- Beranda
- Komunitas
- News
- Citizen Journalism
BERGESERNYA KONTEN DANGDUT D’ACADEMY DI TELEVISI YANG KURANG MENGEDUKASI BAGI ANAK


TS
fanadyaeva
BERGESERNYA KONTEN DANGDUT D’ACADEMY DI TELEVISI YANG KURANG MENGEDUKASI BAGI ANAK
Vol. 3, No 04 (2015), Televisi sendiri adalah media yang mampu menyajikan pesan dalam bentuk suara, gerak pandangan, dan warna secara bersamaan, sehingga mampu menstimuli indera pendengaran dan penglihatan (Wardhani 2008: 31).
Ajang pencarian bakat yang ditayangkan di tv terbukti mampu menaikkan reting di stasiun televisi. Pada ada awal tahun 2000, program acara televisi didominasi dengan program acara ajang pencarian bakat menyanyi, pada saat itu kebanyakan pencarian bakat musik yang berjenis musik pop dan menengelamkan musik dangdut yang sudah ada sejak dulu. Tetapi pada tahun 2013 musik dangdut mulai bangkit lagi dengan adanya acara pencarian bakat D’Academy yang tayang di Indosiar.
Tayang D’Academy ternyata mampu menaikkan reting siaran di Indosiar yang sangat booming di masyarakat. Dari konten dangdut D’Academy ini semakin mejamur acara-acara musik dangdut lainnya yang ada di stasiun tv lainnya. Siaran D’Academy disiarakan pada waktu-waktu primetime yang semakin menaikkan retingnya.
Dangdut bisa dikatakan hiburan yang sangat menarik di kalangan masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Penggemar dangdut tidak hanya untuk masyarakat menengah kebawah tetapi juga kalangan atas. Penyajian tayangan dangdut terkadang kontroversional dari lirik lagunya disertai dengan goyanggannya. Maka tidak heran banyak kasus yang dialami penyanyi dangdut akibat goyangannya yang mungkin bisa dikatakan tidak senonoh (tidak beretika).
Bangkitnya musik dangdut ini tentu sangat menghibur tetapi kebangkitan ini justru tidak di imbangi dengan pengetahuan bagi anak-anak. Sangat disayangkan dengan jumlah penonton yang sangat banyak dan menjadi salah satu tayangan yang mempunyai reting tinggi tidak mempunyai isi tayangan yang edukasi terhadap anak dan juga durasi tayangan yang sangat lama 5-6 jam mulai dari jam 18.00 WIB sampai tengah malam sangat perdampak terhadap audien utamanya anak.
Bukan tentang program acara yang disajikan yang menjadi permasalahan kenapa acara D’Academy kurang mendidik tetapi lebih terhadap para artis yang menjadi juri dan juga host terlalu lama berbica sesuatu hal dan bercanda yang sangat tidak penting pada saat memberikan komentar terhadap para peserta. Hal ini justru memberikan citra yang kurang baik karena disini bukan tentang bagaiman program tayang D’Academy ini untuk mencari bibit para pedangdut muda yang akan melestarikan mesik dangdut kedepannya yang menjadi musik khas Indonesia tapi lebih kepada juri dan host yang berlomba membuat diri mereka semakin terkenal dengan bercaandaan mereka yang terkadang tidak pantas dilihat dan didengar oleh anak-anak tentunya.
Kajian isi dalam suatu tayang televise tentu mempunyai etika-etika yang harus dilakukan dan tidak boleh dilanggar. Tidak hanya sekali duakali permasalahan personal dari para juri maupun host justru diangkat menjadi perbincangan untuk saling mengejek satu sama lain pada saat acara D’Academy berlangsung. Jelas jika di acar tersebut banyak melanggar etika dalam siaran televisi.
Menurut KBBI, sebagaimana dikutip oleh Ikbal Rachmat dalam artikelnya yang berjudul Analisa Penerapan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program SIaran (Studi Kasus Perspektif Antara KPI dan ANTV pada Program Acara Pesbukers yang dimuat di Jurnal Ilmu Komunikologi Vol.12, No 01 (2015), Etika penyiaran adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Etika merupakan aturan-aturan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk mengenai tingkah laku manusia, etika juga berbicara tentang hak dan kewajiban moral yang harus manusia sadari. Etika dengan sendirinya bisa diartikan sebagai ilmu yang membicarakan masalah perbuatan tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang buruk. Etika sendiri sering digunakan dengan kata moral, susila, budi pekerti dan akhlak. Etika penyiaran menjadi hal yang sangat penting peranannya dalam perkembangan media massa di Indonesia. Dengan adanya etika penyiaran, para pelaku media massa mempunyai batasan-batasan dan aturan baik buruk dalam menyebarkan informasi, dan pada etika penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia membuat keputusan peraturan serta mengkategorikan peraturan tersebut dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran merupakan ketentuan – ketentuan bagi lembaga penyiaran yang ditentukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia untuk menyelenggarakan dan mengawasi sistem penyiaran nasional Indonesia. Adapun dasar, tujuan, arah dan asas Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran pada pasal 5 sekurang-kurangnya berkaitan dengan : 1) Rasa hormat terhadap pandangan keagamaan; 2) Rasa hormat terhadap hal pribadi; 3) Kesopanan dan
kesusilaan; 4) Pelarangan dan pembatasan sedgan seks, kekerasan, dan sadisme; 5) Perlindungan terhadap anak-anak, remaja dan perempuan; 6) Penggolongan program menurut usia dan khalayak; 7) Penyiaran program dalam bahasa asing; 8) Ketepatan dan kenetralan program berita; 8) Siaran langsung,; dan Siaran iklan.
Melihat isi konten yang disajikan disamping tujuan dari adanya program D’Academy memang cenderung tidak bermanfaat seperti lawakan juri dan host yang justru bisa mempengaruhi audiens tidak menutup kemungkinan justru membawa dampak negative dan etika penyiaran tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Ajang pencarian bakat yang ditayangkan di tv terbukti mampu menaikkan reting di stasiun televisi. Pada ada awal tahun 2000, program acara televisi didominasi dengan program acara ajang pencarian bakat menyanyi, pada saat itu kebanyakan pencarian bakat musik yang berjenis musik pop dan menengelamkan musik dangdut yang sudah ada sejak dulu. Tetapi pada tahun 2013 musik dangdut mulai bangkit lagi dengan adanya acara pencarian bakat D’Academy yang tayang di Indosiar.
Tayang D’Academy ternyata mampu menaikkan reting siaran di Indosiar yang sangat booming di masyarakat. Dari konten dangdut D’Academy ini semakin mejamur acara-acara musik dangdut lainnya yang ada di stasiun tv lainnya. Siaran D’Academy disiarakan pada waktu-waktu primetime yang semakin menaikkan retingnya.
Dangdut bisa dikatakan hiburan yang sangat menarik di kalangan masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Penggemar dangdut tidak hanya untuk masyarakat menengah kebawah tetapi juga kalangan atas. Penyajian tayangan dangdut terkadang kontroversional dari lirik lagunya disertai dengan goyanggannya. Maka tidak heran banyak kasus yang dialami penyanyi dangdut akibat goyangannya yang mungkin bisa dikatakan tidak senonoh (tidak beretika).
Bangkitnya musik dangdut ini tentu sangat menghibur tetapi kebangkitan ini justru tidak di imbangi dengan pengetahuan bagi anak-anak. Sangat disayangkan dengan jumlah penonton yang sangat banyak dan menjadi salah satu tayangan yang mempunyai reting tinggi tidak mempunyai isi tayangan yang edukasi terhadap anak dan juga durasi tayangan yang sangat lama 5-6 jam mulai dari jam 18.00 WIB sampai tengah malam sangat perdampak terhadap audien utamanya anak.
Bukan tentang program acara yang disajikan yang menjadi permasalahan kenapa acara D’Academy kurang mendidik tetapi lebih terhadap para artis yang menjadi juri dan juga host terlalu lama berbica sesuatu hal dan bercanda yang sangat tidak penting pada saat memberikan komentar terhadap para peserta. Hal ini justru memberikan citra yang kurang baik karena disini bukan tentang bagaiman program tayang D’Academy ini untuk mencari bibit para pedangdut muda yang akan melestarikan mesik dangdut kedepannya yang menjadi musik khas Indonesia tapi lebih kepada juri dan host yang berlomba membuat diri mereka semakin terkenal dengan bercaandaan mereka yang terkadang tidak pantas dilihat dan didengar oleh anak-anak tentunya.
Kajian isi dalam suatu tayang televise tentu mempunyai etika-etika yang harus dilakukan dan tidak boleh dilanggar. Tidak hanya sekali duakali permasalahan personal dari para juri maupun host justru diangkat menjadi perbincangan untuk saling mengejek satu sama lain pada saat acara D’Academy berlangsung. Jelas jika di acar tersebut banyak melanggar etika dalam siaran televisi.
Menurut KBBI, sebagaimana dikutip oleh Ikbal Rachmat dalam artikelnya yang berjudul Analisa Penerapan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program SIaran (Studi Kasus Perspektif Antara KPI dan ANTV pada Program Acara Pesbukers yang dimuat di Jurnal Ilmu Komunikologi Vol.12, No 01 (2015), Etika penyiaran adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Etika merupakan aturan-aturan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk mengenai tingkah laku manusia, etika juga berbicara tentang hak dan kewajiban moral yang harus manusia sadari. Etika dengan sendirinya bisa diartikan sebagai ilmu yang membicarakan masalah perbuatan tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang buruk. Etika sendiri sering digunakan dengan kata moral, susila, budi pekerti dan akhlak. Etika penyiaran menjadi hal yang sangat penting peranannya dalam perkembangan media massa di Indonesia. Dengan adanya etika penyiaran, para pelaku media massa mempunyai batasan-batasan dan aturan baik buruk dalam menyebarkan informasi, dan pada etika penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia membuat keputusan peraturan serta mengkategorikan peraturan tersebut dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran merupakan ketentuan – ketentuan bagi lembaga penyiaran yang ditentukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia untuk menyelenggarakan dan mengawasi sistem penyiaran nasional Indonesia. Adapun dasar, tujuan, arah dan asas Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran pada pasal 5 sekurang-kurangnya berkaitan dengan : 1) Rasa hormat terhadap pandangan keagamaan; 2) Rasa hormat terhadap hal pribadi; 3) Kesopanan dan
kesusilaan; 4) Pelarangan dan pembatasan sedgan seks, kekerasan, dan sadisme; 5) Perlindungan terhadap anak-anak, remaja dan perempuan; 6) Penggolongan program menurut usia dan khalayak; 7) Penyiaran program dalam bahasa asing; 8) Ketepatan dan kenetralan program berita; 8) Siaran langsung,; dan Siaran iklan.
Melihat isi konten yang disajikan disamping tujuan dari adanya program D’Academy memang cenderung tidak bermanfaat seperti lawakan juri dan host yang justru bisa mempengaruhi audiens tidak menutup kemungkinan justru membawa dampak negative dan etika penyiaran tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya.


anasabila memberi reputasi
1
3.1K
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan