Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

afifahafra79Avatar border
TS
afifahafra79
Betulkah Otak Lelaki Suka “Ngeres” Dalam Hal Seks?

Gambar: leadingfigures.com

“Otak cowok memang ngeres!” mungkin perkataan itu sering kita dengar saat ada sekumpulan lelaki dengan tanpa dosa membincangkan dengan begitu intens hal-hal yang tak semestinya. Hal yang menurut kebanyakan masyarakat dianggap tabu untuk diungkapkan secara vulgar. Pernyataan itu seperti memberikan vonis, bahwa lelaki suka error thinking, alias suka ngeres. Betulkah?

Otak adalah bagian dari tubuh manusia yang menjadi pusat pengaturan segala sesuatu yang terjadi dalam tubuh manusia tersebut. Namun, apa yang terjadi di otak kita, sebenarnya merupakan hasil pengolahan dari apa yang didapatkan dari sekitar kita melalui panca indra. Maka, jika ada istilah “otak ngeres”, sebenarnya otak hanya merespon dari apa-apa yang dilihat, didengar, diraba, dicecap dan dicium.

Bagaimana otak lelaki bisa menjadi “ngeres”? Tentu sangat terkait dengan asupan informasi yang terekam di otak. Pada kenyataannya, pengakses media-media yang mengumbar hal-hal seputar seksualitas lebih banyak kaum lelaki. Menurut Richard Brodie dalam buku Virus of The Mind, kaum Adam merupakan objek pornografi yang paling empuk. Sedangkan berdasarkan penelitian Soetjiningsih (2008), perilaku seksual pranikah pada remaja laki-laki ternyata juga lebih besar daripada remaja perempuan.



Paparan pornografi yang menimpa kaum lelaki, ditengarai juga merupakan hasil dari strategi marketing bisnis pornografi global. Sangat mengerikan, bahwa menurut Attorney General’s Final Report on Pornography bisnis pornografi (baik dari majalah, internet, tabloid, dan lain-lain) ternyata memilih target market anak usia remaja, khususnya laki-laki berusia 12 sampai 17 tahun.

Mengapa lelaki menjadi sasaran bisnis pornografi? Menurut penjelasan Mark B. Kastleman dalam buku The Drug of the New Millennium - The Brain Science Behind Internet Pornography Use, alasannya adalah karena lelaki merupakan makhluk visual, yang lebih cepat bereaksi dengan stimulus yang ditujukan kepada mata. Lelaki juga lebih cepat bergairah, cenderung menyukai kepraktisan dalam hubungan seksual, yaitu to the point. Lelaki juga memiliki hormon testosteron hingga 20 kali lebih banyak daripada perempuan, dan otak lelaki juga cenderung cepat fokus, termasuk dalam perilaku seksual.

Penjelasan Kastleman tersebut mampu menjawab, mengapa lelaki mudah menjadi “ngeres”, khususnya dalam masalah seks. Dengan kondisi fisiologis dan psikologis sedemikian rupa, maka jika lelaki terlalu sering membiarkan diri mengakses hal-hal yang sifatnya kurang baik, otaknya akan mudah jorok pula. Terlebih, sesuatu yang jorok itu, biasanya ditayangkan dalam bentuk visual, seperti gambar atau video, sedangkan lelaki memiliki daya visual yang sangat kuat.

Meskipun memiliki potensi-potensi sebagaimana tersebut di atas, sebenarnya kaum lelaki bisa menjaga diri. Dalam ajaran agama, kita mengenal istilah ghadul bashar atau menundukkan pandangan, yang prinsipnya adalah memiminalisir stimulus yang masuk ke dalam organ penglihatan. Semakin tingginya tingkat religiusitas, menurut Soetjiningsih (2008) juga bisa menjadi salah satu benteng menghadapi serbuan pornografi. Selain itu, kualitas hubungan orangtua dengan anak yang lebih intensif, menguatnya self-esteem, juga ketegasan dan keterampilan menolak tekanan negatif teman sebaya, serta berusaha keras meminimalkan eksposur media pornografi, juga akan mampu menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak semestinya.

Sejalan dengan Soetjiningsih, penelitian Khoirul Anam (2015) juga menunjukkan bahwa perilaku akses situs pornografi pada remaja tidak sekedar tercipta dan ditentukan oleh tindakan rasional semata, namun dipengaruhi pula oleh kelompok pergaulan dimana mereka berinteraksi. Pada penelitian tersebut, Anam menggunakan teori Habituasi Pierre Fellix Bourdie, di mana perilaku remaja putra dalam mengakses situs pornografi merupakan aktivitas yang terbentuk akibat pembiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang.

Dengan demikian, apakah betul lelaki suka ngeres alias berpikir jorok? Tentu tidak semua. Potensi kaum lelaki normal untuk terjebak pada fantasi seksual akibat stimulus lingkungan tentu sangat besar. Tetapi, lelaki yang memiliki konsep diri yang baik dan memahami betul nilai-nilai religiusitas, tidak akan membiarkan dirinya terjebak pada sesuatu yang kontraproduktif.
Anda setuju?

Referensi:
Anam, Khoirul. 2015. PERILAKU REMAJA MENGAKSES SITUS PORNOGRAFI ( Studi Fenomenologi Tentang Perilaku Remaja Mengakses Situs Pornografi Di Kecamatan Jebres, Surakarta). SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant. Vol 5, No 2 (2015).
Kastleman, Mark B., 2007. The Drug of the New Millennium - The Brain Science Behind Internet Pornography Use. PowerThink Publishing. Utah, USA.
Supriyati & Fikawati. 2009. EFEK PAPARAN PORNOGRAFI PADA REMAJA SMP NEGERI KOTA PONTIANAK TAHUN 2008. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 13, NO. 1, JULI 2009: 48-56
Soetjiningsih. 2008.Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja (Tesis). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Diubah oleh afifahafra79 27-11-2017 10:31
tata604Avatar border
tata604 memberi reputasi
1
6.7K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan