Islandia



Walau berada dekat dengan kutub utara, Islandia merupakan salah satu negara yang paling bisa diandalkan dalam soal keamanan. Di Islandia pembunuhan sangat langka dan bisa dihitung jari. Kasus kematian Birna Brjánsdóttir pada pertengahan Januari 2017 adalah yang paling mengejutkan dalam sejarah negara berpopulasi 330 ribu orang itu. Hanya ada dua pembunuhan di Islandia dalam tiga tahun terakhir. Birna dinyatakan hilang pada 14 Januari lalu setelah orang tuanya melapor ke polisi. Wanita 20 tahun ini terakhir terlihat di kota Reykjavik sekitar pukul 5 pagi, keluar dari bar bersama kawan-kawannya. Keesokannya, Birna tidak masuk kerja dan tidak bisa dihubungi, keluarga dan kawannya kalut.



Islandia langsung geger, tidak biasanya wanita muda hilang di tengah kota Reykjavik. Pencarian terbesar dalam sejarah negara itu lantas dilakukan. Sekitar 685 orang tim pencari dan 11 anjing pelacak dikerahkan. Alat-alat yang digunakan terdiri dari 57 super jeep, 17 bus, 12 quadbike, 15 drone, 4 perahu boat dan dua helikopter. Pencarian berlangsung selama delapan hari. Jasad Birna ditemukan di tepi pantai dekat mercu suar Selvogsviti di Semenanjung Reykjanes, lebih dari 40 km dari kota Reykjavik. Mayat Birna ditemukan setelah polisi mendapati sebuah mobil dengan bercak darah. Tiga hari kemudian, polisi menahan dua orang pelaut berkewarganegaraan Greenland dari sebuah kapal pukat. Di kapal itu mereka juga ditemukan narkotika jenis ganja seberat 20 kg. Kedua pelaut pembunuh Birna itu tidak memiliki hubungan dengan Birna. Kasus ini mengguncang Islandia dan Greenland. Sekitar 300 orang menyalakan lilin dan meletakkan karangan bunga tanda belasungkawa di depan Konsulat Islandia di Nuuk, Greenland. Kasus ini mengejutkan Islandia bukan hanya karena tingkat pembunuhan di negara itu sangat rendah, tapi juga karena pelakunya adalah orang asing. Keterlibatan orang asing tidak pernah terjadi, reaksinya akan berbeda jika tersangka adalah dua pria Islandia.

Selandia Baru



Tak sedikit pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan bangku kuliah di Selandia Baru. Data dari Education New Zealand menyebutkan bahwa terjadi peningkatan hingga 43 persen untuk jumlah orang Indonesia yang memilih berkuliah di Selandia Baru, dibandingkan tahun lalu. Alasan mereka ingin berkuliah di Selandia Baru adalah sistem edukasi yang berkualitas dan lingkungan yang aman dan ramah sehingga orangtua mereka percaya untuk menyekolahkan mereka. Selandia Baru juga salah satu negara yang paling minim pencemaran. 90% imigran di Selandia Baru dipastikan akan merekomendasikan negara tersebut kepada keluarga dan teman-teman mereka. Orang-orang Selandia Baru juga sering mendapatkan libur atau cuti sehingga mereka bisa punya lebih banyak waktu untuk menikmati pemandangan dan fasilitas olahraga di negara Kiwi ini.

Portugal



Di Portugal tingkat kejahatan rendah dan ritme kehidupannya sangat santai, tingkat stress yang rendah bisa meningkatkan keamanan negara. Negara ini juga surga bagi para pemain golf karena tersedia banyak lapangan golf kelas dunia yang menawarkan pemandangan pantai. Iklim di Portugal yang hangat juga sangat mendukung perkembangan sektor pariwisatanya. Jadi buat kamu yang ingin menikmati masa tua dengan hidup santai boleh banget pindah ke Portugal.

Sekarang kita bandingkan dengan Indonesia: Denmark, negara teraman nomor 5 misalnya, mencatat rata-rata hanya terjadi 25 pembunuhan setiap tahun dalam 1 dekade terakhir. Artinya sebulan cuma 2. Bayangkan, di Jakarta Timur saja selama enam bulan pertama 2016 terdaftar sekitar 600 pidana pembunuhan dan penganiayaan. Tidak aneh jika Indonesia menduduki posisi teraman nomor 52 dari 162 negara di dunia.



Setiap hari ada 20 perempuan menjadi korban kekerasan. 12 diantaranya dirudapaksa setiap hari, dan 4 di ruang publik. Intinya, ruang publik belum menjadi tempat yang nyaman dan aman. Terminal, jalan raya, angkutan publik tetap terkesan menyeramkan dan menakutkan dalam memori kolektif masyarakat. Sedihnya, ruang privat sama menakutkannya. 12 korban rudapaksaan, 4 di ruang publik, 8 di dalam rumah, dilakukan oleh keluarga sendiri.

Banyak penyebab kejahatan di ruang publik, dari faktor ekonomi sampai pembiaran oleh negara. Tapi kalau kita menyimak karya Albert Camus dari novel Sampar, kita akan dapatkan satu pesan indah bahwa penyebab kejahatan yang tidak pernah boleh diabaikan adalah "Kezaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang jahat, tapi karena diamnya orang-orang baik." Semoga Indonesia suatu saat bukan lagi mengandalkan ayat-ayat dari kitab-kitab suci dan kotbah para ulama dan pemuka agama untuk menyerukan kebaikan. Tapi justru dari komponen masyarakat yang terdekat, dari penilaian tetangga dan warga itu harusnya sudah bisa membuat kita selalu menjaga tindakan dan gerak gerik agar selalu sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat.