Tokoh fenomenal yang tersandung kasus UUD ITE ini memang menarik untuk dibahas di satu sisi Bapak Viktor Laiskodat di sisi yang lain Habib Riziek.

Seperti halnya hari jum'at ini kembali ada demo dengan aksi angka cantik untuk hal yang dilakukan pak Viktor.



Seperti yang kita tahu dahulu soal bagaimana Pak Viktor memprovokasi rakyat untuk saling membunuh antar sesama anak bangsa, di mana kata dia 'kalau tidak kita yang bunuh ya kita yang dibunuh duluan' itu salah satu kata yang saya kutip di liputan6.com.

Kemudian pak Viktor menuduh Partai Gerindra diurutkan nomor satu sebagai pendukung ekstrimis yang ingin mewujudkan negara khilafah.

Lalu mengenang saat hal ini menjadi viral karena Video pidato Viktor di Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Selasa 1 Agustus 2017 . Ketua Fraksi Nasdem di DPR RI ini mengajak hadirin untuk tak memilih calon kepala daerah atau calon legislator dari partai-partai ekstremis dan pro khilafah, yakni Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Viktor Laiskodat disangkakan dengan Undang-Undang ITE pasal 28 ayat 2 dan juga Undang-Undang KUHP 156, dan Undang-Undang Diskriminasi Nomor 40 Tahun 2008.

Namun hingga hari ini memang tidak ada action dari pihak terkait mengenai kasus ini, sungguh dagelan apalagi ini apa karena kasus dari partai pendukung pemerintah hukum menjadi tumpul ??

Hingga demo pun digelar siang ini meminta kepastian tindak lanjut hukum pada pak Viktor.

Sebelum bicara lebih lanjut tentang hukum saya akan memberitahukan kisah menarik dari negeri ini.

Serupa dengan Viktor sang habib fenomenal pun terjerat masalah yang sama unggahan video ceramah berkonten SARA pun ada bahkan sudah di laporkan juga, dan Undang - undang ITE juga menjadi ancaman sang Habib, namun hukum tak banyak bicara sang Habib tak dicari mungkin hanya buronan kelas teri entahlah wong Edy Tansil saja yang hilang hingga kini tak ketemu.



Tapi untuk mereka para haters sang habib tak mengadakan demo yang membuat macet kota Jakarta, entah takut apa kalah jumlah dengan kaum putih saya rasa itu tak masalah yang jelas Jakarta kondusif banyak orang bisa cari rejeki demi sesuap nasi.

Bahkan hingga kini sang habib hilang bak di telan bumi, entah kemana ia pergi yang jelas itu semua fakta.

Ajakan untuk menegakkan Khilafah memang ada namun untuk masalah hukum biarlah para penegak hukum negeri ini yang bekerja.

Ada kiranya kita harus dewasa demo tiap ada masalah hukum akan mematikan sumber rejeki saudara kita yang lain, mereka juga berjihad demi keluarga di rumah.

Aksi politik negeri ini memang menggelitik hingga agama pun laris jadi jualan strategi yang ujungnya hanya mencari sebuah kursi yang selalu dinamakan atas nama rakyat.

Untung saja aku golongan putih jadi bisa senggol sana sini, maklum lebih nikmat secangkir kopi dibandingkan hitamnya politik.

Sruuppuuttt kopi dolo kawan



Referensi liputan6.com