- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Bahaya Orangtua Narsistik


TS
asadgendut
Bahaya Orangtua Narsistik

Quote:
Intro
Halo agan-gan semua 


Apa yang agan-agan pikirkan kalau melihat gambar diatas ? 

Agan-agan kasihan gak lihat anak yang sudah kelelahan belajar seharian trus ketiduran di motor ? 

Terus terang ane sedih lihat anak-anak sekarang, sudah capek sekolah masih ikut berbagai macam les. Pulang ke rumah sampai mau menjelang maghrib. Padahal esok hari mereka masih melakukan rutinitas yang sama. Kapan mereka bisa menikmati hidup. Kapan mereka istirahat. Kapan mereka bisa bermain dengan temannya. Apakah semua itu kemauan mereka sendiri atau orangtuanya.

Saya masih ingat waktu SD dulu , habis pulang sekolah bisa main sama temen2 sampai sore. Entah itu mandi di sungai, cari ikan di sawah, main layangan, dan masih banyak lagi. Dulu gak ada yang ikut les sampai sore. Ada les aja hanya untuk kelas 6. Itupun paling lama sampai jam 3 sore. Jadi setelah pulang sekolah, masih ada waktu buat kita bermain bersama teman.

Tapi anak sekarang habis pulang sekolah masih harus ikut les sana sini sampai sore menjelang maghrib. Kebanyakan orangtua sekarang menyuruh anaknya ikut les setiap hari tanpa memperdulikan waktu istirahat anaknya. Orangtua yang menyuruh anaknya les bertujuan agar anaknya berprestasi di sekolah. Hal itu merupakan suatu kebanggaan bagi orangtua apabila anaknya berprestasi. Orangtua akan senang dipuji karena anaknya pintar dan berprestasi . Walaupun belum tentu anaknya juga senang dipuji. Perilaku orangtua yang memaksakan keinginannya tanpa memperdulikan perasaan anaknya itu masuk dalam perilaku narsistik.
Dari sinilah saya akan membahas apa itu narsistik, tanda2 orangtua narsistik dan dampaknya bagi anak.
Silahkan disimak di bawah ni :
Spoiler for Apa itu narsistik:

Perlu dipahami dulu bahwa narsistik yang akan dibahas bukanlah suatu bentuk kepercayaan diri tinggi maupun kegemaran memposting puluhan foto selfie di berbagai situs sosmed sebagai suatu bukti kecintaan pada (penampilan fisik) diri sendiri. Yang dimaksud adalah narcissistic personality disorder (NPD), gangguan kepribadian nyata yang dimiliki oleh 1% penduduk dunia.
Orang Narsistik biasanya menunjukkan perilaku arogan, minimnya empati terhadap orang lain, dan kebutuhan/hasrat sekaligus tuntutan terhadap puja-puji. Orang-orang dengan kondisi ini sering dideskripsikan sebagai orang yang sombong, egois, manipulatif, doyan menuntut sesuatu, dan merasa sangat yakin bahwa mereka berhak mendapatkan perlakuan khusus bak dewa-dewi dari orang di sekitarnya.
Orang yang memiliki Narsistik tidak bisa menerima kritik hingga ke titik mereka mungkin akan meledak marah ketika sifat mereka dikritik, atau mereka mungkin memalsukan rasa empati hanya demi mendapat poin plus dari masyarakat. Mereka mungkin saja menunjukkan penyesalan, iba, atau murah hati, tapi tidak ingin atau gagal membuat perubahan nyata dalam sikapnya.
Kepribadian narsistik ini muncul dengan konsisten di lingkungan kerja dan hubungan sosial, bahkan bagaimana mereka berperan sebagai orangtua terhadap anak-anak mereka.
Spoiler for Tanda-tanda orangtua narsistik:

Ekspektasi pencapaian yang dibuat oleh orangtua narsis bukan berdasarkan niat untuk membuat anak menjadi lebih baik, namun cenderung berdasarkan keinginan dan kebutuhan mereka sendiri. Hal ini membuat orangtua tidak/kurang memperlakukan anak mereka sebagai individu secara utuh, namun sebagai cara atau “boneka” yang akan memberikan keuntungan untuk pribadi mereka.
Akibat pola asuh menyimpang ini, bukan tidak mungkin hubungan orangtua dengan anak cenderung kaku karena orangtua terlalu bersikap keras khususnya ketika anak berbuat salah. Orangtua yang narsistik juga cenderung kurang memahami atau tidak memperhatikan kondisi emosi anak mereka karena memiliki rasa empati yang rendah terhadap anak.
Spoiler for Dampak bagi anak:

Dampak utama yang dialami anak akibat pola asuh orang tua narsistik adalah hambatan perkembangan kepribadian yang dapat diwujudkan dengan cara yang berbeda-beda, seperti diantaranya:
Mudah menyalahkan diri sendiri.
Anak yang dibesarkan oleh orang tua narsistik cenderung memiliki harga diri yang rendah. Anak yang dibesarkan oleh orangtua narsis akan lebih mudah mengalami keraguan dan kegelisahan dalam mengambil keputusan. Pasalnya, mereka sudah terbiasa untuk menyesuaikan tindak-tanduk mereka sesuai “aturan” ortu hanya agar tidak dimarahi. Akibatnya ketika mereka berbuat sesuatu, mereka cenderung lebih mudah larut dalam penyesalan dan menyalahkan diri mereka terus menerus.
Tidak memiliki pendapat sendiri.
Pendapat atau pandangan pribadi akan suatu hal diperlukan untuk mengambil keputusan dan menentukan sifat. Namun jika Anak dibesarkan oleh orang tua narsistik, mereka cenderung menekan atau menunjukan sikap tidak suka ketika anak memiliki pendapat berbeda. Akibatnya ketika beranjak dewasa mereka sulit untuk memegang dan mengutarakan pendapat pribadi mereka akan suatu hal.
Orangtua narsis memanipulasi anak untuk memenuhi ekspektasi pribadi.Terlalu khawatir akan hubungan dengan orang lain. Hal ini disebabkan karena kondisi emosional yang kurang stabil sehingga seseorang terlalu khawatir akan hubungannya dengan orang lain akan baik-baik saja atau tidak. Bentuk dari kekhawatiran yang berlebihan tersebut dapat membuat seseorang menghindar untuk bergantung dengan orang lain atau sebaliknya terlalu bergantung terhadap orang lain.
Terlalu bersikap independen.
Hal ini merupakan salah satu cara seseorang merespon pola asuh orangtua narsistik. Dalam hal ini juga terlalu bersikap independen bukan didasari oleh sikap mandiri melainkan oleh pandangan bahwa tidak ada orang yang dapat dipercaya. Akibatnya mereka juga mengalami kesulitan untuk memiliki kedekatan emosional dengan orang alin.
Kurang memperhatikan diri sendiri.
Anak yang memiliki sifat sensitif atau memiliki empati yang cukup tinggi akan merespon sikap narsistik orangtua dengan bersikap tidak memperhatikan dirinya dan selalu memperhatikan kebutuhan orang lain, termasuk orangtua dan orang terdekat. Dampak negatif dari hal ini adalah mereka kurang memperhatikan kebutuhan diri sendiri, hingga bahkan cenderung membenci dirinya sendiri karena takut membebani orang lain.
Memiliki sifat narsistik.
Efek domino ini ebih mungkin dialami oleh anak dengan kepribadian yang keras kepala. Akibat mengenyam pola asuh orangtua narsis seumur hidupnya, mereka cenderung mengikuti pola asuh dan pandangan yang sama dengan orang tua mereka. Dampak lain yang mungkin terjadi jika anak tumbuh sebagai seorang narsistik adalah mereka cenderung menganggap pencapaian, karir cemerlang, atau status pekerjaan merupakan hal mahapenting dalam hidupnya yang akan menentukan harga diri mereka.
Quote:
Dari penjelasan diatas dapat kita kesimpulan berikut ni :
- Kenali diri kita apakah kita termasuk orangtua narsistik
- Jangan memaksakan anak sesuai keinginan kita
- Memperhatikan kapan waktu belajar anak dan kapan bermainnya
- Berikan ruang kepada anak untuk mengexplore dirinya sesuai bakatnya
- Kenali diri kita apakah kita termasuk orangtua narsistik
- Jangan memaksakan anak sesuai keinginan kita
- Memperhatikan kapan waktu belajar anak dan kapan bermainnya
- Berikan ruang kepada anak untuk mengexplore dirinya sesuai bakatnya
Semoga thread ini bermanfaat bagi agan2 semua yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak 
Bagi agan2 yang belum berkeluarga semoga disegerakan menemukan jodohnya

Bagi agan2 yang belum berkeluarga semoga disegerakan menemukan jodohnya

Sekian dari saya, sampai jumpa lagi
Mohon
+
Mohon


Spoiler for Sumur:


bonita71 memberi reputasi
1
9.8K
Kutip
74
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan