azizahnoorqolamAvatar border
TS
azizahnoorqolam
Jangan Sakiti Anakmu
Oleh Azizah Noor Qolam

“Yang rapi nulisnya. Kok, bengkok gini?” Bu Neni marah pada anaknya. Dia cepat-cepat mengambil penghapus dari tempat pensil anaknya. Dengan wajah yang merah membara. Dia menghapus tulisan yang dibuat oleh anaknya.

“Ayo cepat, nulis lagi,”

“Hik......haaa.....hik....” Anaknya malah menangis dengan keras. Bukan meredakan tangis anaknya. Ibu Neni malah makin memarahinya.

“Kamu malah nangis lagi. Cepet!” Bu Neni memegang tangannya dengan sangat keras. Dengan terpaksa anak itu mengikuti perintah sang bunda sambil menangis tersedu-sedu.
...

Apipah, nama aslinya. Namun dia sering dipanggil Pipah. Umurnya kini sudah sembilan tahun. Seharusnya, sekarang dia sudah duduk di kelas 6 Sekolah Dasar. Namun keadaan yang membuat dia tidak dapat masuk ke Sekolah Dasar seperti yang lainnya. Dia mengalami keterbelakangan mental. Dia tidak seperti anak-anak normal pada umumnya. Dia anak yang pendiam. Bicaranya pun tidak jelas. Entah dari usia berapa dia mengalaminya?

“Zaskia....ikut Ibu, yuk!” Aku mengelus rambutnya yang tergerai rapi. Beberapa hari ini aku sangat dekat dengannya. Awalnya memang sulit karena dia begitu tertutup. Di sekolah pun dia selalu mengasingkan dirinya. Perlahan-lahan, aku pasti bisa merubahnya.

Zaskia menatapku lekat-lekat. Matanya seolah berkata-kata padaku. Tiba-tiba tangisnya meledak seketika itu juga. Aku bingung. Tapi aku harus tetap tenang. Menangani anak-anak seperti ini harus penuh dengan kesabaran dan kasih sayang. Aku mendekapnya erat. Tak kuasa aku pun meneteskan air mata. Robbi...kenapa akhir-akhir ini banyak sekali anak-anak yang seperti Zaskia? Malah ada yang lebih parah dari Zaskia.

Redi misalnya, waktu usia 4 tahun dia adalah salah satu anak yang cerdas. Les ini dan itu dia jalani. IQ nya pun di atas rata-rata. Namun siapa sangka, ketika menginjak kelas dua SMP. IQ nya jadi menurun drastis. Dan kini dia berada di antara Zaskia dan anak-anak lainnya.

Terkadang aku berpikir, apa pemerintah tidak memikirkan nasib anak bangsa? Dengan bergonta-ganti kurikulum. Dan memberikan standar kelulusan yang sangat tinggi pada anak-anak. Malah sekarang orang tua pun menuntut agar anak-anak mereka pada usia sedini mungkin untuk bisa baca dan tulis. Padahal, pada masa keemasan, anak hanya boleh diperkenalkan tentang alam, tanaman, binatang, tanah air, dan lainnya. Tanpa harus dibebani dengan baca, tulis dan hitung. Namun pada kenyataannya. Anak seusia dini, mereka dituntut untuk bisa baca, tulis dan hitung.

Seharusnya masa-masa keemasan itu, masa-masanya mereka bermain. Tapi, tak ada salahnya jika ketika bermain, kita mengajari mereka tentang segala hal. Tanpa harus berhubungan dengan angka dan huruf. Namun secara perlahan-lahan kita memberi pengenalan tentang itu pada mereka. Tanpa harus memaksa.

“Ibu....” Sazkia menangis dipelukanku.

“ Ada apa, Sayang?” Aku melepaskan pelukannya dan memandanginya dengan penuh kasih. Anak secantik ini. Kenapa harus mengalami hal semacam ini. Dia sebenarnya anak yang normal. Layaknya anak-anak yang lainnya.

“Ibu....Ayah.....”

“Kenapa Ayah dan Ibumu?”

“Meleka me...ninggal...kan aku....”

“Oh....Sayang,”

“Me...le...ka...ti...da...me...nya...yangi...Kia,”

Aku mendekapnya lagi lebih erat. Airmata tak bisa aku bendung lagi. Orang tua terkadang menjadi penyebab utama bagi nasib anak mereka. Mereka selalu egois dengan perasaan mereka sendiri. Perceraian, kadang membuat anak menjadi strees dan defresi seperti ini. Mereka bingung mencari kasih sayang kemana? Hingga maraklah terjadi kenakalan remaja, Tauran, mabuk-mabukan, ugal-ugalan di jalan, dan pelecehan. Sampai banyak anak yang mengalami Mental Hectic. Penyebab timbulnya Mental Hectic dikarenakan banyaknya tekanan, intimidasi, hinaan, ejekkan, dan standar nilai yang terlalu tinggi. Yang tak bisa dikejar oleh anak. Siapa yang mesti disalahkan atas nasib anak-anak ini? Orang tua kah?

Orang tua adalah teladan anak-anaknya. Orang tua lah yang mesti memberikan contoh yang baik. Jangan karena keegoisan dan ambisi kita. Anak menjadi korban. Anak titipan dari-Nya. Yang harus kita jaga. Agar suatu saat nanti Ia menjadi anak yang baik bagi bangsa dan agamanya. Ketika pada masa kanak-kanak. Biarkan mereka bereksperi sesuai keinginannya. Biarkan dia bermain sekemauan mereka. Jangan memaksa. Secara bertahap kita memberikan pengertian pada mereka. Hingga tak ada lagi anak yang mengalami hal seperti Apipah dan Redi.

“Sazkia, kan ada Ibu di sini. Ibu akan selalu menyayangi kalian. Ibu akan selalu menyayangi kalian. Sampai Allah menjemput ibu,” Aku mencium pipinya. Ia pun menatapku dengan seulas senyum yang tak pernah aku lihat selama ini. Senyum yang begitu indah. Tetaplah tersenym anak-anakku. Buat dunia bangga pada kalian.....
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.8K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan