Kaskus

Entertainment

c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
Yuk Kita Belajar Bendera Rasulullah


Melihat fenomena debat di ILC tentang bendera Rasulullah, nah disini ada perbedaan jadi seperti apa sebenarnya bendera itu ??

Yuk mari kita bahas disini dengan ilmu kasak kusuk, mau di percaya monggo di kritik ya gapapa nanti akan timbul diskusi yang menarik karena itulah yang dicari dalam sebuah forum, membuka wawasan pembaca dari tidak mengerti menjadi mengerti, walau banyaknya nanti perbedaan setidaknya ambillah yang baik, itulah sebuah diskusi berbeda dari arena debat yang membela opini sampai mati walau argument itu salah sekalipun dan tak punya data yang kuat.

Yuk Kita Belajar Bendera Rasulullah

Berkaca pada hadist diatas ( ingat hadist adalah ucapan sahabat yang dibukukan ulama setelahnya, bagaimana apa kita harus taklid bahwa itu pasti benar ?? Bisa benar bisa juga salahTentunya tidak sesempurna Quran yang memang Firman ).

Ok dari penggalan hadist diatas memang tak salah, bendera (umbul-umbul dipakai untuk mengetahui pihak lawan dan kawan dalam peperangan ), konteksnya pada waktu itu memang demikian bendera di pakai di zaman Rasull pada waktu perang jadi bukanlah bendera negara, anda bisa lihat pemakaian umbul-umbul pada pasukan romawi, attilla hunt dan lainnya pada masa itu.

Dalam kitab Fath al-Bari Syarh Shahih Bukhari diterangkan bahwa warna bendera Rasulullah saw masih diperdebatkan disebabkan perbedaan redaksi hadits dan riwayat yang beragam. Dalam haditsnya Jabir diterangkan bahwa bendera Rasul saat masuk Makkah berwarna putih (anna Rasulallah dakhala Makkata wa liwa`uhu abyadh). Dalam haditsnya al-Bara’ diterangkan warnanya hitam (anna rayata Rasulillah kanat sauda`).

Abu Dawud meriwayatkan bendera Rasulullah berwarna kuning (raaytu rayata Rasulillah shallallahu ‘alayhi wasallama shafra`).

Imam Manawiy berkata, “Panji beliau saw berbentuk persegi empat, terbuat dari kain wool. Ia berujud bendera besar. Panji itu dinamakan al-‘Uqab.” Ibnu ‘Asakir meriwayatkan dari ‘Aisyah, “Liwaa’ Rasulullah saw pada saat penaklukan warnanya putih. Sedangkan panji beliau saw berwarna hitam. Panji itu terbuat dari secarik kain wool. Panji itu disebut dengan al-‘Uqab”. Panji itu pernah dibawa oleh Khalid bin Walid untuk menaklukkan Damaskus dua kali. Panji itu pun kadang-kadang dinamakan dengan Tsaniyat al-‘Uqab.

Ia juga berkata, “Panji beliau juga diberi nama dengan an-namr. Dinamakan an-namr, sebab warnanya seperti warna an-namr antara hitam dan putih. Beliau saw juga memiliki bendera berwarna kuning. Namun bendera ini tidak memiliki nama. Beliau juga memiliki panji berwarna hitam. Maksudnya, warnanya didominasi warna hitam. Sehingga, bila dilihat dari jauh tampak berwarna hitam. Sebab, warna panji tersebut adalah hitam polos. Di tengah panji tersebut ditulis “La ilaha Illa al- Allah Muhammad Rasul al-Allah”.

Sebagian besar nash hanya menyatakan bahwa panji Rasulullah saw berbentuk persegi empat. Disebutkan dalam riwayat Bara’ bin al-‘Azib, “(Panji Rasulullah saw) berbentuk persegi empat dan terbuat dari wool.” Dalam riwayat Ibnu ‘Abbas disebutkan, “(Panji Rasulullah saw) berwarna hitam, berbentuk persegi empat, dan terbuat dari kain wool.” Al-Kattaaniy mengeluarkan riwayat dari Abu Zar’ah al-Qaza’iy, yang menyatakan, “Rasulullah saw telah menyerahkan kepada ‘Ali sebuah panji berwarna putih yang ukurannya sehasta kali sehasta.” Ini menunjukkan, ukuran panji di masa Rasulullah saw, yakni sehasta kali sehasta. Ini juga berarti, bahwa ukuran bendera Rasulullah saw lebih besar lagi. (Taratib al-Idariyyah: I/320–322).

At-Thabrani dan Abu Syaikh menuturkan dari Abu Hurairah dan Ibnu ‘Abbas, bahwa bendera Rasulullah saw bertuliskan “La ilaha Illa Al-Allah Mohammad Rasul al-Allah”. (Akhlaq an-Nabi wa Adabuhu-Abu Syaikh: hal. 155, no. 426). Riwayat senada juga dituturkan at-Thabarani dari Buraidah al-Aslami, dan Ibnu ‘Adiy dari Abu Hurairah. Sedangkan khath (tulisan)-nya adalah khath yang masyhur di masa Rasulullah saw, yakni khath Makkiy(khath Makkah) dan Madaniy (khath Madinah). Ini didasarkan pada keterangan yang disampaikan oleh Ibnu an-Nadim (al-Fahrist: hal. 8).

Dari sini bisa disimpulkan, sebagai berikut:

1- Bendera Rasulullah saw yang paling besar (Liwa’) berwarna putih dan bertuliskan “La ilaha Illa Allah Muhammad Rasulullah”.

2- Panji (Rayah) Rasulullah saw berwarna hitam, dan di dalamnya bertuliskan “La ilaha Illa Allah Muhammad Rasulullah” warna putih.

3- Al-‘Alam adalah al-liwaa’ al-a’dham (bendera besar). Sedangkan ar-raayaat adalah panji yang secara khusus dimiliki oleh setiap kabilah atau tiap divisi pasukan, dan lain-lain. Panji semacam ini jumlahnya sangat banyak. Sedangkan liwaa’ (bendera) jumlahnya hanya satu, tidak banyak.

4- Liwaa’ (bendera) adalah bendera resmi Daulah Islam di masa Rasulullah saw dan para Khalifah setelah beliau saw. Ini adalah kesimpulan Imam al-Sarakhsiy, dan dikuatkan dalam kitab Syarh As-Sair al-Kabir, karya Imam Muhammad bin al-Hasan as-Syaibaniy, murid Imam Abu Hanifah. Disimpulkan, “Liwaa adalah bendera yang berada di tangan penguasa. Ar-Raayah, adalah panji yang dimiliki oleh setiap pemimpin divisi pasukan, dimana semua pasukan yang ada dalam divisinya disatukan di bawah panji tersebut. Liwaa hanya berjumlah satu buah untuk keseluruhan pasukan. Liwaa digunakan sebagai patokan pasukan ketika mereka merasa perlu untuk menyampaikan keperluan mereka ke hadapan penguasa (Imam). Liwaa dipilih berwarna putih. Ini ditujukan agar ia bisa dibedakan dengan panji-panji berwarna hitam yang ada di tangan para pemimpin divisi pasukan.”

Yuk Kita Belajar Bendera Rasulullah

Lalu bagaimana dengan warna hijau ??

Umat Muslim awalnya tidak mempunyai simbol. Selama masa Nabi Muhammad SAW, pasukan dan karavan Islam mengibarkan bendera berwarna polos (biasanya hitam, hijau, atau putih atau kuning) untuk identifikasi. Di generasi berikutnya, pemimpin-pemimpin Muslim terus menggunakan bendera hitam, putih, atau hijau tanpa tanda, tulisan, atau simbol.

Loh tulisan tauhid itu bagaimana ??

Berkaca pada hadist ini berarti tidak semua bendera bertuliskan syahadat.

“‘Sungguh besok aku akan menyerahkan ar-râyah atau ar-râyah itu akan diterima oleh seorang yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya atau seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Allah akan mengalahkan (musuh) dengan dia.’. Tiba-tiba kami melihat Ali, sementara kami semua mengharapkan dia. Mereka berkata, ‘Ini Ali.’. Lalu Rasulullah Saw memberikan ar-rayah itu kepada Ali. Kemudian Allah mengalahkan (musuh) dengan dia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Ar-Râyah dipegang oleh Zaid, lalu ia gugur; kemudian diambil oleh Ja‘far, lalu ia pun gugur; kemudian diambil oleh Ibn Rawahah, dan ia pun gugur.” (HR. Bukhari).

Hadits-hadits tadi berbentuk informasi (repotase) yang disampaikan oleh sahabat Nabi Saw. Tidak ditemukan indikasi (qarinah) dan konotasi yang menunjukkan perintah dari Nabi Muhammad Saw untuk menggunakan Liwa Rayah. Hadits-hadits itu mendeskripsikan bentuk dan warna bendera Rasulullah Saw sekaligus menunjukkan perbedaan kegunaan Liwa dan Rayah tanpa ada ‘amr (perintah) kepada umatnya nanti agar berbendera seperti Beliau Saw. Teks-nya (manthuq) tidak mengandung pujian bagi orang yang menggunakan ataupun celaan bagi yang meninggalkan. Tidak ada kata dan frase yang bermakna thalab (tuntutan) bagi umat untuk berbendera Liwa dan Rayah sehingga dapat disimpulkan bahwa menggunakan Liwa dan Rayah serta bendera tauhid pada umumnya, mubah, bukan fardhu.

Jelas sekali ini panji pada masa itu di pakai dalam peperangan dan hanya satu panji yang bertuliskan lainnya polos.

Kalau melihat dari tulisan khat zaman di masa rasull hidup harusnya tanpa tanda baca, bukan seperti yang sekarang, seperti yang tertera pada bendera arab saudi.

Khath yang manakah yang sama persis dengan khath pada bendera Rasulullah Saw dulu? Khath versi HTI tulisan لا اله الا الله dan الله محمد رسول berbentuk langsing dan runcing ditambah dengan tanda baca (syakl). Kalau kita lihat khath pada dokumen surat-surat Rasulullah Saw, tulisan huruf-hurufnya agak gemuk dan gundul. Karena itu tulisan dua kalimat syahadat pada bendera Liwa Rayah versi HTI diduga kuat hasil modifikasi. Justru bendera tauhid versi ISIS lebih mirip dengan khath yang ada didokumen surat-surat Nabi Saw dan stempel Rasulullah Saw.

Kesimpulannya bendera itu digunakan di masa perang dan di masa khalifah dan dinasti, sebagai pembeda antara dua pasukan yang bertikai...kalau sekarang selama HTI yg menduplikasi panji Rasull tidak berbaiat pada pemimpin yang ada di Makkah masjidil haram yah kita jgn langsung taklid buta.

Karena harus kita resapi hadist dari Tsauban Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Ada tiga orang yang akan saling membunuh di dekat harta simpanan kalian (manusia). Mereka semua putra khalifah. Kemudian simpanan itu tidak dikuasi salah satu dari mereka. Hingga muncul bendera-bendera hitam dari arah timur, lalu mereka akan memerangi kalian dengan peperangan yang tidak pernah dilakukan oleh satu kaum pun

Kata Tsauban: lalu beliau menuturkan sesuatu yang tidak aku hafal, kemudian beliau bersabda,

Jika kalian melihatnya, maka baiatlah dia! Walaupun dengan merangkak di atas salju, karena sesungguhnya dia adalah khalifah Allah al-Mahdi. (HR. Ibn Majah 4222, Hakim dalam al-Mustadrak 4/463, dishahihkan Hakim dan disetujui adz-Dzahabi. Dan Sanadnya dinilai kuat dan shahih oleh Ibnu Katsir).

Berarti di arah timur sudah terjadi peperangan dahsyat, dan mungkin saja perang nuklir terjadi.

Dan inilah secara singkat bendera itu bertransformasi.
Pada masa Khulafaur Rasyidin, al-Liwa‘ dan ar-Rayah mengikuti yang ada pada masa Rasulullah saw., yaitu al-Liwa‘ (bendera putih) dan ar-Rayah (bendera hitam) bertuliskan: Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh. Pada masa Khalifah Abu Bakar, misalnya, sebanyak 11 (sebelas) al-Liwa‘ dibawa pasukan Islam dalam perang untuk memerangi orang-orang murtad di berbagai pelosok Jazirah Arab (Ibnul Atsir, Al-Kâmil fî at-Târîkh, II/358).

Pada masa Khilafah Bani Umayyah, ar-Rayah mereka warnanya hijau. Sebagaimana disebutkan Imam al-Qalqasyandi, “Syiar mereka adalah warna hijau.” (Ma’âtsir al-Inâfah fî Ma’âlim al-Khilâfah, II/805).

Namun, sebagian sejarahwan seperti George Zaidan dalam bukunya, Târîkh at-Tamaddun al-Islâmi (I/88) menyebutkan warna ar-Rayah atau al-Liwa` masa Khilafah Umayah adalah hijau atau putih (Shalih bin Qurbah, Ar-Rayât wa al-A’lam fî at-Târîkh al-‘Askari al-Islâmi, hlm. 3).

Pada masa Khilafah Bani ‘Abbasiyah, al-Liwa’ dan ar-Rayah mereka berwarna hitam. Dengan demikian berakhirlah penggunaan warna hijau pada masa Khilafah Bani Umayah, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Qalqasyandi (Ma’âtsir al-Inâfah fî Ma’âlim al-Khilâfah, II/805).

Yuk Kita Belajar Bendera Rasulullah

Pada masa Khilafah Utsmaniyah, pada al-Liwa‘ atau ar-Rayah mereka terdapat gambar hilal (bulan sabit), meneruskan tradisi yang dirintis oleh rezim Fathimiyyin di Mesir. Sebagian orientalis mengklaim bahwa rezim Fathimiyyin mengambil gambar hilal tersebut dari tradisi Kerajaan Bizantium yang menggunakan gambar bulan sebagai simbol mereka (Amin al-Khauli, Al-Jundiyah wa as-Silm, hlm. 149).
[sumber:voiceofmuslimahbekasi.wordpress.com]

Jadi siapa saja yang memakainya silahkan saja, namun bukan berarti golongan yg memakainya di masa kini pasti benar, karena tauhid yg sebenarnya ada di hati kita manusia sebagai pedoman iman.

Semoga dapat menjadi referensi ilmu ya guys...


Referensi

https://konsultasisyariah.com/24259-...i-dibaiat.html

https://jalanakhirat.wordpress.com/2...adurrasulullah


http://calltoislamindonesia.blogspot...islam.html?m=1








Diubah oleh c4punk1950... 09-12-2017 08:57
0
14.4K
27
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan