaya penurunan kasus bunuh diri itu.
Bagi Immawan, langkah pencegahan ini harus tetap memperhatikan budaya lokal yang mempercayai konsep pulung gantung. Penyadaran akan mitos itu dilakukan dengan memberi argumen yang sesuai dengan kondisi dan kepercayaan masyarakat.

Banyak pihak menduga kemiskinan menjadi faktor utama. Namun penelitian menunjukkan, kasus bunuh diri justru lebih banyak terjadi di kawasan perkotaan, dan bukan di desa-desa terpencil. Salah satu penyebab dominan, adalah warga berusia lanjut yang hidup kesepian dan memiliki keterbatasan untuk aktivitas sosial.
Selain menempatkan psikolog di tiap Puskesmas, pemerintah setempat juga membuat Satuan Tugas Berani Hidup. Immawan Wahyudi adalah ketua satgas yang bertugas merumuskan upaya penurunan kasus bunuh diri itu.
Bagi Immawan, langkah pencegahan ini harus tetap memperhatikan budaya lokal yang mempercayai konsep pulung gantung. Penyadaran akan mitos itu dilakukan dengan memberi argumen yang sesuai dengan kondisi dan kepercayaan masyarakat.


Spoiler for sumber:
0
16.7K
Kutip
103
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan