Penelitian dan Pengembangan
Dalam dunia pemikir sudah tak asing mendengar istilah “Renaisans”, sebuah peristiwa yang dikenal dan bisa dikatakan terabadikan oleh sejarah di abad 14-17 M di eropa tepatnya di romawi. sedikit kita ulas peristiwa tersebut, kekuasaan gereja pada saat itu (baca; sekitar abad 13-14 M) sangat mendominasi, dalam hal ini adalah hampir semua kebijakan Negara itu ditentukan oleh gereja bahkan kewenangan kepala Negara pun tidak bisa membantahkannya. Dominasi gereja yang berfahamkan mistisme barat itu menimbulkan kerancuan, absurditas yang menggumpal dan meledak sekaligus. Singkatnya, terjadi bentrokan antara kaum saintis dengan kaum agamawan gereja dalam setiap kebijakan umum pada waktu itu, kaum saintis jelas berlandaskan pada rasionalitas yang didapat melalui eksperimen atau penelitian secara empiris ( fisika ). Seperti ; pada waktu itu gereja mengatakan bahwa bumi adalah pusat tata-surya dengan dalil yang mereka gunakan bermacam-macam sebagai dasar argumentasinya itu, lalu hal itu dibantah oleh hasil peneltian nya Niccolas Copernicus yang mengatakan bahwa bumi mengelilingi matahari artinya bukanlah bumi sebagai pusat tata-surya. Begitupun dengan Galileo Galilei, yang menjadi salah satu korban peristiwa tersebut. Terjadi benturan faham empiris dan mistis pada saat ini, namun secara rasional ahirnya argumentasi kaum saintis pun diterima oleh banyak masyarakat dan disitulah disebut dengan abad pencerahan.
Dari peristiwa itu ada hal yang mesti kita jadikan sebuah pelajaran, yakni manusia dalam setiap perkembangan melakukan penelitian untuk mencapai perkembangan kearah yang lebih memadai, katakanlah menuju masyarakat madani. Bukan hanya terjadi di eropa, istilah masyarakat madani pun bisa kita rujuk pada peristiwa hijrahnya Rosul Muhammad SAW ke kota Yastrib, dimana di kota itu mengalami perubahan yang sangat signifikan dengan perbagai “Bani” yang ada tentunya denga banyak corak fikir dan budaya nya pula. Namun Nabi mampu memadukan semua hal dan menjadikan masyarakat kota tersebut berdikari dalam berbagai bidang (baca; ekonomi, sosial, pendidikan, politik dan budaya). Sehingga kota tersebut menjadi kota Madinah, dengan makna bahwa madinah adalah kota yang madani dalam arti kota yang masyarakatnya berkembang menuju kesejahteraan bersama. Sengaja saya tidak bahas panjang lebar peristiwa Renaisans ataupun piagam Madinah, karena fokus saya adalah membahas secara ringkas apa yang dimaksud dengan penelitian dalam point kedua Tri Dharma Perguruan Tinggi dan pembahasan tentang masyarakat madani akan saya bahas dilain pembahasan.
Penelitian merupakan tindakan akumulasi dari pendidikan dan pengajaran, jelas dalam hal ini untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi mahasiswa dan masyarakat umum dan menemukan terobosan baru dalam mencapai cita-cita bersama yakni masyarakat adil, makmur dan sejahtera.
Mewujudkan masyarakat adil, melihat dari realitas hari ini bahwa kata adil sangat langka dan sulit ditemui, dan bisa kita lihat dari beberapa peristiwa yang terjadi di negeri ini. Tentunya mahasiswa memiliki tugas dan barangkali tanggung jawab moral dalam menyelesaikan atau menemukan solusi untuk mewujudkan keadilan tersebut.
Penelitian, hari ini barangkali dilihat hanya sebatas tugas ahir kuliah dengan penentuan baku dalam pelaksanaannya. Namun hemat saya bahwa penelitian juga bisa dilakukan dengan sederhana, seperti kita mengkaji kembali pernyataan dari seorang pemimpin (baca; dalam hal ini, kades/lurah, camat, bupati, gubernur, presiden dan lain sebagainya) dan bahkan dari dosen kita sendiri. Mengkaji pernyataan tentunya akan menghasilkan pernyataan lain yang bisa bersifat mendukung pernyataan sebelumnya ataupun bahkan menggantikan pernyataan tersebut. Hal ini merupakan penelitian pula menurut saya karena disetiap pernyataan tentunya akan menghasilkan sebuah tindakan dalam suatu kelompok orang, masyarakat dan lain sebagainya. Yang jika pernyataan tersebut mengandung paradoks dan bahkan kontradiksi, tentu akan menghasilkan tindakan bertentangan pula. Maka itu perlu kita kaji ulang atau meneliti sebuah pernyataan. Paradigma kita yang barangkali menganggap sebuah pernyataan itu biasa saja mesti di fikir ulang, karena kemajuan tindakan sebuah masyarakat itu berasal dari pernyataan tokoh nya sendiri. Kita lihat, Michel Facoult dalam bukunya The Arkeologi Of Knowladge mengatakan bahwa sebuah pernyataan merupakan unsure terpenting dalam mengetahui sejarah dan menentukan arah tindakan masyarakat.
Kalau kita merujuk pada pembahasan logika, bahwa penelitian adalah sebuah aktivitas berlogika, karena dalam penelitian itu menelaah proposisi atau pernyataan, dan inilah pentingnya mahasiswa melakukan penelitian. Penelitian yang sering kita lakukan (baca; skripsi) memiliki dua metode, kualitatif dan kuantitatif. Dalam dua metode tersebut tentunya penelitian yang dimaksud secara menyeluruh. Dan hal terpenting adalah kita mampu menjadikan hasil penelitian tersebut menjadi rujukan kita dalam setiap persoalan dan solusi yang kita tawarkan kepada masyarakat untuk mewujudkan masyarakat madani.
Penelitian adalah hal yang sangat erat melekat dan tidak bisa dipisahkan dari mahasiswa dan bahkan aktivitas meneliti itu sebagai ruhnya mahasiswa sebagai Agent Of Change.

Kuntitatif,adalah metode yang dimana pengukuran dan atau penggunaan sistem matematis sebagai pondasi dalam penelitian yang dilakukan

Kualitatif,adalah metode yang dalam prosesnya lebih kepada pencarian makna dan teori dijadikan sebagai penuntunnya, metode yang lebih fleksibel karena tidak berdasarkan pengukuran matematis.