gatra.comAvatar border
TS
gatra.com
Pengamat UGM : Presiden Trump Ingin Kembali Disegani Dunia


Yogyakarta, Gatra.com -  Pengamat dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM) Nur Rahmat Yulianto menilai Presiden Donald Trump menerapkan nilai-nilai man politic (politik laki-laki) dalam pengakuan Jurusalem sebagai ibukota Israel agar kembali disegani dunia.

Namun demikian Trump akan mempertimbangkan ulang pemindahan kantor keduataan besar (kedubes) ke Jerusalem sebagai tindak lanjut pengakuan itu.
Penilaian itu disampaikan pengajar Studi Kawasan Amerika Serikat Ilmu Hubungan Internasional tersebut  kepada wartawan atas tanggapan UGM soal pengakuan Presiden Donald Trump atas Jerusalem ibukota Israel di kampus FISIPOL UGM, Kamis (14/12) lalu.
“Pengakuan Trump atas Jerusalem sebagai ibukota Israel adalah salah satu tindakan penerapan politik-laki-laki dalam memimpin Amerika Serikat,” katanya.
Ciri-ciri politik laki-laki ini penerapan kekuasaan dilandasi kepercayaan diri yang tinggi  meskipun tidak akan diprediksi banyak orang dan akan menimbulkan kontroversi. Penerapan politik lak-laki oleh Trump bertujuan membawa Amerika kembali disegani di kancah internasional.
Selain pengakuan Jerusalem itu, penerapan politik maskulin juga tercermin dari keluarnya Amerika Serikat  dari Unesco dan negara-negara pemantau nuklir Iran.
Namun Yulianto menilai Trump tidak akan memindahkan Kedubes Amerika Serikat dalam waktu dekat ini ke Jerusalem. Selain membutuhkan perencanaan yang lama dan biaya besar, pemindahaan kantor kedutaan akan mendapat kecaman masif dari dunia.
“Apalagi sekarang dengan kebijakan politik yang mementingkan perkembangan dalam negerinya, Trump akan berpikir ulang membangun Kedubes dalam waktu dekat ini,” lanjutnya.
Yulianto menilai salah satu peluang untuk menarik pengakuan Trump atas Jerusalem, meskipun  kemungkinannya kecil, berasal dari rakyat Amerika sendiri. Dalam sejarah, tekanan yang kuat dari rakyat di dialam negeri  mampu membuat pemerintah  membatalkan keputusannya.
“Bahkan tekanan dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang saat ini bersidang di Turki tidak akan didengar. OKI hanya bisa berharap kondisi ini cukup sampai di sini,” kata Yulianto yang juga Kepala Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM.
Sementara, pengajar Studi Kawasan Timur  Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIPOL UGM Siti Mutiah Setiawati melihat Arab Saudi, meski jadi negara Islam terkuat, tidak akan berbuat banyak dengan pengakuan Jerusalem oleh Amerika.
“Saat ini Arab Saudi diketahui sangat dekat dengan Amerika sehingga mereka akan diam saja,” ujarnya.
Menurut Siti, masyarakat Wahabi mengawasi secara ketat kebijakan Kerajaan Arab Saudi. Jika kerajaan mendukung Amerika, golongan Wahabi yang mendapat dukungan rakyat akan melakukan gerakan yang membahayakan penguasa kerajaan saat ini.

Reporter : Arif Koes
Editor : Mukhlison

Sumber : http://www.gatra.com/internasional/2...disegani-dunia

---

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
677
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan