- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Pulau Berdarah (cerita Fiksi)


TS
dodydrogba
Pulau Berdarah (cerita Fiksi)
SIPNOPSIS
Seorang kakak yang mencari kehilangan adiknya secara misterius di sebuah pulau yang mengerikan mengantarkannya kepada sebuah teror yang tak ia inginkan sebelumnya. Teror yang mengancam dirinya beserta sebagian penghuni hotel di pulau itu. Penasaran ceritanya seperti apa, langsung saja baca cerita berikut.
Spoiler for Bab 1:
Sengatan sinar matahari ternyata tak menyurutkan semangat dua pasangan muda yang baru saja menikah, John dan Mary. Mereka sedang menikmati masa bulan madunya di sebuah pulau indah yang yaitu Pulau Bidadari Merah yang berada di Indonesia. Mencari kebahagian dan rasa santai di sebuah tempat yang jauh dari hingar bingar perkotaan merupakan suatu hal yang sangat pas untuk pasangan seperti mereka. Baik keduanya sangat fasih berbahasa Indonesia, mungkin karena mereka sering berwisata ke tempat ini. John yang mendapatkan informasi tempat wisata ini dari kakaknya Jack merasa sangat bahagia bisa menemukan pulau seindah ini untuk menemani rajutan cinta indah mereka.
Di tempat mereka berpijak kali ini, Pulau Bidadari Merah merupakan pulau yang unik dimana pemandangan lautnya yang indah dan jernih, pantainya yang bersih, namun yang lebih unik bahwa di sana cuaca mendung namun tak hujan lebih sering terjadi ketimbang cuaca cerahnya. Terkadang membuat turis menjadi betah hingga menginap berhari - hari.
Di cuaca yang sangat cerah seperti ini dimanfaatkan oleh sepasang suami istri yang hobi bertualang, menjelajah sebuah tempat wisata nan indah. John dan Mary Raymond memang pasangan yang pas, bukan cuma sama - sama dari Amerika namun kesamaan unik lainnya. Sama seperti pada turis lainnya yang suka menjelajah negara tropis, mereka berdua memakai baju kaos dan celana pendek yang nyaman untuk dipakai kemana saja. Beserta tas punggung berisikan bekal yang berukuran sedang yang menemani mereka.
Kali ini mereka tertarik dengan rumor yang dihembuskan masyarakat kota bahwa di pulau itu terdapat emas yang tertimbun di dalam sebuah benteng peninggalan Belanda yang tidak tertutupi tumbuhan.
Mary tampak bersemangat bahkan energinya yang tak habis walau diterpa panas matahari. Mendahalui John yang jalan lebih lambat dan tenang. Ia hanya ingin menikmati surga dunia ini tanpa tekanan apapun. Mereka melewati tanah yang berbukit - bukit, tertutupi oleh rimbunan tumbuhan. Namun mereka akhirnya sampai pada suatu tempat yang tidak di duga, yaitu pagar kawat pembatas wilayah tempat mereka menginap dengan hutan lebat.
"Johnn!! Kemari sayang, kau perlu lihat ini," ajak Mary dengan penuh samangat.
"Tunggu bentar sayang, kau apa tidak capekk!!" John membungkuk kan badan, ia sangat lelah, namun demi kekasih hatinya itu ia rela ngos - ngosan agar tidak berada jauh dengannya.
"Ada apa sayang? Kau tampak sangat aneh. Apa ada yang mengganggumu," tangan Jack menyengger dipundak Mary.
"Lihat itu sayang!! Apa kamu tidak merasa aneh, di tempat indah seperti ini kenapa harus dipasang pagar pembatas kayak gini," Mary menatap pagar itu.
"Itu ... Hmm tidak ada yang aneh sayang. Bagaimana kalau itu buat pembatas peringatan agar turis tidak kesasar sampai hutan. Kan bisa berabe nanti kalau hilang atau tersesat. Kamu mau tanggung jawab," John menjelaskan dengan halus.
"Ihh kan bukan itu maksud ku. Bagaimana kalau mereka menjaga suatu hal yang tak diketahui orang - orang umum," Mary menggaruk kepalanya.
"Maksud mu?" John semakin penasaran.
"Hmmm itu kamu gak ingat, orang - orang kota selalu bilang disini ada harta karun emas yang berada di dalam benteng Belanda," kata Mary.
"Ooohh aku ingat. Tapi apa mungkin rumor itu benar. Bagaimana kalau itu cuma trik daya tarik wisata aja, biar orang - orang pada kemari?" John mengelak dengan halus.
"Nah satu cara untuk membuktikannya adalah ..." ketika Mary berbicara langsung dipotong oleh John.
"Woooww no no... Itu berbahaya sayang. Jangan bilang kau ingin masuk ke hutan itu," tukas John.
"Ayolah sayangg, untuk sekali ini saja. Cuma sebentar aja kok plisss. Aku mohon ya sayang ya," Mary menunjukan muka memelasnya agar bisa diijinkan oleh suaminya itu.
Perasaan John bercampur aduk, di sisi lain ia tak ingin hal buruk menimpa mereka yang baru saja menikah sebagai pasangan baru. Di sisi lainnya, ia tidak ingin melukai perasaan istri tercintanya itu. Ia ingin sekali membahagiakannya, walau terkadang dengan cara - cara ekstrim. Ia tak mau momen indah ini dirusak oleh sifat kepala batunya. Untuk kali ini ia menyetujui dengan syarat - syarat khusus.
"Hmmm baiklah sayang, aku setuju. Kita akan masuk ke dalam namun dengan syarat kita harus berjalan berdampingan, berdekatan dan tidak berpencar oke!!" John menatap Mary dengan senyuman manis.
"Yeeee kau emang suami terbaikk yang pernah ada di dunia!!! Syarat - syarat mu itu sangat romantis. Kamu benar - benar hebat ya soal memadu kasih," Mary riang gembira, sampai - sampai ia memeluknya dan mencium pipinya.
Setelah Mary mencium pipinya, ia langsung bergegas pergi menuju pagar kawat itu. Tingkah istrinya itu membuat Jack geleng - geleng kepala. Ia seharusnya tahu kalau ia harus menegurnya menonton film petualangan seperti Indiana Jones karena suatu saat bisa merepotkannya. Namun namanya juga hidup, pasti ada tantangan beratnya.
Kini mereka menghadapi masalah baru, bagaimana agar bisa melewati pagar itu. Jack tidak membawa tang untuk memotong kawat pagar itu. Istrinya sedang sibuk memegangi kawat pagar itu. Entah apa yang dicarinya, sepertinya tak mungkin keberuntungan bisa menghampiri mereka. Beberapa menit kemudian, istrinya lagi - lagi berteriak, memanggil nama suaminya. Ia sepertinya mendapatkan sesuatu.
"John!!!!! Kemari sini. Aku mendapat sesuatu yang menarik," ajak Mary.
John yang memandangi seisi hutan itu merasa ada yang janggal dalam hutan tersebut. Mungkin hanya perasaannya saja. Ia pun bergegas menuju ke arah istrinya itu. Ketika sampai John melihat ada sebuah ikatan kain di tengah pagar kawat itu.
"Itu kenapa ada ikatan kain disitu?" John penasaran.
"Yeah, dan itu bukan cuma yang aneh. Lihat ini," Mary mendorong pelan bagian pagar kawat di bawah ikatan kain itu.
Betapa terkejutnya mereka ketika tahu bahwa sisi bawah pagar itu seperti sudah rusak dan terbuka. Mungkin dipotong oleh seseorang entah siapa. Sisi bawah itu seperti dipotong agar bisa dimasuki seseorang walau ukurannya tidak terlalu besar.
"Wow ini benar - benar aneh. Sepertinya hobi mu menonton film petualangan itu ada manfaatnya," sindir John.
"Hmmm ngeledek nih ceritanya," Mary sedikit kesal.
"Tunggu apalagi, ayo masuk," kata John.
Mereka akhirnya mulai melewati pagar kawat itu. Memandangi sekitar mereka, berbagai jenis tumbuhan menyelimuti daerah itu dari yang aneh hingga biasa - biasa saja. Hewan seperti kelinci dan rusa juga berkeliaran. Mary dan John berhenti sebentar untuk menghirup udara segar setelah berjalan lama. Menikmati pemadangan flora dan fauna yang indah. Namun mereka tak tahu setiap keindahan terdapat sisi yang kelam.
Ketika mereka sedang berhenti sebentar, tak jauh dari mereka berada, mata John tiba - tiba tertarik pada sebuah gundukkan tanah berbentuk persegi yang dirasa sangat aneh baginya.
"Sayang, kamu lihat gundukan aneh itu di sana?" tanya John seraya menunjuk ke tempat tersebut.
"Yang mana sayang?" Mary kebingungan.
"Yang itu sayang, coba perhatikan baik - baik. Yang bentuknya seperti persegi," kata John.
"Ah!!! Aku lihat. Tapi itu apa ya?" Mary berhasil menemukannya.
"Nah itulah yang menjadi pertanyaannya sayang. Ada yang janggal di tempat ini. Bagaimana kalau kita mendekat ke situ?" ajak John.
"Hmm tumben kamu malah tertarik, biasanya gak mau mendekati hal - hal aneh seperti ini," ledek Mary.
"Iya aku tahu, tapi aku merasa aneh dengan gundukan itu. Daripada kita diam saja di sini mendingan kamu ikut aku memeriksanya, bagaimana?" rayu John.
"Baiklah, kapten John," Mary bercanda dengan mengangkat tangannya seperti orang hormat.Mereka berjalan ke arah gundukan itu. Menyusuri jalanan yang tertutupi rimbunan tumbuhan yang lebat. Sesekali John mengayunkan tangannya, mencoba mengusir serangga yang mengganggunya dan juga Mary. Hingga sampailah mereka ke gundukkan itu. John dengan perlahan mencoba menaikinya. Lalu ia membantu Mary dengan perlahan untuk ikut berada di atas gundukkan itu.
"Yah.. Lumayan keras juga di sini, mungkin seperti pondasi bangunan lama," kata John.
Ketika John sedang merasakan gundukkan itu, tiba - tiba suara keras datang dari belakangnya.
"Brukkkk..."
Mary jatuh terperosok ke dalam lubang yang tidak sengaja ia injak. Ia jatuh tersungkur di bawah. Sementara John yang kaget langung melihat ke belakang, istrinya sudah tak berada di tempatnya lagi. Namun ia menemukan sebuah lubang, mungkin akibat Mary yang menginjakkan kakinya. John sangat khawatir, lalu ia membungkuk, melihat ke bawah melalui lubang itu. Ia mendapati istrinya sedang tengkurap.
"Mary!!!! Mary!!!! Kau tidak apa - apa?? Maryy!!!" John merasa khawatir.
Mary yang jatuh di bawah, perlahan mencoba mengangkat tubuhnya. Sedikit menahan rasa sakit, ia mencoba bangkit. Lalu ia melihat kedua sikutnya, ternyata mengeluarkan sedikit darah. Hingga akhirnya berhasil berdiri dengan kedua kakinya.
"Aku...aku tidak apa - apa sayang," kata Mary yang menahan rasa sakitnya.
John yang sangat khawatir langsung memberikan pertolongan cepat, dikeluarkannya alat seperti tali untuk mendaki, dan senter yang
dipasang di depan dahinya.
"Tunggu sebentar sayang, aku akan segera kesitu. Kamu jangan kemana - mana?" kata John.John akhirnya turun untuk menolong kekasihnya itu. Ia menurun secara perlahan, kakinya menopang ke sebuah dinding keras di dekatnya hingga ia sampai berada di bawah dan menemui istri tercintanya.
"Sayang kamu beneran tidak apa - apa kan. Apa ada yang terluka parah? Sayang .." tanya John.
Di tengah suaminya yang sedang was - was itu, Mary malah menyuruh John untuk sedikit tenang dan santai. Tentu sifat peduli John terhadap istrinya terkadang membuat istrinya senang, walau begitu Mary tak ingin terlalu merepotkannya karena sebuah luka kecil.
"Tenangg sayang, aku tidak apa - apa kok. Cuka berdarah sedikit, di sikut, nanti juga kering sendiri," Mary memegang wajah John dengan lembut.
"Hufhhh syukurlah kalau begitu," John merasa lega.
Beberapa saat kemudian, raut muka John kembali aneh. Ia seperti melongo, terperangah terhadap suatu hal yang dilihatnya.
"Sayang kamu kenapa sih?" Mary penasaran.
"Sayang lihat lah depan mu, ini ... ini seperti bangunan tua. Seperti lorong bawah tanah.
Mungkin mereka benar, Belanda pernah membangun benteng di sini," John berdecak kagum.
"Itu berarti..." Mary mencoba menebak.
"Iya, mungkin di sini ada emasnya," John sumringah.
"Jadi kita akan melihat sebentar disini?"
"Ya, tentu saja sayang. Kita sudah jauh ke sini, percuma kita kembali dengan tangan hampa. Jangan bilang kamu tidak senang dengan hal ini."
"Tidak senang?? Ayolah John, ini pengalaman menarik. Apalagi melakukannya dengan suami seperti kamu, merupakan kebahagiaan tersendiri buat ku."
"Sayang, kamu benar meluluhkan hatiku. Kamu adalah istri terbaik yang ada di dunia ini. Satu ciuman kening buat mu," John yang bahagia menciun kening istrinya, Mary yang melihatnya tentu membuatnya senang.
Mereka tampak bahagia setelah tak disengaja menemukan sebuah bangunan kuno yang mungkin menyimpan harta atau misteri lainnya. Yang jelas Mary dan John tampak semangat untuk melihatnya lebih jauh. Di sisi lain, John seperti teralihkan oleh misteri emas yang jadi pembicaraan itu. Namun ia tak tahu bahaya apa yang mungkin terjadi dari yang merela lakukan.
John dan Mary berjalan pelan menyusuri lorong gelap itu dengan berbekal senter kecil. Sesekali kelelawar berterbangan, hinggap ke atap - atap kotor itu. Membuat John dan Mary selalu was - was dengan sekitarnya. Sejauh mata memandang, yang ada hanya kegelapan semata. Membuat suasan semakin hening dan mulai mencekam. Ingin menghangatkan suasana, John pun mulai menjahili Mary.
"Kenapa dari tadi jalan ini seolah gak ada ujungnya. Ini benar aneh - aneh John. John? John?" Mary bingung karena John sepertinya tak memberi respon kepadanya.
Mary pun menengok ke belakang, lalu berbalik badan. Yang ia lihat cuma kegelapan semata. Ia memanggil John berkali - kali, namun hanya kelelawar saja yang nampak. Seisi tempat hanya dipenuhi gelap gulita. Rasa takut mulai menghampirinya. Ia kembali memanggil nama John, suaminya itu.
"John!!!! John!!!!! Kamu di mana??? Ini gak lucu John!! Huhuhu!!!" Mary mulai menangis ketakutan.
Tak mendapatkan respon apapun, ia mulai membalikkan badan ke depan. Lalu tiba - tiba, sesosok muka dengan raut menyeramkan dengan sinar senter di bawahnya muncul di depannya.
"Haaaaa!!!! Mary!!!!!"
"Aaaaarghhhhh" Mary berteriak kencang, kaget melihat yang ada di depannya.
"Johnn!!! Ihhh gak lucu tau," Mary memukul pelan dada John karena kesal.
"Hahahha, kamu terlihat lucu kalau ketakutan Mary,"
John terpingkal - pingkal melihat Mary ketakutan, sepertinya John hanya ingin meramaikan suasana. Sedangkan Mary yang kesal perlahan berjalan meninggalkannya dibelakang sambil melihat sekelilingnya dengan senternya. Mereka kadang tahu kapan butuh suasana untuk lebih santai namun bukan dengan cara yang lebih kalem namun dengan sebuah lelucon garing yang disukai oleh John itu sendiri.
Namun mereka tak tahu lelucon itu ternyata membuat mereka dalam bahaya. Suara ketawa John yang keras itu mengundang sosok mengerikan datang menghampirinya dengan cepat. Di suasana yang gelap hampir sulit untuk mengetahui secara jelas keadaan sekitar, John yang masih menggunakan senter pun masih kesulitan menjangkau sisi tempat tertentu. John masih merasa senang tidak karuan hingga perasaan seram tiba - tiba menyelimuti dirinya. Kakinya merasa dicengkram dengan kuat oleh sesuatu yang kasat mata. Dan tiba - tiba tangan itu menarik kaki John hingga terjatuh, membuat senter di dahinya terlepas. Lalu dengan cepat tangan itu menarik kaki John. John tak tinggal diam, ia berteriak meminta pertolongan Mary.
"Mary!!!!! Tolongggg!!!!"
Suara menggelegar itu menyeruak di sekitar lorong itu. Membuat Mary terkaget mendengarnya. walau sempat ditipu oleh John, kali ini ia punya perasaan yang kurang enak terkait hal ini. Ia pun dengan perasaan yang masih dilanda kekesalan mencoba untuk kembali ke arah belakang, mencari tahu dimana Jack.
Mary melangkah pelan, sesekali senternya menyinari dinding di sisi kiri dan kanannya. Ia berhenti pada suatu titik, melihat ke bawah. Ia menemukan senter milik John dan sedikit bercak darah. Kini perasaan risau datang menghantui Mary. Ia tak tahu apa yang menimpa suaminya itu. Namun ia tak patah arang, ia tahu mungkin saja ada orang jahil disini. Ia mencoba memanggil John kembali, berkali - kali dengan keras.
"Johnn!!! Kau dimana??! Ini semakin gak lucu John, huhuhuu," Mary menangis.
Setelah sekian lama memanggil, ada hanya kelelawar berterbangan di kegelapan lorong misterius itu. Mary akhirnya putus asa, ia menangis ketakutan akan dirinya dan Jhon. Ia tak mau kehilangan cinta sejatinya, tak mau tenggelam dalam duka yang mendalam. Kesepian karena kehilangan cinta dan kasih sayang. Ia capek, akhirnya duduk di tanah. Meratapi nasibnya, pasrah akan apa yang menimpanya.
Mary tak tahu suara kerasanya tadi semakin mengundang sosok mengerikan yang sedang mengincarnya. Mahluk itu memanjat dinding dengan kuat dan cepat bagai Spiderman tanpa meninggalkan suara sedikit pun. Kini mahluk ini sudah berada di atas bagian dinding, dekat atap tepat dimana kelelawar suka bergelantungan. Darah di bibirnya terus menetes ke bawah hingga menimbulkan suara khas tetesan air yang mengenai benda padat. Suara itu menarik perhatian Mary, ia mencoba mencari tahu sumber suara itu berasal. Ia menyenteri sekelilingnya hingga mendapatkan asal suara itu. Seperti ada tetesan dari atap langit, ia pun menyenterinya ke atas, semakin ke atas hingga menemukan sebuah sosok yang membuatnya mati ketakutan. Sosok itu mencengkram erat dinding sekitarnya. Rupanya bak iblis dengan wajah menyeringai, bermata merah, bulu alis menghilang, warna kulit pucat, kukunya tajam, rambutnya sebahu berwarna putih, terdapat gigi taring yang panjang dan tajam.
Sosok itu melihat Mary dengan penuh amarah, gigi taringnya terus - terusan mengeluarkan air, di bibirnya seperti terdapat bekas darah yang mengering. Ia sepertinya sangat kehausan, tak tahan menahan dahaga yang datang. Aroma Mary benar - benar membuat sosok itu semakin buas. Mary hanya bisa diam tak mampu berkata - kata. Melihat Mary yang lengah membuat mahluk itu tak membuang waktu untuk langsung menyergap Mary dari atas. Mary yang ketakutan setengah mati hanya bisa berteriak keras, "Haaaaaaa!!!!!"
Diubah oleh dodydrogba 03-08-2018 09:57


anasabila memberi reputasi
1
1.4K
Kutip
1
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan