- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
PERJANJIAN TENTANG RAHASIA BUMI DAN SURGA | Review Novel "Dunia Cecilia"


TS
maulidanuris
PERJANJIAN TENTANG RAHASIA BUMI DAN SURGA | Review Novel "Dunia Cecilia"

Sebuah pepatah barat mengatakan, Don’t judge book by it’s cover. Namun tidak demikian dengan saya. Saya memilih buku Dunia Cecilia karena melihat covernya yang sangat menarik, dengan desain gambar animasi yang di sajikan, membuat pembaca merasa penasaran akan isi dari buku ini. Selain itu, buku-buku karya Jostein Gaarder memang dikenal karena menyajikan filsafat dalam balutan dongeng, yang memudahkan pembaca untuk memahaminya.
Namanya Cecilia, gadis yang cerdas dan punya imajinasi tinggi yang gemar mengoleksi batu-batu indah di kamarnya. Di kolong ranjangnya, bersembunyi Diari Cina. Diari Cina adalah sebuah buku catatan kecil bersampul kain pemberian seorang dokter di rumah sakit. Jika ia arahkan diari itu ke cahaya, benang-benang sutra warna hitam, merah, dan hijau pun berpendaran. Ia sudah bertekad untuk mencatat semua gagasan yang melintas di benaknya tatkala ia terbaring di ranjang.
Tahun ini, Cecilia tidak bisa berdiri di pintu depan untuk mendengarkan dentang lonceng Natal bersama Kakek, Nenek, Ayah, Ibu, dan adiknya Lars. Ia sedang sakit, dan bukan sekedar sakit ringan, seperti pada Oktober dan November kemarin. Sekarang, Cecilia benar-benar sakit sampai-sampai Natal terasa bak segenggam pasir yang berguguran dari sela-sela jarinya saat ia tertidur atau setengah-tidur. Setidaknya ia tak harus tinggal di rumah sakit. Di sana, mereka sudah memasang dekorasi Natal sejak awal Desember. Untung ia sudah tahu sebelumnya seperti apa Natal itu.
Cecilia terbangun tiba-tiba. Pasti sudah tengah malam karena rumah sudah betul-betul sunyi. Ia mendengar sebuah suara bertanya, “Nyenyak tidurmu?”
Cecilia mengangkat badannya dan melihat ke sekeliling. Kemudian, ia terpaku. Satu sosok duduk di pinggiran jendela. Pinggiran itu hanya cocok untuk anak kecil, tapi itu bukan Lars. Cecilia mencoba menggosok-gosok matanya, tapi sosok berjubah putih itu terlihat masih duduk di situ. Cecilia tidak tahu pasti apakah ia laki-laki atau perempuan, karena ia tak punya sehelai rambut pun dikepalanya.
Makhluk yang dilihat Cecilia pada malam itu adalah sesosok malaikat yang datang dari surga, bernama Ariel. Malaikat Ariel ditugaskan oleh Tuhan untuk menjadi pendamping Cecilia ketika ia sedang sakit. Malaikat Ariel telah mengetahui semua yang Cecilia lakukan bahkan sebelum Cecilia jatuh sakit. Malam itu, terjadi sebuah dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel hingga menjelang pagi. Banyak yang Cecilia tanyakan tentang keanehannya mengenai malaikat Ariel begitu juga sebaliknya.
Ariel meminta Cecilia menceritakan bagaimana rasanya menjadi manusia. Kemudian Cecilia mengajukan syarat dan membuat sebuah perjanjian dengan Ariel. Perjanjian tersebut berisi Cecilia harus menceritakan semua rahasia mengenai bumi dan isinya, sedangkan malaikat Ariel juga harus menceritakan semua rahasia yang ada di surga.
Wujud malaikat yang sebenarnya
Malaikat yang diceritakan dalam buku ini, bukan seperti malaikat yang dibayangkan oleh kebanyakan orang selama ini. Kebanyakan dari kita membayangkan sesosok malaikat adalah seperti ruh tanpa tubuh yang melayang pulang-pergi antara surga dan bumi. Yang selama ini terngiang dalam benak ialah malaikat mempunyai rambut yang sangat indah dan sayap-sayap yang berkilauan. Namun tidak demikian dalam buku ini. Justru sebaliknya.
Ariel mengatur posisinya. Dua kaki telanjang terjulur di bawah jubah putih. Ariel menopangkannya diatas ranjang Cecilia. Kakinya semulus kaki bayi yang baru lahir. Cecilia tak melihat satu pun pori-pori di kulitnya. Segala macam hal bisa tumbuh pada pohon tua. Juga pada manusia dan hewan. Lumut bahkan bisa tumbuh pada batu. Tapi tak ada yang bisa tumbuh pada malaikat, karena malaikat hidup sepanjang masa. Tampak jelas bahwa Ariel tidak perlu memotong kukunya. Kukunya mengingatkan Cecilia pada salah satu batu koleksinya, yaitu batu kristal. (halaman 74)
Sementara itu, Cecilia sangat antusias bertanya tentang keberadaan surga. “Aku selalu bertanya-tanya di manakah surga berada. Tak seorang pun astronaut pernah melihat Tuhan atau malaikat,” tanya Cecilia. Pernyataan itu dijawab Ariel dengan sebuah pernyataan yang menyentak pikiran Cecilia, “Tak seorang pun ahli bedah otak pernah menemukan pikiran dalam otak. Dan, tak seorang pun psikolog pernah melihat mimpi orang lain. Itu tak berarti pikiran dan mimpi tak benar-benar ada di dalam kepala manusia.” (halaman 158)
Rasa penasaran Cecilia tentang keberadaan surga ternyata belum juga tuntas dengan pernyataan Malaikat Ariel. Namun, Malaikat Ariel kembali menjelaskan, “Kau harus memahami bahwa sekarang kau sudah berada di surga,” katanya. Ia juga menjelaskan bahwa bumi hanyalah satu noktah kecil di alam semesta yang mahaluas. “Inilah Bumi Surgawi, Cecilia. Inilah Taman Firdaus tempat manusia. Para malaikat tinggal di tempat-tempat lainnya.” (halaman 159)
Kejadian demi kejadian yang diceritakan dalam buku ini tersaji dengan sentuhan fantasi yang begitu indahnya dan terasa sangat nyata. Seperti ketika Cecilia meminta kepada malaikat Ariel untuk mengajaknya keluar rumah untuk mencoba bermain ski di atas sungai Leira sebelum esnya mencair. Mereka berdua kemudian keluar malam itu. Malaikat Ariel membawa Cecilia terbang menyusuri hamparan salju yang sangat luas. Cecilia mencoba bermain ski di bawah bulan purnama dengan hiasan langit yang penuh bintang. Cecilia tampak begitu bahagia hingga ia lupa kalau ia sedang sakit. (halaman 149-160)
Buku setebal 215 halaman ini telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa dan terjual lebih dari 2,5 juta kopi. Buku ini juga memenangi Norwegian Bookseller Prize dan diadaptasi ke dalam film yang juga memenangi Amanda Award, anugerah tertinggi perfilman Norwegia pada tahun 2009. Buku ini sangat menarik untuk dibaca, seperti halnya buku yang berjudul Dunia Sophie. Namun, bila dibandingkan dengan Dunia Sophie, kata-kata yang digunakan dalam Dunia Cecilia lebih ringan dan terdengar lebih fantasi. Kejadian demi kejadian yang diceritakan dalam buku ini tersaji dengan begitu indahnya dan terasa sangat nyata. Selain itu, buku ini tak hanya menarik bagi pecinta filsafat. Tapi juga kaum awam yang bahkan sama sekali tidak punya minat sedikitpun pada ilmu itu. Buku ini dikatakan menarik bagi kaum awam karena latar ceritanya yang sederhana, yakni suasana natal di Norwegia. Banyaknya pesan-pesan yang membuat kita bersyukur menjadi bagian dari ciptaan Tuhan, dan bagian dari semesta. Buku ini layak menjadi pelajaran agar manusia bisa lebih memaknai hidup, menjaga keharmonisan antar manusia, dan keberadaan alam semesta. Seperti kata- kata pada halaman cover belakang dalam buku ini yaitu,
“Orang bilang, kita akan ke surga setalah mati. Benarkah?”
Malaikat Ariel mendesah,
“Kalian semua sekarang sudah berada di surga. Sekarang. Di sini.
Jadi, sebaiknya kalian berhenti bertengkar dan berkelahi.
Sangat tidak sopan berkelahi di hadapan Tuhan.”
0
2.3K
5
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan