MANTAN Ketua PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif menegaskan, keputusan Donlad Trump yang mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel adalah keputusan gila yang membuat dunia menjadi panas pula.



Dikatakan, tampilnya Trump di panggung pemerintahan Amerika Serikat ini juga menunjukkan bahwa di demokrasi di negeri Paman Sam itu ternyata dapat menghasilkan orang gila seperti Trump.



Kepada wartawan di Yogyakarta, Rabu (13/12), Buya Syafii lebih lanjut mengatakan, menghadapi keputusan Donald Trump itu, sikap negara-negara Eropa cukup bagus, karena tidak kemudian mengikuti keinginan Washington.



"Orang Amerika Serikat harus segera siuman," katanya.



Ia menjelaskan putusan Donald Trump itu belum tentu akan diikuti oleh negara-negara sekutu Amerika Serikat.



Sementara dalam menghadapi hal ini, OKI (Organisasi Konferensi Islam) menurut Buya, tidak akan banyak berbuat. "OKI ini sudah rapuh. Tak ada yang bisa diharapkan," ujarnya.



Ia bahkan menyebut Timur Tengah juga sudah ambruk. Kalaupun nantinya KTT OKI akan menghasilkan deklarasi, Buya Syafii pesimistis akan diikuti. Pasalnya, resolusi PBB saja tidak digubris apalagi hanya resolusi dari organisasi yang menurutnya tidak memiliki kekuatan.



Apalagi, ujarnya, Arab Saudi pun sudah menunjukkan sikap yang berbeda. Menurut Buya menanggapi putusan Trump itu, Arab Saudi justru meminta Palestina mencari ibukota yang lain.



Sikap Arab Saudi yang seperti itu, ujarnya, karena Raja Salman bermitra akrab dengan Donald Trump, sedangkan Putra Mahkota Pangeran Muhammad Bin Salman, akrab dengan menantu Donald Trump.



"Trump ini tidak beres. Hanya beda tipis dengan Kim Jong Un," katanya.



Pada kesempatan itu, Buya Syafii mengungkapkan, sikap Amerika Serikat itu bisa jadi karena ingin balas dendam. "Amerika ini negara imperialis kesiangan. Kasihan," katanya. (X-12)






Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...ila/2017-12-13

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Ketua Umum REI Didapuk Jadi Presiden FIABCI Asia Pasifik

- Utusan Khusus Presiden RI Desak Negara OKI Boikot Rencana AS

- Difteria Bunuh Sembilan Pengungsi Rohingya Di Bangladesh