Sepakbola memang dicinta di negeri ini tapi lagi-lagi ketamakan FA di Indonesia menjadi mimpi buruk suporter negeri ini dimanapun berada, FA Indonesia sering disebut PSSI terlalu sibuk mengurusi periuk nasi perut sendiri, banyaknya carut marut di Liga Indonesia menjadi bukti hancurnya management di persepakbolaan kita.



Statuta FIFA seringkali menjadi tameng mereka agar tidak di bully, moga saja ketika saat ini Sepakbola Indonesia sudah bangun dari mati suri bisa lebih bertaring lagi, karena ketua umum PSSI berasal dari TNI yang harusnya tegas dalam memimpin gerbong PSSI.

Terkait dengan kerusuhan suporter di tanah air, yang semakin menjadi-jadi hingga nyawa seakan harganya murah sekali, saling sikut, saling hantam, saling ejek dan di kedepankan hanya emosi.

Sanggupkah PSSI belajar dari FA Inggris, dimana tragedi Heysel membuat perubahan bentuk dan keamanan di stadion. Peristiwa Hillsborough membuat FA segera mungkin menerapkan peraturan yang mereka keluarkan hingga akhirnya kini benar-benar merubah wajah persepakbolaan Inggris.



Terutama yang akan kita bahas disini dari segi stadionnya, buat pecinta sepakbola pastinya mengerti Tragedi Pertandingan antara Liverpool dan Juventus di liga champions bertempat di Belgia menjadi momentum semua lini berubah, 5 tahun di sanksi gara-gara hal ini bahkan tak hanya Liverpool semua klub pun tak bisa bertanding di event UEFA, lalu suporter garis keras Holligans pun berubah jadi menurut kok bisa ??

Itulah bedanya edukasi di eropa dan negeri ini, di sana peraturan di buat untuk ditaati bukan untuk di langgar, itulah yang membuat eropa cepat berkembang menjadi negara maju dan damai.

Peraturan FIFA pada waktu itu standard stadion memang dengan pagar agar kerusuhan yang membuat para pemain terancam dapat di hindari, maklum saja sepakbola itu membuat tensi emosi tinggi tak hanya disini, di seluruh dunia pun sama sepakbola memang menjadi biang kerusuhan.



Namun hal gila yang dilakukan FA Inggris sungguh diluar kebiasaan pada waktu itu, mereka melarang konsep stadion berpagar dan wajib ada kursi di semua stadion, tiket pertandingan pun dibuat sesuai kursi yang ada di stadion, jadi tak ada lagi tiket yang berdiri semuanya harus sesuai kapasitas stadion.

Publik pun saat itu menganggap FA Inggris sudah gila, namun saat ini terbukti stadion di Inggris raya memang tidak memiliki pagar dan wajib ada kursi, tak hanya itu jarak penonton dan lapangan hanya 2-3 meter sangat dekat sekali, apakah tidak berpotensi rusuh ??

Suporter yang rusuh di stadion akan di blacklist tidak boleh menonton perrandingan di seluruh stadion oleh FA tidak hanya itu penonton tersebut juga dilaporkan ke UEFA oleh FA Inggris, bahkan seorang King Eric Cantona pun pernah berbuat ulah dan terkena sanksi akibat jurus kungfunya, ketika berlaga bersama Crystal Pallace.



Berkaca pada hal itu maukah PSSI melakukan hal serupa seperti FA Inggris, sanggupkah bila di Demo oleh pihak club yang mementingkan ego pribadi ?? Bukti nyata club doyan demo bila di liga kita adalah dualisme liga yang terjadi di Indonesia, ohhhh...lucunya negeri ini yang katanya ramah dan santun tapi kok ga tunduk pada aturan main dan hukum yang berlaku.

Entahlah mentalitas anak negeri ini memang tak bijak dan terkadang arogan, merasa mampu mengguncang dunia tapi kekuatan yang ada hanya membuat tersenyum negara adidaya, sudahlah jangan terlalu lebay ada si messi, CR 7, Maradona asal negeri ini lebih baik benahi struktur pendidikan sepakbola, agar mencetak bakat di negeri ini bisa berjaya nantinya.

Jangan lupa benahi stadion terutama rumputnya, seperti Thailand stadion kecil rumputnya tertata dan dijaga dan jangan lupa didik juga suporternya dengan teknologi AI pengenal wajah, bila rusuh lebih mudah buat di cyduk dan bertanggung jawab.

Beranikah PSSI mencontoh hal gila seperti yang dilakukan oleh FA Inggris...??

Kita tunggu saja sambil srruuppuut kopi kawann...



Penulis c4punk

:nyantai