Sebut aja Gunung Krakatauyang menggemparkan dunia banget pada 1882, bahkan sampai membuat rata-rata suhu global turun 1,2° C.

Gunung yang terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera ini gan ngehasilin suara letusan paling keras di seluruh dunia.
Gimana nggak? Suaranya kedengaran sampe Benua Eropa gan!! Gejolak di perut “ibu” dari Gunung Anak Krakatau ini mengakibatkan terjadinya tsunami yang newasin lebih dari 36.000 orang!! Bahkan kalo dibandingin sama Bom Atom di Hiroshima, Jepang, kekuatan letusan Gunung ini katanya jauh lebih kuat.
Waaah!!

Masih dari dalam negeri nih gan. Gunung Tamboraadalah gunung berapi bertipe strato atau kerucut yang ada di Pulau Sumbawa.

Letusan gunung ini pada 1815 menyebabkan sekitar 71 ribu orang meninggaldan ketinggiannya pun terpangkas jadi 2.851 mdpl dari asalnya 4.300 mdpl.
WAH!!!!
Letusan Gunung Tambora ngeluarin material vulkanik 160 km kubik yang empat kali lebih kuat dari letusan Krakatau. Letusannya bahkan dianggap sebagai yang terparah sepanjang peradababan manusia gan!
Ngerinya lagi, muntahan gas, lava, dan awan panasnya membuat belahan dunia gak bisa ngerasain musim panas, karena debu dan partikel vulkanik yang terlempar ke lapisan atmosfer menghalangi cahaya matahari. Peristiwa ini tercatat sebagai “The Year Without Summer 1816” di Eropa dan Amerika Utara.

Selanjutnya adalah Gunung Lakiyang ada di selatan Islandia, gak jauh dari Ngarai Eldgjá dan desa Kirkjubæjarklaustur.

Gunung ini mulai meletus pada 8 Juni 1783, dan aktivitasnya terus kayak gitu sampe delapan bulan gan, sampe menyebabkan bencana alam yang major.
Akibat letusannya ini, 5 jutaan orang meninggal. Bukan cuma penduduk Islandia gan yang jadi koban, penduduk negara yang berbatasan dengan gunung, kayak Perancis dan Mesir, turut jadi korban.
Di Islandia sendiri, lebih dari 50% populasi hewan ternak mati dan 25 persen total populasi meninggal karena kelaparan.

Selanjutnya adalah Gunung Peléeyang ada di ujung utara Martinique.

Gunung yang namanya punya arti “botak” ini meletus pada 8 Mei 1902, bertepatan Ascension Day kala itu.Letusan vulkanik menghancurkan kota Saint-Pierre yang lokasinya sejauh 6.4 kilometer di selatan dari puncak.

Berhari-hari sebelum meletus, gunung memberi tanda-tanda kayak perairannya jadi lebih hangat dan asam.
Pada 7 Mei, sekitar pukul empat gan, aktivitas gunung meningkat. Awan debu menyebabkan sejumlah petir vulkanik di sekitar puncak, dan kawah berubah oranye kemerahan saat malam hari.
Getaran letusannya menimbulkan tsunami yang merenggut nyawa lebih dari 30 ribu orang.

Letusan gunung yang parah selanjutnya datang dari Gunung Huaynaputinadi Peru.

Beberapa hari sebelum letusannya pada 1600 gan, seseorang ngelaporin suara ledakan dari gunung dan gas keluar dari kawah. Pada 15 Februari, aktivitasnya meningkat. Gempa mulai terasa; kemudian empat hari setelahnya pukul 5, gunung meletus hebat dan muntahin debu vulkanik ke atmosfir.
Para peneliti bahkan gambarin kejadian tersebut sebagai “sebuah ledakan dahsyat yang seperti ledakan meriam".

Pada tanggal 19 Februari 1600, gunung ini meletus dan terus bergejolak gan selama dua minggu.Letusan mendapat skala 6 dalam Volcanic Explosivity Index dan merupakan letusan terbesar di Amerika Selatan. Gempa sebesar 8 SR yang mengawali letusan bahkan memisahkan sejumlah daratan di Peru.
Totalnya gan peristiwa ini membunuh lebih dari 1.500 orang dan 10 desa terkubur debu. Butuh waktu 150 tahun bagi ekonomi pertanian regional untuk kembali kayak semula.